Ciara menatap suaminya dengan tatapan bingung. Haidar paham, itu karena istrinya khawatir dari meminta Haidar untuk membantu menjawab. Tidak menunggu lama, Haidar segera mengalihkan hal tersebut.
"Maksud Cia, ini ada tumpahan air minum jangan disentuh kalau mau nyentuh anak aku. Oh iya, temenin ke ruang samping dulu, Bro! Tadi dipanggil dokter!" ajak Haidar.
Sengaja Haidar lakukan untuk meminimalisir terjadinya keributan dan juga keresahan. Ia meminta kepada Spion supaya tidak mengganggu maupun menyentuh putra dan istrinya. Perasaan cinta Spion ke Ciara ini masih bergejolak, tetapi Spion menuruti permintaan Haidar dengan tujuan memperlancar aksi yang akan diluncurkan dengan cara menikahi Toya.
"Santai, aku kan udah mau nikah. Gak akan aneh-aneh lagi," kata Spion.
"Baik jika seperti itu. Semoga ucapanmu menjadi doa, dan bisa kembali sembuh seperti Spion Galaxy yang dulu." Haida
Bab 64. Setegar Bumi "Iya, tapi Isbay gak sedih kok, hanya sedikit perih aja.""Ehmm, itu namanya juga sedih. Harusnya bangga loh," sahut Haidar. "Ocyang tumben iih gak ramah ngasih solusinya!" ***Ciara: "Bagaimana jika kita mengingat dalam keadaan sakit, sholat kita nggak bener, rokaat tidak pas, nggak nutup aurat, tayamum ala kadarnya ... tapi waktu sakit ada kalanya lumayan eror, jek eleng jek ora ke diri sendiri dan keadaan, terus kita mengingat hal tersebut dalam keadaan sudah sehat. Apa perlu mengulangnya? Setelah Isbay baca diary waktu masuk rumah sakit, ternyata pernah di kasus ini." Haidar: "Kalau bisa di sempurnakan." Ciara: "Diqodho' semua ngoten? Astaghfirullah!" Haidar: "Sekali ngerjain sholat ya di sempurnakan pisan kalau gak ada madhorot. biar nggak ngulang, Sayang." Ciara: "Lah pas ngerjain nggak sadar cara-caranyanya yang pas, Sayangku. Masa gak ada keringanan? ." Haidar: "Maksudnya gak sadar?"Ciara: "Lupa ingatan, tapi gak penuhJek eleng jek mboten ngot
"Hehe, iya Sayang. Nih Ocyangmu yang ngarahin, bonekanya dipaketin dari kemarin," kata Sita. "Masyaallah, iih sweet deh. Thanks Ocyang Ganteng, bakal Cia rawat bonekanya." Hanya terkekeh tidak jelas, Haidar tertawa ngakak karena perubahan sikap istrinya yang sangat menggemaskan. Sita sampai beberapa kali menyentak Haidar, tidak mau menantunya dibuat cemberut lagi. Ya, meskipun cuma permainan. ***Flashback memori romantis. "KENAL HUJAN KAN? KISAH KITA SEINDAH HUJAN, PAHAM GAK? KALAU GAK PAHAM, TANYA AJA KE HUJAN." Haidar: "Sayang, baca surat Al-Insyiqaqnya jangan lupa." Ciara: "Nggih, ngapunten hari ini Isbay baca satu kali." Haidar: "Gpp, yang penting jangan sampai tidak baca tiap hari ya. Semoga ini bisa menjadi jalan kemudahanmu dalam persalinan. Kemarin waktu sowan ke pesantren kan diingatkan lagi sama ummi, tentang amalan ketika usia kandungan mulai 7 bulan 8 bulan, yang faidahnya untuk mempermudah persalinan. Sekarang kandungan kamu udah 7 bulan lebih, semangat Sayang (Em
