"Gak boleh!" sahutnya. "Hahaha, pasti kecewa kan kalau tiba-tiba Om gak manjain kamu?" "Jelas dong!" "Berarti jelas juga untuk mereka. Kamu ini hanya terlalu khawatir, Sayang. Om baik-baik saja dan justru senang bisa menyebarkan apa yang Om bisa. Jika kamu merasa waktu Om untuk Isbayku ini kurang, Om bisa atur ulang jadwal, tanpa harus menghapus jadwal, mau ditambah, hmmm?" "Gak ada hari tanpa sebuah kenangan manis dari Om," ungkap Ciara. "Ehmm, bisa diulang?" "Xixi, Upps! Barang yang sudah dibeli tidak boleh dikembalikan!" Mereka saling menggelitik karena kegemasannya. Sita sampai senyum-senyum sendiri yang tak sengaja lewat depan kamar dan mendengar suara tawa mereka. Ada rasa lega yang kuat di hati mertua melihat rumah tangga anaknya aman-aman saja meskipun ia juga tahu goncangan dunia maya sedang kuat-kuatnya. *** "Sayang, bangun!" pinta Haidar. "Masih ngantuk," jawab Ciara. "Waktunya sholat malam," kata Haidar. "Entar aja deh, Om duluan!" seru Ciara. Cupp. Haidar me
"Khawatir amat diabaikan, hahaha." Ciara tertawa lepas."Diabaikan itu gak enak, enaknya juga gendong kamu!" Tanpa persiapan Haidar langsung mengangkat tubuh istrinya."Awwww!" pekik Ciara."Apasih aw aw, kayak disakitin aja," sahut Haidar."Nggendongnya gak bilang-bilang. Gak tahu arti kaget, hah?""Tahu, kaget itu definisi dari aku mencintaimu."Mau marah pun tidak jadi. Lontaran manis Haidar kembali meluruhkan amarah istrinya. Ciara hanya ikutan iseng saja. Pura-pura mau mengabaikan Haidar, tetapi dapatnya malah keromantisan."Isbay pengen ikut beli bukunya, tapi---" kata Ciara."Ya ikut aja dong, Sayang. Kenapa masih ada tapinya?""Karena---" Ciara mendadak gugup, ia takut akan suatu hal.Setelah subuh itu, Haidar jadi heran dengan istrinya. Tiba-tiba terlihat ketakutan. Perasaan, tadi tidak terjadi apa-apa. Justru tersenyum lebar ketika akan sholat s
"Ada apa, Pa?" tanya Sita. Semua sontak membulatkan mata. Jarang-jarang Bunder sepanik itu. Sampai telur yang digoreng oleh Sita dibiarkan begitu saja. Bunder menyebalkan, ia malah diam dan berlagak panik. Namun, Haidar sepertinya sudah mengerti, ini trik yang sama seperti istrinya tadi. "Apa, Pa?" tanya Haidar. "Iiih, Papa cuma prank kah? Kenapa malah diam!" bentak Sita. "I-itu, tempat yang mau dipakai jamaah jadinya di rumah kita, hari ini mendadak gak bisa. Terus dipindah katanya, tadi Papa suruh nyampain ini ke Mama," kata Bunder. "Astagfirullahal'adzim! Gitu doang kok ngajak senam jantung!" "Bukannya Mama suka senam jantung dalam kegelapan sama Papa?" "Ehmm! Ada anak kecil. Kita ke kamar aja, Sayang. Yuk, Om suapin!" Haidar merangkul Ciara dengan senyum merekah. "Gayamu Hai-Hai, nggak lihat perut istrimu sudah mengembang itu," timpal Bunder. "Hahaha, aduh-aduh!" Sita tersenyum dengan cengengesan mereka. "Entar aja makannya, Cia bantu beresin ruang tamu dulu," kata Ciara.
