Share

Bicara

Wajahku makin pias dan dingin. Asmi beneran acuh tak acuh sekarang.

"Jadi mau saya potong atau bayar sekarang, Pak?" tanya petugas PLN itu lagi.

"Bentar Pak, bentar aja, saya mau ke rumah ibu saya dulu, deket kok."

Cepat aku berlari ke kontrakan ibu.

"Buuu!! Buu!!"

Ibu membuka pintu, "apa sih kamu Hasan? Teriak-teriak."

"Ibu punya uang gak, Bu? Listrik di rumah mau diputus," tanyaku tanpa basa-basi.

"Hah mau diputus? Emang berapa bulan gak bayar? Dan butuh berapa?" cecar Ibu.

"Kalau gak salah sejuta dua ratusan, Bu."

"Hah?! Kamu ngomong apaan sih Sandi? Mana ada Ibu duit segitu."

Aku makin resah.

"Ya ampun Bu, terus ini gimana? Masa iya Hasan biarin listriknya diputus sih?"

"Ya gimana? Orang Ibu gak ada duit San, mana sih orangnya? Biar Ibu yang ngomong."

Ibu pun bergegas jalan ke rumahku, aku mengekor. Petugas PLN itu masih duduk di kursi teras.

"Pak, apa gak bisa kasih kami waktu lagi? Besok kami pasti bakal bayar itu listriknya," kata Ibuku saat kami sampai.

"Maaf Bu, gak bisa, sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status