"Ini Abang Uha mirip Ibu, yaa meskipun semua identik wajah ke Abi. Harus segera bikin ini yang generasi Ibu," ujar Ciara. "Hahaha, katanya masih nifas," goda Haidar. "Yaa, maksudnya kalau udah, langsung gass!" "Heran ya, Kak sama Ibu. Nanti kalau kita nggak keurus gimana loh Bu, udah main tambah aja," ledek Haidar. "Abi! Gak baik iih ngajarin ke anak prasangka buruk," kilah Ciara. "Oouuh, ngapunten Ibu Cia. Mbil siap nerima Adik, ya Nak ya. Siap? Mbil ganteng, Mbil sholih, si paling suka melek kayak Ibu, si paling usil kayak Abi, si paling kece kayak Abi. Jadi dokter ya Nak entar." Haidar asyik menggendong Uda dengan meliling kalau istilah jawanya yang berarti mengajak bicara bayi. Ciara seperti ulat keket nempel terus ke pinggang suaminya sembari menyaksikan Mbum yang digendong Haidar. Anak pertamanya ini, sungguh miripnya pakai banget dengan Haidar, bak lihat Haidar kecil. "Oweekkh." Uja kembali menangis. "Sayang, gendong tuh Adik Uja," kata Haidar. "Adik, Sayang. Kayaknya
"Menurut kamu taruh mana?" tanya Haidar."Paling ikut mama," jawab Ciara. "Kalau sudah tahu kenapa nanya?" "Ditanyain gitu aja sewot!" "Ocyang naruh Mbum di atas kompor, percaya gak?" ledek Haidar. "Iishh! Yang bener aja! Leher Isbay udah pegel ini jangan nambahin beban!" seru Ciara. "Oohh, lehernya pegel. Sini Om pijit pakai bibir!" Haidar menenggelamkan kepala Ciara dalam dekapan kuatnya. Ciara tampak memberontak, bukannya tidak mau melayani tujuan suami, tetapi khawatir dengan Uda yang masih belum jelas. "Apaan, sih? Kak Uda di mana? Belum tenang ini." "Aman, ya nggak mungkin juga darah daging sendiri kok ditaruh atas kompor." Haidar terkekeh kecil sembari berbisik. "Ssstt, jadi inget. Nabi Ibrahim tuh pernah mau menyembelih Nabi Ismail," kilah Ciara. "Beda kasus dong, Sayang! Aaaahh kamu ini ngebandinginnya kok ke situ. Gak paslah," sahut Haidar. "Lalu, Kak Uda di mana?" Niatnya, Haidar ke situ untuk memperpulas tidur istrinya. Akan tetapi, sebuah jalur panjang menyapa
"Kembali ke diri sendiri ... mau milih yang mana," kata Haidar. "Ouuh, sebenarnya pihak wewenang teratas tetap diri sendiri, tapi Oc. Jika bernadzar dengan seseorang, tapi ternyata tidak ditepati? Nah, kayak kasusnya sahabat kita ini kan gara-gara janjinya Segara punjernya, terus ujung-ujungnya perjodohan. Haduuh, kalo yang Rasa ... fix sebenarnya kalau saran aku gak diterima perjodohan dari pihak guru dan orang tua, tapi tetep pakai sopan santun." "Segara emang pernah janji, dan ... ini menyakiti perempuan sih kalau gak ditepati. Bisa-bisanya Segara selalai itu! Pantas aja kalau pihak keluarga Segera juga minta perjodohan." Akibat sebuah janji yang terlupakan oleh Segera, kini bentrok antara keluarga Rasa dengan Segara. Keadaannya saat ini Segera sudah melamar Rasa. Keduanya kini bermasalah dengan perjodohan. Dari Rasa, Tiba-tiba datang orang yang dulu sangat dicintai, datang ke rumah karena dijodohkan oleh kyai Rasa dan laki-laki tersebut, sedangkan keluarga Rasa sudah tahu anakny
