Share

Kehilangan Akal

"Aku milikmu," kata Clara dengan penuh percaya diri.

Kedua tangannya melingkar di leher Bima. Ditariknya ke bawah agar bisa melumat bibir seksi tersebut.

Untuk beberapa saat lamanya, Bima menikmati pagutan liar yang dilakukan oleh Clara. Apalagi Clara memang sudah cukup profesional dalam melayani.

Tangannya langsung menuju ke bagian inti tubuhnya yang telah menegang sejak tadi. Dengan lihai dibukanya handuk yang melilit di tubuh Bima.

"Ini benar-benar luar biasa!!" ucap Clara ketika memegang tombak yang sudah berdiri tegak. Dikocoknya pelan atas dan ke bawah sehingga membuat Bima semakin terbang ke awan.

"Aku akan memuaskanmu malam ini," kata Clara lagi seraya menjatuhkan tubuh Bima.

Clara langsung memposisikan diri di atas Bima. Jari-jemarinya menari di atas dada bidang yang ditumbuhi sedikit rambut tipis itu.

Sentuhan demi sentuhan yang dirasakan oleh Bima, semakin membuatnya merasa panas dan ingin segera menyelesaikan semuanya.

Clara yang mengetahui hal tersebut, sengaja mempermainkan Bima agar dia masuk ke perangkapnya. Jika keinginan Bima tidak segera dipenuhi, maka kemungkinan besar dia sendiri yang akan melakukannya.

Dengan gerakan erotis, Clara menciumi dada bidang Bima sambil menggesekkan dua bongkahan padat miliknya pada tombak yang sudah mengeras. Kedua tangannya dipakai untuk menjepit tombak tersebut dengan kenyalnya benda padat miliknya.

"Kamu membuatku gila!!" sarkas Bima.

Senyum penuh kemenangan muncul di bibir Clara. Dia langsung merangkak naik dan kembali melumat bibir Bima. Kakinya dibuka selebar mungkin sambil menggesek-gesekan lubang kecil yang ada pada inti tubuhnya di atas tombak keras milik Bima.

Bima sempat menikmati bagaimana miliknya bertemu dengan yang hangat yang selama ini memang belum pernah dia rasakan. Dia selalu menjaga miliknya agar terhindar dari yang namanya penyakit menular. Dia tidak mau ambil resiko dengan menggunakan barang berharganya pada sembarang wanita.

Saat gayanya sudah sampai di ubun-ubun, Bima seperti kehilangan akalnya. Diremasnya kasar benda kenyal yang menggantung di atasnya. Kemudian ditariknya agar bisa dilumat dengan lahap.

Di saat itulah, Clara menggunakan kesempatannya untuk merasakan tombak milik Bima. Dia mengarahkan ujung tombak itu ke bagian inti miliknya.

Tapi belum juga sampai masuk, Bima sudah lebih dulu mendorong tubuh Clara hingga terjatuh.

"Awww … sakit, Bimm!! Kamu apa-apaan, sih!!"

"Kamu jangan berani-beraninya mengelabuiku! Seberapa kuatnya obat yang kamu berikan padaku, aku nggak akan termakan rayuanmu!!"

"Tapi kamu juga ingin, kan? Akui saja kalau kamu juga menikmatinya!! Ayolah, kamu belum pernah merasakannya sekalipun bukan? Aku jamin kamu akan ketagihan setelah mencobanya!!" bujuk Clara.

"Nggak akan!!"

"Kamu tenang aja, aku nggak akan nuntut macam-macam, kok. Aku hanya ingin menjadi wanita pertama yang merasakan kerasnya ujung tombak milikmu itu!!" kata Clara tak kunjung menyerah.

Didekatinya lagi Bima yang wajahnya sudah sangat merah. Dalam keadaan seperti itu, orang tidak akan bisa mengendalikan dirinya sendiri. Pengaruh dari obat perangsang itu sangatlah kuat. Tidak ada yang bisa lepas darinya selama ini.

"Jangan macam-macam kamu! Kamu pikir aku nggak tahu apa yang ada dalam otak kotormu itu!!"

"Ayolah, Bim! Aku malah merasa menjadi seorang penjahat yang sedang berusaha menodai kesucianmu!" kata Clara sambil menggenggam erat tombak Bima.

Di naik turunkannya tombak tersebut agar gairah dalam tubuh Bima semakin meningkat. Kemudian dia mengulum ujungnya sambil sesekali menghisapnya pelan.

