"Iya, motor kesukaan kamu."
Ciara kegirangan, sudah lama motornya disembunyikan karena tekad Ciara pakai motor sendiri. Sepanjang jalan istrinya terus tersenyum. Haidar bahagia, menengok senyum manis tersebut tidak hiiang-hilang.
"Suka?" tanya Haidar.
"Ehmm, suka sekali!" sahut Ciara.
"Masyaallah, cantiknya Isbayku." Haidar melirik dari spion motor istrinya.
Ciara mengeratkan pegangannya ke Haidar dan menyandarkan dagunya ke pundak sang suami. "Kan dirawat sama Paksunya."
"Nggak dirawat pun, kamu itu tetep cantik," jawab Haidar.
"Masaa? Bangun tidur gitu Isbay cantik gak, sih?"
Tak ada suami yang tulus mencintai istrinya yang mengatakan bahwa istrinya tidak cantik. Sekalipun, masalah fisik orang tersebut buruk. Karena seorang suami tidak menilai kecantikan hanya pada sisi, semua terangsang dengan cantik. Kalau bicara tentang fisiknya Ciara, sudah asli memang cantik, secara dia seorang B
"Hehe, gak dong. Kamu nggak salah, Sayang. Sudah cukup apa belum tanyanya? Kalau sudah, kamu segera mandi supaya nanti tidak terburu-buru," saran Haidar. "Maunya dimandiin Om, katanya gemes liat perut Isbay mengembang," sahut Ciara. "S-Sayang, jangan keras-keras! Entar Mama iri, hahaha," bisik Haidar. "Hahaha, ya gak apa-apa, kan ada Papa," kata Ciara. "Hayoh, ngomongin apa kalian! Hah?" "Hehe, ngapunten Mam. Nggak apa-apa kok, Ciara pamit mandi dulu ya sama---" "Iya, mandi sama Haidar, wkwk." Sita terkekeh meninggalkan depan kamar mereka. "Kabar temen kamu yang marah-marah perkara tahlil waktu itu gimana?" "Hahaha, udah baik sekarang, justru jadi penggerak tahlilan sekarang, dan nanti kayaknya hadir waktu kajian. Kita udah damai kok, ternyata tinggalnya nggak jauh dari sini, komplek sini." "Alhamdulillah, emang dari awal dia NU apa gimana?" "Iya NU asli, tapi dia kan sempet amnesia, baru akhir-akhir ini sembuh. Isbay tanya satu judul lagi deh, baru mandi, pareng?" "Pareng
"Aish pura-pura tidak tahu!" "Beneran gak paham, jelasin dong!" pinta Haidar. "Yaaa, Al menunjukkan bahwa kalimat itu ma'rifat, sama deh kayak Om, ketara sekali sikapnya hari ini kalau tulusnya ma'rifat cuma untuk aku." "Bukannya tiap hari Om tulus sama kamu? Emang hari biasanya tidak terlihat?" "Terlihat Sayangku, tapi hari ini lebih terlihat. Suwun nggih," kata Ciara. *** "Tidur, Sayang!" pinta Haidar. "Nggak mau," jawab Ciara. "Kamu lapar?" tanya Haidar. "Biasa aja," jawab Ciara. "Kenapa cuek sama Om? Hadap sini dong!" Haidar mempererat pelukannya. "Gak mau!" "Om salah apa, Sayang? Pulangnya kamaleman ya," kata Haidar. "Nggak!" "Lalu?" "Tadi waktu pulang Om gak peluk Isbay, tapi pelukan sama para krucil yang dititipin di sini! Aarrghh!" Setelah para anak kecil yang dititipkan ke rumah Ciara pulang, Ciara langsung ke kamar tanpa berkata apa-apa ke suaminya. Sebenarnya, bukan ini yang membuatnya marah. Ada hal lain yang lebih utama, tetapi yang itu juga termasuk. "Hmm
Ciara: "Iya-iya. Mau yang foto apa?"Haidar: "Foto perut bola kamu."Ciara: "Aku lagi di mobil, Sayang. Perutnya doang? Wajahnya nggak gitu, hhhh!"Haidar: "Ya ampun, cemburu ya sama baby. Om pengen perutnya aja."Ciara: "Ngeselin! Gak mau ah!" (Emoji ngambek)Haidar: "Cintaku, kan tadi sudah dibilang, sama senyum kamu, memangnya yang bisa senyum itu perut, hmm?"Ciara: "Mana ada. Nih fotonya? Cantik, gak?"Haidar: "Ini chatnya. Kepikiran apa Sayang kok nggak teliti? (Repost chat). Masyaallah istrinya siapa ini, gemes! (Komen foto) Jaga cantiknya ya Sholihahku (Emoji love banyak)Ciara: "Mikirin njenenganlah, mikirin siapa lagi. Hehe, Insyaallah Om Sayang. Gantengnya Om jangan diserahin ke karyawan juga ya, apalagi sekretaris!"Haidar: "Insyaallah, aman Isbayku."Ciara: "Oc, bisa nggak ya sebelum ngelahirin benih kamu, Isbay wisuda?"Ha