"Maksudnya?" tanya Haidar."Gini-gini, Isbay perinci dari awal. Ulang ya pertanyaannya," kata Ciara."Monggo, Cantikku," jawab Haidar."Chat atau ngobrol langsung dengan bukan mahram, niku ada batasnya kan?" tanya Ciara."Ada dong, yang bisa batasi itu nggih diri sendiri," jawab Haidar."Seberapa batasnya, biar tidak berpotensi dosa? Jangan bilang jawabannya yang tahu diri sendiri, ngoten?" Ciara mengerutkan jidatnya."Itu pasti, hahaha." Haidar tidak menyadari apapun di ponselnya, justru ia tertawa dengan pertanyaan istrinya."Sekarang masuk contoh, ketika ada 2 menusia laki-laki dan perempuan, sering ngobrol dan kumpul berdua, bukan karena pacaran, bukan karena mereka saling mencintai juga, tapi curhat masalah masing-masing isi hatinya atau permasalahannya. Itu masuk berlebihan, mboten? Biasanya mereka itu melangsungkan hal tersebut dengan alasan, 'kan nggak ada perasaan cinta, cuma sa
"Iya, motor kesukaan kamu."Ciara kegirangan, sudah lama motornya disembunyikan karena tekad Ciara pakai motor sendiri. Sepanjang jalan istrinya terus tersenyum. Haidar bahagia, menengok senyum manis tersebut tidak hiiang-hilang."Suka?" tanya Haidar."Ehmm, suka sekali!" sahut Ciara."Masyaallah, cantiknya Isbayku." Haidar melirik dari spion motor istrinya.Ciara mengeratkan pegangannya ke Haidar dan menyandarkan dagunya ke pundak sang suami. "Kan dirawat sama Paksunya.""Nggak dirawat pun, kamu itu tetep cantik," jawab Haidar."Masaa? Bangun tidur gitu Isbay cantik gak, sih?"Tak ada suami yang tulus mencintai istrinya yang mengatakan bahwa istrinya tidak cantik. Sekalipun, masalah fisik orang tersebut buruk. Karena seorang suami tidak menilai kecantikan hanya pada sisi, semua terangsang dengan cantik. Kalau bicara tentang fisiknya Ciara, sudah asli memang cantik, secara dia seorang B
"Hehe, gak dong. Kamu nggak salah, Sayang. Sudah cukup apa belum tanyanya? Kalau sudah, kamu segera mandi supaya nanti tidak terburu-buru," saran Haidar. "Maunya dimandiin Om, katanya gemes liat perut Isbay mengembang," sahut Ciara. "S-Sayang, jangan keras-keras! Entar Mama iri, hahaha," bisik Haidar. "Hahaha, ya gak apa-apa, kan ada Papa," kata Ciara. "Hayoh, ngomongin apa kalian! Hah?" "Hehe, ngapunten Mam. Nggak apa-apa kok, Ciara pamit mandi dulu ya sama---" "Iya, mandi sama Haidar, wkwk." Sita terkekeh meninggalkan depan kamar mereka. "Kabar temen kamu yang marah-marah perkara tahlil waktu itu gimana?" "Hahaha, udah baik sekarang, justru jadi penggerak tahlilan sekarang, dan nanti kayaknya hadir waktu kajian. Kita udah damai kok, ternyata tinggalnya nggak jauh dari sini, komplek sini." "Alhamdulillah, emang dari awal dia NU apa gimana?" "Iya NU asli, tapi dia kan sempet amnesia, baru akhir-akhir ini sembuh. Isbay tanya satu judul lagi deh, baru mandi, pareng?" "Pareng
"Aish pura-pura tidak tahu!" "Beneran gak paham, jelasin dong!" pinta Haidar. "Yaaa, Al menunjukkan bahwa kalimat itu ma'rifat, sama deh kayak Om, ketara sekali sikapnya hari ini kalau tulusnya ma'rifat cuma untuk aku." "Bukannya tiap hari Om tulus sama kamu? Emang hari biasanya tidak terlihat?" "Terlihat Sayangku, tapi hari ini lebih terlihat. Suwun nggih," kata Ciara. *** "Tidur, Sayang!" pinta Haidar. "Nggak mau," jawab Ciara. "Kamu lapar?" tanya Haidar. "Biasa aja," jawab Ciara. "Kenapa cuek sama Om? Hadap sini dong!" Haidar mempererat pelukannya. "Gak mau!" "Om salah apa, Sayang? Pulangnya kamaleman ya," kata Haidar. "Nggak!" "Lalu?" "Tadi waktu pulang Om gak peluk Isbay, tapi pelukan sama para krucil yang dititipin di sini! Aarrghh!" Setelah para anak kecil yang dititipkan ke rumah Ciara pulang, Ciara langsung ke kamar tanpa berkata apa-apa ke suaminya. Sebenarnya, bukan ini yang membuatnya marah. Ada hal lain yang lebih utama, tetapi yang itu juga termasuk. "Hmm
Ciara: "Iya-iya. Mau yang foto apa?"Haidar: "Foto perut bola kamu."Ciara: "Aku lagi di mobil, Sayang. Perutnya doang? Wajahnya nggak gitu, hhhh!"Haidar: "Ya ampun, cemburu ya sama baby. Om pengen perutnya aja."Ciara: "Ngeselin! Gak mau ah!" (Emoji ngambek)Haidar: "Cintaku, kan tadi sudah dibilang, sama senyum kamu, memangnya yang bisa senyum itu perut, hmm?"Ciara: "Mana ada. Nih fotonya? Cantik, gak?"Haidar: "Ini chatnya. Kepikiran apa Sayang kok nggak teliti? (Repost chat). Masyaallah istrinya siapa ini, gemes! (Komen foto) Jaga cantiknya ya Sholihahku (Emoji love banyak)Ciara: "Mikirin njenenganlah, mikirin siapa lagi. Hehe, Insyaallah Om Sayang. Gantengnya Om jangan diserahin ke karyawan juga ya, apalagi sekretaris!"Haidar: "Insyaallah, aman Isbayku."Ciara: "Oc, bisa nggak ya sebelum ngelahirin benih kamu, Isbay wisuda?"Ha