Wanita itu sampai tersungkur ke lantai karena didorong oleh Bima. Rasanya sakit juga bercampur kesal karena tak berhasil mendapatkan perhatian Bima dengan aksinya.Aldo sempat heran ketika melihat wanita yang dipilih Bima keluar dengan buru-buru. Merasa ada yang tidak beres, Aldo menghampiri sahabatnya itu. Dilihatnya Bima sedang menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.“Heii … ada apa denganmu? Kamu baik-baik saja bukan?”“Ya. Aku hanya kesal kenapa milikku tidak bereaksi.”“Mungkin karena kamu kecapekan aja. Kita tadi ‘kan habis bepergian jauh’, jadi stamina kamu berkurang banyak.”“Ya sudah, kita pulang aja kalau gitu!”“Oke!!”***Beberapa hari berlalu sejak hari itu, Bima terus saja uring-uringan tidak jelas karena dia yang biasanya bisa menuntaskan hasratnya setiap hari, kini tak bisa lagi seperti dulu. Jangankan tuntas, untuk bisa membangkitkan yang di sana saja susah. Padahal otaknya sudah membayangkan kemana-mana.“Kamu belakangan ini kenapa, sih?” tanya Aldo yang melihat B
Bima tak menyangka jika sudah menyangkut masalah hasrat, seorang gadis polos pun bisa mengikuti instingnya. Terbukti ketika dia ingin berhenti, Santi malah dengan santainya meminta lagi.Alhasil dia pun menuruti kemauan Santi untuk terus bermain di sana. Membiarkan Santi menjambak rambutnya karena merasakan nikmat sekaligus geli pada tubuhnya. Dibiarkannya gadis polos itu mengikuti apa yang dikehendaki oleh tubuhnya.Namun sayangnya, meskipun sudah mabuk dalam keinginan untuk terus bercumbu, rupanya Santi masih bisa menjaga kewarasannya. Dia masih bisa tau apakah boleh sampai seperti itu atau tidak.“Pak, jangan di sana!” cegah Santi saat Bima mengarahkan miliknya yang sudah tak kuasa menahan diri.Bima berusaha membentengi dirinya untuk tidak melakukan sampai sejauh itu. Tapi tubuh dan pikirannya benar-benar tidak sejalan. Matanya mulai menggelap karena birahi yang sudah memenuhi dirinya.“Aku sudah nggak tahan lagi!” seru Bima.“Tapi, Pak!!” Santi mencoba menutupi miliknya dengan ke
"Kamu siapa?" tanya Santi."Kamu nggak perlu tahu siapa aku. Yang jelas aku kesini mau memberitahu kamu satu hal!""Soal apa, ya??"Gadis berambut pirang dengan dandanan yang menor itu terlihat sangat membenci Santi. Dari caranya melihat, seperti seorang musuh bebuyutan. Padahal mereka baru pertama kali bertemu."Aku cuma mau ngingetin ke kamu. Jadi cewek jangan kepedean! Asal kamu tahu aja, setelah dia merasa bosan padamu dan mendapat pengganti yang lebih, dia pasti akan ninggalin kamu!!"Santi mengerutkan keningnya karena merasa bingung dengan arah pembicaraan wanita tersebut. Mereka baru saja bertatap muka, tapi dia sudah menunjukkan aura kebencian yang begitu dalam. Bahkan langsung menghujat bahwa dirinya akan ditinggalkan setelah merasa bosan."Tunggu dulu, deh! Ini maksudnya apa sih? Datang-datang langsung marah dan mengatakan hal yang nggak jelas! Minimal perkenalan dulu lah, jangan langsung bilang bakal ditinggalin. Emangnya aku mau ditinggal sama siapa sih, Mbak?" tanya Santi
Mendengar teriakan Bima membuat gadis itu secara refleks menutup mulutnya. Dia pikir Bima sudah tidak berada di sana, ternyata ada di kamar mandi.“Pak Bima kok bisa ada disitu?”“Aku tadinya mau balik ke kantor, tapi malah mulas. Ehhh … nggak taunya malah denger kalimat kotor dari mulutmu!”“Ahhh … itu bukan seperti yang kamu pikirkan, Pak!”“Apapun itu, urusan kita belum selesai. Kamu beruntung bisa selamat kali ini karena aku ada meeting sebentar lagi. Nanti aku akan beri kamu pelajaran sepulang kerja!” kata Bima sambil melangkah pergi.Santi mengantar kepergian Bima sampai pintu dan dengan memasang wajah yang dibuat-buat, Santi tersenyum seolah minta perdamaian. Tapi, Bima tak mengindahkannya karena saking buru-burunya.Begitu menutup pintu, Santi menghempaskan pantatnya di ranjang. Kadang-kadang kepalanya masih sedikit pusing, namun akan cepat membaik setelah didiamkan beberapa saat.Dilihatnya ponsel yang tiba-tiba saja berbunyi karena ada panggilan masuk. “Halo, Pak …,” sapanya
