“Mau disini?” bisik Viona lembut seraya meraba dada bidang Bima dari balik kemeja yang digunakannya.Bima memberi kode pada Aldo untuk menutup akses tempatnya duduk seperti biasa. Dan hanya dengan menekan satu tombol saja, mereka berdua sudah seperti berada di ruangan special. Meskipun tidak ada ranjang untuk melakukan kegiatan panas mereka nanti, tetap saja Vio sedikit takjub melihat keunikan tempat tersebut.“Sepertinya mangsaku kali ini bukan sembarang orang. Jangan sampai aku kehilangan orang ini,” batin Vio sambil duduk di pangkuan Bima. Kedua tangannya melingkar di leher Bima sehingga jarak mereka hanya beberapa inci saja.“Aroma tubuhmu lumayan juga!” puji Bima.“Makasih,” kata Vio sambil membuka kancing kemeja Bima satu persatu. Bulu-bulu halus di dada Bima membuat darahnya berdesir. Andai saja kesepakatannya bisa melakukan sampai hal itu, pasti dia akan merasa sangat senang bisa berada di bawah dada bidang itu.“Aku suka wanita yang agresif!” kata Bima karena Vio tengah menci
"Hei, apa yang kau katakan! Buat apa kamu minta tolong? Ini aku!!" kata Bima sambil mengendus leher Santi dari belakang."Pak Bima kok tahu-tahu bisa ada di sini?""Kamu lupa ini apartemen siapa? Tentu saja aku bisa muncul di sini setiap saat!!""Mmmhhhh …" Santi melenguh pelan saat merasakan lidah Bima menari-nari di lehernya."Gadis sialan! Hanya mendengar desahannya saja bisa membuatku langsung ingin memakannya!!" umpat Bima dalam hati."Pakkk … ahhh!!" Santi menggelinjang tidak karuan ketika tangan kekar Bima masuk ke balik lingerienya."Dari mana kamu dapatkan baju haram ini?""Aku hanya memakai yang ada di dalam lemari saja!" ucap Santi seraya menggigit bibir bawahnya.Sebisa mungkin dia mencoba menahan diri agar tidak mendesah. Namun, ternyata usahanya sia-sia, karena Bima dengan sengaja malah memancing gadis itu agar mengeluarkan apa yang dirasakannya."Jangan ditahan! Aku suka mendengar suara desahanmu yang seksi!!" bisik Bima sambil menggigit telinga gadis itu perlahan.Lida
“Aku cuma mau mencoba untuk menempelkannya sebentar,” kata Santi yang saking penasaran.Saat jalan yang sudah basah itu menempel di senjata bosnya, Santi menggerakkannya naik turun membuat milik Bima merasa seperti dipijat. Dia sudah seperti tak bisa mengendalikan diri lagi dan hanya dalam beberapa gesekan, senjata Bima berkedut hebat dan mengeluarkan peluru putihnya.Santi semakin cepat menggerakkan miliknya karena juga merasakan sensasi luar biasa. Ketika dua lututnya hampir lemas, dia merasakan miliknya terasa sangatlah panas sebelum akhirnya jatuh di atas dada bidang Bima.“Haaahhhh … kakiku rasanya lemes banget, Pak!” kata gadis itu polos.“Kamu benar-benar gila!!”“Ahhh … bapak menikmatinya juga, ‘kan??”“Hehh!! Sudah berani kamu, ya?”“Kalau udah bikin enak kayak gini, aku juga mau tiap hari, Pak!”“Ngelunjak kamu, ya?”Gadis itu bangkit dari atas tubuh bosnya dan duduk di sisi sofa yang hanya tinggal sedikit. Santi memanyunkan bibirnya karena merasa kesal.“Bukannya bapak sen
“Aku sudah menantikan hari ini sejak lama. Susah payah untuk bisa masuk sini, mana mungkin aku biarkan kamu begitu saja!” kata lelaki itu.“Siapa kamu? Aku nggak kenal kamu!”“Kamu nggak perlu kenal siapa aku, yang pasti aku sudah dibayar mahal untuk ini. Kapan lagi aku bisa menikmati tubuh mulus tapi malah dikasih bayaran tinggi?” katanya sambil meremas benda kenyal milik Santi yang masih tertutup itu.“Jangan macam-macam kamu!! Lepasin!!” pekik Santi saat dia merasakan kait belakangnya dilepas paksa.Lelaki itu dengan mudahnya menggendong tubuh Santi dan menjatuhkannya di kasur. Dengan cepat dilahapnya leher jenjang Santi sambil mengunci pergerakan tangannya yang terus meronta.Lelaki itu sempat menghisap ujung benda kenyal miliknya sesaat sebelum sebuah pukulan keras mendarat di kepala lelaki tersebut.“Ahhhh!!!” Santi berteriak histeris melihat darah yang mengucur dari kepala lelaki itu.***“Bagaimana keadaannya?”“Dia hanya shock saja. Mungkin dalam beberapa hari ke depan dia ak
