Santi memijit pelipisnya saking kesalnya dengan tingkah dua lelaki hebat di sampingnya. Ada rasa senang tapi juga sedih, karena kebebasannya terenggut secara tidak masuk akal.***Bulan demi bulan terlewati dengan berbagai macam aturan yang diberikan oleh Adam dan juga Bima. Namun ketika kehamilan Santi sudah memasuki bulan ketujuh, Santi mulai mengutarakan keresahan dalam hatinya."Pa, Mas … Aku ingin pergi ke mall untuk membeli keperluan bayi ini, ya. Udah lama aku nggak jalan-jalan keluar," pinta Santi di sela sarapan pagi mereka."Emangnya kamu mau beli apa? Biar aku aja yang beli kamu tinggal sebutin aja mau apa," jawab Bima."Iya, bener!" timpal Adam. Santi memasang wajah memelas sambil mengelus perut buncitnya. "Kalau nanti kamu lahirnya ileran, salahin aja Opa dan juga papa kamu ya, Nak!"Adam dan Bima langsung bergidik ngeri. Mereka tak menyangka Santi akan berkata demikian. Biasanya Santi akan menurut saja pada apa yang dikatakan oleh mereka."Kamu jangan kayak gitu dong, S
Santi Kusuma Dewi tersandung oleh kakinya sendiri karena menghindari kubangan jalan. Padahal jalanan disitu sudah diaspal sedemikian rupa, mungkin ini karena efek hujan deras semalam. High heels yang dipakai sampai patah sebelah sehingga mau tak mau harus mematahkan sisi yang lainnya agar seimbang.Dengan jalan yang terseok-seok, dia melanjutkan langkah menuju ke sebuah perusahaan besar yang ada di seberang jalan. Santi menyeberang jalanan itu dengan perlahan, karena saking padatnya jalanan saat ini.Namun baru saja sampai di tepi, Santi nyaris terjatuh lagi karena ada mobil berhenti mendadak di depannya. Mobil mewah berwarna hitam yang bisa dipastikan keluaran terbaru karena catnya yang masih mengkilap.“Wah … kapan aku bisa naik mobil semewah ini, ya?”Tanpa sadar dia mengelus badan mobil tersebut. Dan ketika menyentuh bagian pintu, secara tiba-tiba keluarlah sang pemilik mobil dan brukk!! Santi terjatuh lagi.“Ohhh … maafkan aku! Aku buru-buru sampai nggak liat kalau ada orang!” uj
Santi merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Ada rasa ingin, tapi tidak tahu keinginan yang seperti apa. Akhirnya dia memutuskan untuk menghentikan aksinya tersebut sebelum diketahui oleh karyawan lain.Tapi saat keluar dari toilet, Santi baru menyadari kalau yang dimasukinya adalah toilet khusus untuk CEO. Dengan tergesa-gesa dia segera keluar dari sana dan kembali ke tempat kerjanya.Untuk beberapa saat tidak terdengar suara-suara aneh dari dalam ruangan bosnya. Namun, setelah itu keluarlah wanita tadi dari dalam sambil membenarkan rambutnya yang berantakan.“Ohhh … jadi kamu sekretaris Bima??” tanya wanita itu dengan nada angkuh.“I-iya!”“Kamu disuruh masuk ke dalam!” ujarnya sambil melenggang pergi.“Baik.”Santi pun masuk ke dalam ruangan CEO dengan hati-hati. Dia tak menyangka jika orang yang menolongnya di depan kemarin adalah pemilik perusahaan itu sendiri.“Silahkan duduk!” kata Bima.“Ma-makasih, Pak.”Bima memandang Santi dengan tatapan yang begitu dalam sampai gadis cantik i
“Me-memuaskan bagaimana maksudnya?” tanya Santi bingung.“Kamu lihat di sudut meja ini, ada sebuah tombol.”“Ah … ini tombol yang bisa membuka akses untuk melihat ke dalam, ya?”“Kamu sudah tau?”“Tadi nggak sengaja kepencet, dan …”“Dan apa?” selidik Aldo.“Dan itu …”“Itu? Itu apa??”“Tamu Pak Bima tadi … itu …”“Kamu ini pura-pura bego atau emang beneran polos, sih?” tanya Aldo tak sabar.“Aku benar-benar nggak tau soal begituan, Pak!”“Lalu yang kamu tahu sebagai tugas sekretaris itu apa?”“Maaf, Pak! Aku memang belum begitu tau apa saja tugasnya, tapi aku akan berusaha untuk melakukan semuanya yang terbaik.”Aldo memperhatikan Santi dengan seksama, dan tersenyum tipis. “Pantas saja Bima marah-marah tidak jelas, sepertinya gadis ini benar-benar polos.”“Pak?? Jadi apa tugasku?” tanya Santi, melambaikan tangannya di depan Aldo yang malah melamun.“Ohhh … untuk sementara cukup itu aja dulu. Nanti aku akan kasih tahu lagi kedepannya bagaimana. Dan alangkah baiknya kalau nanti ada tam