Dan hal itu sukses membuat Bima merasakan peningkatan hormon yang tak bisa ditahan lagi. Digenggamnya rambut Clara agar bisa mengatur gerakan Clara di bawah sana. Dia tarik kadang dilepaskan agar Clara melakukan tugasnya dengan benar seperti biasanya.

Saat Bima sudah hampir mencapai puncaknya, Clara dengan sengaja menghentikan aktivitasnya. Tentu saja hal itu membuat Bima geram. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah segera mengeluarkan sesuatu yang sudah sampai di ujung.

"Haaahhh …"

Bima mendorong tubuh Clara dan mengapitnya. Dia hampir saja memasukkan tombak miliknya kalau saja tidak terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar.

"Biarkan saja!! Ayo, cepat masukkan!!" kata Clara seraya menahan pinggul Bima.

"Bima!!!" Terdengar suara Aldo dari luar kamar. Tentu saja hal itu menyadarkan Bima dari pengaruh obat tersebut.

Dihempaskannya tangan Clara, dan dengan cepat dia mengambil handuk yang berada di lantai untuk menutupi bagian inti tubuhnya.

Dengan nafas terengah-engah, Bima membuka pintu tersebut. Aldo sampai dibuat terkejut dengan kondisi Bima yang acak-acakan.

Dilihatnya Clara yang sedang memasang wajah kecewa, mengenakan kembali bajunya. Senyum sinis muncul di wajah Aldo.

"Ohhh … rupanya ada kucing liar yang sedang berusaha naik ke atas ranjang tuan besar. Bagus sekali usahamu itu," kata Aldo sambil bertepuk tangan pelan.

"Apa urusanmu?"

"Tentu saja menjadi urusanku, karena aku harus menjaga kebersihan tuanku."

"Cihhh!!!"

"Pak Bima kena- … mmmphhh …"

Bima yang sudah terbakar gairah, langsung menyerang Santi.

Ditariknya Santi masuk ke dalam kamar dan langsung melumat bibirnya dengan liar. Aldo sampai dibuat terheran-heran dengan tindakan Bima yang gegabah.

"Sepertinya kamu sudah memberikan obat yang sangat kuat padanya. Dia sampai hilang kendali seperti itu! Ikut aku sekarang!!" Aldo menarik paksa Clara agar keluar dari kamar tersebut dan membiarkan Bima bersama Santi.

"Kenapa kamu biarkan mereka?"

"Tentu saja itu karena atas permintaan dari Bima sendiri."

"Lalu apa bedanya denganku? Bahkan wanita tadi tidak jauh lebih cantik dariku!!"

"Tapi dia bersih, nggak seperti kamu!!" kata Aldo dengan nada dinginnya.

Aldo membawa Clara keluar dari hotel dengan paksa. Sementara Bima tengah mencoba menuntaskan hasrat yang sudah berada di ubun-ubun.

"Pak Bima mau apa??" tanya Santi panik ketika kemejanya ditarik paksa oleh Bima.

Kancing bajunya bertebaran ke lantai. Melihat bukit kembar yang belum sempat dicicipinya itu, membuat Bima semakin hilang kendali.

Dilepasnya paksa kemeja yang masih menempel itu sehingga hanya menyisakan kain berwarna pink yang menyangga bukit kembar itu. Diangkatnya tubuh Santi dan dilempar ke atas ranjang.

Bima langsung memposisikan dirinya di atas Santi dan kembali melumat bibir mungil itu. Santi tak bisa meronta karena kedua tangannya dikunci di atas kepalanya.

Satu tangan Bima digunakan untuk meremas salah satu benda padat milik Santi.

Ciumannya mulai turun ke bagian leher dengan meninggalkan banyak jejak merah di sana. Santi yang semula meronta akhirnya mulai menikmati setiap sentuhan basah yang diterima di lehernya.

Karena tubuh Santi sudah merespon dengan baik, Bima melepaskan tangan Santi dan dengan cepat menurunkan kain penutup itu.

Dua bongkahan kenyal yang akhirnya bisa dilihatnya tanpa penutup itu, membuatnya menggelap. Segera dijilatinya ujung kenyal tersebut, di mana satu tangannya memilih ujung yang lainnya.

"Emmhhhh … Pak!!"

Desahan mulai lolos dari bibir Santi yang merasakan nikmat atas perlakuan bosnya itu. Tentu saja hal tersebut membuat Bima semakin bersemangat menghisap kedua benda kenyal tersebut secara bergantian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status