Aldo dibuat kembali tersentak karena Bima menendang kepala Baron tanpa ampun.“Heii!! Ada apa denganmu, Bim?? Nggak biasanya kamu mau mengotori tanganmu sendiri seperti ini!” kata Aldo.“Untuk orang yang berani bermain-main denganku, tak akan ada ampun buatnya. Apalagi sampai menyentuh Santi! Jangan memancingku untuk urusan yang satu itu!”Mendengar kata-kata Bima sudah cukup menjawab rasa penasaran Aldo. Itu artinya Bima memang sudah menentukan pilihannya kepada Santi. Satu hal yang harus dia lakukan sekarang adalah menjaga Bima agar tidak sampai melakukan hal bodoh dengan mengotori tangannya sendiri.“Cepat katakan saja kalau kamu mau selamat. Aku bisa pastikan itu asal kamu bisa diajak kerja sama dengan baik,” bisik Aldo sambil membangunkan Baron.“Siapa yang suruh kamu?!” tanya Bima meradang lagi.“Baiklah aku akan kasih tahu. Amelia, dia yang nyuruh aku!”“Dasar wanita jalang!! Bawa dia kesini secepatnya!!” kata Bima dengan emosi yang tak terkira.Aldo segera memerintahkan orang
Keringat mengucur deras di dahi Baron begitu dia menyelesaikan hasratnya. Dilihatnya Amelia yang menangis tersedu dengan kaki yang ditekuk."Kamu sudah bekerjasama dengan baik. Kedepannya aku harap tidak akan pernah melihatmu lagi di kota ini," kata Aldo dengan penuh tekanan mematikan."Baiklah, aku akan pergi dari kota ini asalkan masih bisa menikmati hidupku," kata Baron."Lebih baik kamu segera pergi, dan bawa wanita licik itu juga bersamamu!" titah Aldo.Baron tampak sedikit keberatan ketika harus membawa Amel serta. Tapi demi mendapatkan kebebasannya, mau tak mau dia menyetujuinya."Baiklah!"Aldo tersenyum sinis sambil melihat Amel yang kini menatapnya tajam. Beberapa saat mereka beradu pandang dan akhirnya Amel menyerah karena Baron tiba-tiba saja mengangkatnya."Selamat bersenang-senang, jalang!!" kata Aldo melihat kepergian mereka berdua.***"Santi, apa kamu baik-baik saja?" tanya Bima ketika melihat gadis itu tengah duduk di kursi meja rias."Aku rasa begitu.""Kamu yakin?"
"Pak Aldo?? Maksudnya apa?" tanya Santi."Nanti kamu akan tahu sendiri apa jawabannya.""Iihhhh, Pak Aldo ini bisa banget bikin penasaran!""Kalau aku malah nggak penasaran sama sekali. Udah pasti sesuai sama tebakanku tadi," kata perawat tersebut."Apa, sih?" kata Santi malu-malu.Aldo tak menyangka Santi masih bisa berpikir bahwa Bima hanya penasaran dengannya saja. Tapi sebagai orang yang tidak begitu mengenalnya, memang lebih baik berpikir begitu daripada berlebihan karena hanya akan menimbulkan sakit hati. Bima tak pernah sekalipun memakai hatinya pada seorang wanita.Dan untuk kali ini, dia yakin kalau Bima telah menjatuhkan pilihan hatinya pada sekretaris polosnya itu. Yang dia tidak tahu adalah apakah perasaan Bima itu akan bertahan lama, atau malah menjadi semakin mengikat hingga akhir nanti."Ini buburnya udah siap, mau dimakan kapan?" tanya perawat yang bernama Elly itu."Taruh situ aja, Mbak. Aku akan segera makan," jawab Santi."Baiklah, aku siapkan obatnya di sini ya, di
"Pilihanmu benar-benar bagus. Dia barang baru disini dan dijamin masih ori!!" kata Mak Oyo."Baguslah." kata Aldo tersenyum puas.Tapi berbeda dengan Bima yang justru tampak berpikir dua kali untuk melakukannya. Dia malah teringat dengan Santi yang pasti sedang menunggunya."Kamu kenapa malah diem aja? Bukankah kamu bilang ingin senang-senang dan membuktikan bahwa dia masih normal?" tanya Aldo seraya menunjuk pada arah junior Bima.Dengan langkah malas, akhirnya Bima menuju ke kamar yang sudah disediakan, dengan diikuti oleh gadis pilihannya. Suasana kamar yang dibuat sedemikian rupa, membuat Bima membayangkan bahwa itu adalah malam pertama sepasang pengantin yang saling mencintai.Sedangkan dirinya saat ini, seperti sedang menyerahkan diri pada seseorang yang bahkan dia tidak mengenalnya."Sial! Sejak kapan aku jadi berpikir yang tidak-tidak seperti ini! Bukankah selama ini aku biasa saja melakukan rutinitas itu?" gumam Bima sambil melihat-lihat kamar yang cukup luas tersebut."Ma-ma