"Ishhh, kalau mau iseng gak usah model beginian! Aku suruh ngembalikannya pasti gak bisa!" rajuk Ciara. "Cuma misal kok, sekarang udah nyaman dengan rambut ini. Dulu sih, risih banget, benci banget, tapi diam dan berusaha mencari cara untuk nyaman supaya gak nyakitin perasaan kamu," kata Haidar. Sekalipun kebiasaan yang tidak disukai, jika untuk istrinya, Haidar akan tetap mengusahakan dengan garis bawah tidak membahayakan. Pengakuannya membuat Ciara semakin bangga, ia pun menarik suaminya untuk gantian disandari. ***"Huaaaa, Om sekarang gak usah deh kasih quotes sesuai jadwal, gak usah bangun tidur langsung kecup, gak usah bacain sholawat dan Al-Quran sambil memeluk perut Isbay, jangan lagi punya waktu khusus untuk full memanjakan Isbay di malam minggu, support kuliah, kalau Isbay marah gak usah dipeluk, udah-udah kita jangan romantis!" Ciara menangis dalam pelukan suaminya. "Kamu kesurupan apa gimana sih? Jangan romantis, tapi kamu peluk erat begini, apa maksudnya Sayang?" Hai
Ciara: "Mau tema---"Haidar: "Apa, Sayang? Kamu bingung pilihnya?"Ciara: "Gak! Isbay masih marah!"Haidar: "Hehe, sebentar lagi sampai kok. Jadi gak quotesnya?"Ciara: "Iya, mana! Temanya majas dari nahwu!Haidar: "Amil itu yang bisa mengubah akhir kalimat, kalau yang bisa mengubah marahmu tamat, namanya pelukanku."Ciara: "Hmm, jatuhnya ngegombal!"Haidar: "Masih belum puas ya? Pengen dibuatin lagi?"Ciara: Sampun (emoji love dan jempol)Ciara: Ocyang, contoh qiyas tuh apa? Isbay masih tetep marah, jangan kepedean! Terpaksa aja nanya gini karena ditanya temen! (Emoji marah)Haidar: (Emoji tertawa) Gpp marah, yang penting tetep cinta, kan emang pelukan Ocyang belum mendarat, tapi sepertinya sudah reda nih marahnya jika ditengok dari quotes (Emoji n
Bab 60. Setulus Dhorof"Ya gak gitu juga, Sayang. Ini beda jalur, memang cemburu, tapi Om suruh kamu cuti ini karena udah Om teliti sejak jauh-jauh hari," kata Haidar."Kenapa baru bilang sekarang?" "Karena ....""Takut Isbay sakit hati?" timpal Ciara."Hehe, pinternya istriku. Ngapunten, banyak kurangnya Om ini sebagai suami kamu, maaf tadi ... sewot sama Bumi." Haidar menatap istrinya."Hahaha, sayang banget dah! Aku ingin bilang sayang Om banyak kali!""Bilang aja, Om juga Sayang Isbay, Sayang Isbayku ...."Memang indah, kerukunan yang terjaga. Mereka teringat nasihat dari Gilap, yakni tentang kerukunan yang harus mereka tanamkan sampai mati. Haidar yang mau marah sebab cemburu pun, kini telah lebur karena sambutan Ciara yang bagi Haidar selalu menghibur.***"Isbay, ayolah makan," pinta Haidar."Ehmm, males!" Ciara asyik nonton sembari bersandar ke dada suaminy
"Minta apa, Sayang?" tanya Haidar."Cium dulu Mbumnya," jawab Haidar."Hmm, siap. Mbum, kita doa bareng di dalam masjid ya, Nak. MasyaAllah lagi nendang-nendang. Tempatnya terbuka Sayang, maaf gak selama biasanya." Haidar mencium perut Ciara."Makasih, Abi."Hari menjelang siang. Sapaan mentari terasa khas sekali dengan aroma hangat yang tak menyakiti. Lantunan ayat suci semakin membuat dua insan itu merasa terhiasi. Menadahkan tangan kepada sang Maha Bijaksana, menjeritkan segela cerita dari relung hati yang paling dalam, keduanya sama-sama terhanyut dalam doa masing-masing."Sayang," sapa Haidar setelah lumayan lama ia tinggal berdoa sendiri."Ocyang, masuk area rumah sakit, yuk!" Masih dengan linangan air mata, ia menggeser tubuhnya dan bersalaman dengan Haidar."Kamu ingat waktu dirawat ya? In
"Kenapa suamiku gugup, hmm?" tanya Ciara. "Sayang, apa yang kamu katakan ini sangat berat. Om berharap, kamu bisa menemani Om dan Mbum setiap harinya. Malam akan gelap dan kosong tanpa bintang dan rembulan. Bintang dan bulan menjadi satu kesatuan yang memancarkan keindahan. Hilang salah satunya, hilang pula keestetikan yang malam punya. Kamu harus tetap ada." "Iya, Sayang. Akan tetapi, ada masanya di mana bulan dan bintang tidak terlihat bersama. Jangan terlalu menganggap aku duniamu, bukannya itu yang Om katakan? Sekarang Isbay balik, jika takdir menjemput Isbay dulu, Om mau tinggal di mana?" "Astaghfirullah! Bismillah kamu kuat, kamu selamat. Oleh janji akan selalu menaruh Mbim dalam keadaan tersemat. Semangat, Sayang!" Cupp. Serangkaian doa dari ayat suci Al-Qur'an pun Haidar lantunkan di depan perut istrinya. Ciara menadahkan tangan, mengamini setiap lantunan tersebut dengan penuh sungguh. Hati mereka kembali tenang, lebih tenang dan mempersiapkan ikhlas yang luas. Apapun kead