"T-tapi … gimana caranya, Pak??" tanya Santi bingung dan panik."Buka!!""Hah? Apa, Pak??""Aku bilang buka!!"Santi segera membuka kait celana yang dikenakan Bima. Matanya sempat menatap tajam tak percaya ke arah senjata yang masih tertutup kain tipis itu.Karena tak sabar dengan yang dilakukan oleh Santi, Bima segera menurunkan celananya sendiri. Dan begitu senjata tumpul itu tak tertutup apapun lagi, Bima duduk di kursi kerjanya dengan menyandarkan tubuhnya ke belakang."Kamu urut dia!" perintah Bima."Hah?? Apa, Pak??""Kamu nggak bisa jawab dengan perkataan lain??""Tapi, saya benar-benar enggak ngerti harus bagaimana!"Bima menutup wajahnya dengan kedua tangan karena melupakan bagaimana polosnya sekretaris barunya itu. Akhirnya dengan menahan nafsunya, Bima menuntun tangan Santi untuk memegang miliknya."Emmmhhh … teruslah bergerak seperti itu!" kata Bima tanpa melepaskan tangan Santi.Santi menuruti apa yang diperintahkan oleh Bima tanpa banyak membantah lagi. Sejujurnya dia pu
"Aku milikmu," kata Clara dengan penuh percaya diri.Kedua tangannya melingkar di leher Bima. Ditariknya ke bawah agar bisa melumat bibir seksi tersebut.Untuk beberapa saat lamanya, Bima menikmati pagutan liar yang dilakukan oleh Clara. Apalagi Clara memang sudah cukup profesional dalam melayani.Tangannya langsung menuju ke bagian inti tubuhnya yang telah menegang sejak tadi. Dengan lihai dibukanya handuk yang melilit di tubuh Bima."Ini benar-benar luar biasa!!" ucap Clara ketika memegang tombak yang sudah berdiri tegak. Dikocoknya pelan atas dan ke bawah sehingga membuat Bima semakin terbang ke awan."Aku akan memuaskanmu malam ini," kata Clara lagi seraya menjatuhkan tubuh Bima.Clara langsung memposisikan diri di atas Bima. Jari-jemarinya menari di atas dada bidang yang ditumbuhi sedikit rambut tipis itu.Sentuhan demi sentuhan yang dirasakan oleh Bima, semakin membuatnya merasa panas dan ingin segera menyelesaikan semuanya.Clara yang mengetahui hal tersebut, sengaja mempermain
Santi membusungkan tubuhnya merasakan sensasi lembut dan geli yang dirasakannya. Kedua tangannya secara refleks memeluk kepala Bima agar terus berada di sana.“Pak …”“Hemmm …” jawaban Bima yang hanya berdehem itu malah membuat sensasi lain di tubuh Santi. Rasanya sungguh tidak bisa dijelaskan dengan satu katapun.Perlahan tangan Bima mulai turun mencari sesuatu dibawah sana. Ada semacam keinginan kuat dalam dirinya untuk menyentuh sesuatu yang belum pernah dia pegang.“Jangan, Pak!” seru Santi karena Bima menekan miliknya.Entah kenapa Bima tak mengindahkan teguran Santi yang memintanya untuk tidak melakukannya. Selama ini para wanita yang menemaninya selalu berharap dia menyentuh inti tubuh mereka, tapi tidak dilakukannya. Dia hanya bermain-main di bagian atas dan mengakhirinya dengan si wanita mengulum miliknya layaknya permen dengan gerakan yang memabukkan.Tapi berbeda ketika dengan Santi, rasanya dia tidak bisa untuk melakukan seperti pada wanita lainnya. Bahkan dia ingin melih
“Astaga!!” Santi segera menutupi tubuhnya dengan selimut karena menyadari tatapan Bima yang begitu melekat padanya.“Apa dia sengaja membuatku ingin memakannya lagi??” batin Bima sambil mengalihkan pandangannya pada tempat lain.“A-aku mandi dulu, Pak!” Santi melilitkan selimut tersebut pada tubuhnya dan bergegas menuju kamar mandi.“Ya udah sana!”Bima tak melihat kemana Santi pergi karena hanya akan membangkitkan sesuatu dibawah sana. Susah payah dia menahan diri untuk tidak memakan gadis polos itu. Bagaimanapun juga, dia tak mau sembarangan melakukan sesuatu.Dia berniat mencari tahu lebih dalam dulu soal Santi sebelum benar-benar memberikan pengalaman pertamanya pada Santi.“Ahh … sial!! Kenapa aku malah jadi berpikir dia adalah penjahatnya di sini? Aku seperti seseorang yang akan diambil paksa kesuciannya oleh gadis sialan itu!! Pakai ilmu apa sih dia?” gerutu Bima seekan menyesali sikap berbedanya pada Santi.Tak berselang lama, Aldo datang dengan membawakan baju sesuai pesanan