"Bilang gini 'kamu mau dibeliin apa, Sayang?' hahaha." "Hahaha, bisa aja. Kamu mau dibeliin apa, Sayang?" Haidar pun terkekeh dan menirukan apa yang diinginkan istrinya. "Yaaaahahaha, diturutin beneran. Mau satu ruang di rumah ini khusus ruang novel fiksi! Kalau yang tempat buku dan kitab-kitab lain kan udah ada, mau nurutin gak?" tanya Ciara. "Turutin, dong. Besok Ocyang hubungi orang-orang yang bertugas di bidang ini. Kamu ingin di ruangan bagian mana, hmm? Pengen manfaatin di ruangan rumah ini yang masih kosong atau buat lagi ruangan baru, seperti rumah baru khusus fiksi, bagaimana?" "Masyaallah, suwun. Njenengan selalu menawarkan yang lebih baik saat aku meminta sesuatu, mintanya 1 diberi 10," ungkap kagum Ciara. "Bagiku, kebahagiaanmu ialah cita-citaku yang ukurannya tak sekedar setinggi bukit, melainkan setinggi langit. Apa salahnya matahari bekerja sepanjang masa? Apa salahnya bulan menerangi semesta dalam gulita? Semua benar, bukan? Lalu, untuk apa aku tidak bergerak untu
Bab 70. Seluas Angkasa "Aaaa, mikirnya pasti yang itu!" celetuk Ciara. "Mikir yang itu apaa, Sayang?" "Gak usah sok bodoh gitu!" "Oke, gamblang. Kamu minta jatah anggota bawah, kan?" tanya Ciara. "Hahaha, iyalah. Udah rindu, emangnya Ocyang gak rindu?" tanya balik Ciara. "Rindu dong, gas yok!" "Sebentar, dunia kita tidak hanya berdua saja, kita pastikan dulu anak-anak beneran udah pules tidur, udah nyaman." Katanya, bahagia itu sederhana. Seseorang akan mudah mengatakan 'bahagia itu sederhana', saat hatinya dalam keadaan tertata, syukurnya ada dan memang keadaannya sedang bahagia. Lain, ketika seseorang yang sedang berperang dengan perasaan, mendapat tekanan, tidak semudah itu kata 'bahagia itu sederhana' diterima untuknya. Kalau dalam dunia ngegombal, 'mendapatkan kamu aja sulit, apalagi membahagiakanmu? Butuh cara elit'. ***ENAM BULAN NURILHUDA, SYAMSIDDHUHA, BADRIDDUJA. "Sayang, jika cintaku untuk kamu seluas angkasa, kurang tidak?" tanya Haidar. "Aku selalu menerima a
"Haahaha, pengen Ocyang makan cemburuannya!" "Serius, iih! Isbay gak suka liat Ocyang kayak gini," Pagi yang menggemaskan, setelah semalam tidur nyenyak, Ciara ingin testimoni suaminya. Yang ada, bikin emosi lagi. Tiara disebut kembali, membuat cemburunya Ciara kambuh. "Mammm," kata Uda. "Iya mam, enak kan, Mbum? "Ayo, Mbum semuanya, semangat. Kak Uda, Abang Uda, Adik Uja, yang lahap ya." Waktunya Mbum makan. Ketiganya didudukkan di tempat biasanya. Begitu pintar masing-masing makan sendiri. Tiara terkagum-kagum sampai berpikir untuk masa depannya mengenai anak kembar. "Aaaaa, cutenya makan sendiri. Kira-kira nanti Tiara bisa punya kembar kayak Kakak gak sih, menurut Kakak?" tanya Tiara. "Tiara Tiara, haha. Ada kemungkinan, kamu mau nikah muda?" "Gaklah. Abis lulus kuliah aja." Tiara membelai kepala si Mbum. "Ewuuueee, mmmm, huooooooooooeeeee!" "Astaghfirullah, makanan Abang ditumpahin Kakak. Abi, ambilin tisu Bi. Sama tolong buatin lagi buat Abang, udah tumpah semua ini."