“Mau disini?” bisik Viona lembut seraya meraba dada bidang Bima dari balik kemeja yang digunakannya.Bima memberi kode pada Aldo untuk menutup akses tempatnya duduk seperti biasa. Dan hanya dengan menekan satu tombol saja, mereka berdua sudah seperti berada di ruangan special. Meskipun tidak ada ranjang untuk melakukan kegiatan panas mereka nanti, tetap saja Vio sedikit takjub melihat keunikan tempat tersebut.“Sepertinya mangsaku kali ini bukan sembarang orang. Jangan sampai aku kehilangan orang ini,” batin Vio sambil duduk di pangkuan Bima. Kedua tangannya melingkar di leher Bima sehingga jarak mereka hanya beberapa inci saja.“Aroma tubuhmu lumayan juga!” puji Bima.“Makasih,” kata Vio sambil membuka kancing kemeja Bima satu persatu. Bulu-bulu halus di dada Bima membuat darahnya berdesir. Andai saja kesepakatannya bisa melakukan sampai hal itu, pasti dia akan merasa sangat senang bisa berada di bawah dada bidang itu.“Aku suka wanita yang agresif!” kata Bima karena Vio tengah menci
"Hei, apa yang kau katakan! Buat apa kamu minta tolong? Ini aku!!" kata Bima sambil mengendus leher Santi dari belakang."Pak Bima kok tahu-tahu bisa ada di sini?""Kamu lupa ini apartemen siapa? Tentu saja aku bisa muncul di sini setiap saat!!""Mmmhhhh …" Santi melenguh pelan saat merasakan lidah Bima menari-nari di lehernya."Gadis sialan! Hanya mendengar desahannya saja bisa membuatku langsung ingin memakannya!!" umpat Bima dalam hati."Pakkk … ahhh!!" Santi menggelinjang tidak karuan ketika tangan kekar Bima masuk ke balik lingerienya."Dari mana kamu dapatkan baju haram ini?""Aku hanya memakai yang ada di dalam lemari saja!" ucap Santi seraya menggigit bibir bawahnya.Sebisa mungkin dia mencoba menahan diri agar tidak mendesah. Namun, ternyata usahanya sia-sia, karena Bima dengan sengaja malah memancing gadis itu agar mengeluarkan apa yang dirasakannya."Jangan ditahan! Aku suka mendengar suara desahanmu yang seksi!!" bisik Bima sambil menggigit telinga gadis itu perlahan.Lida
“Aku cuma mau mencoba untuk menempelkannya sebentar,” kata Santi yang saking penasaran.Saat jalan yang sudah basah itu menempel di senjata bosnya, Santi menggerakkannya naik turun membuat milik Bima merasa seperti dipijat. Dia sudah seperti tak bisa mengendalikan diri lagi dan hanya dalam beberapa gesekan, senjata Bima berkedut hebat dan mengeluarkan peluru putihnya.Santi semakin cepat menggerakkan miliknya karena juga merasakan sensasi luar biasa. Ketika dua lututnya hampir lemas, dia merasakan miliknya terasa sangatlah panas sebelum akhirnya jatuh di atas dada bidang Bima.“Haaahhhh … kakiku rasanya lemes banget, Pak!” kata gadis itu polos.“Kamu benar-benar gila!!”“Ahhh … bapak menikmatinya juga, ‘kan??”“Hehh!! Sudah berani kamu, ya?”“Kalau udah bikin enak kayak gini, aku juga mau tiap hari, Pak!”“Ngelunjak kamu, ya?”Gadis itu bangkit dari atas tubuh bosnya dan duduk di sisi sofa yang hanya tinggal sedikit. Santi memanyunkan bibirnya karena merasa kesal.“Bukannya bapak sen
“Aku sudah menantikan hari ini sejak lama. Susah payah untuk bisa masuk sini, mana mungkin aku biarkan kamu begitu saja!” kata lelaki itu.“Siapa kamu? Aku nggak kenal kamu!”“Kamu nggak perlu kenal siapa aku, yang pasti aku sudah dibayar mahal untuk ini. Kapan lagi aku bisa menikmati tubuh mulus tapi malah dikasih bayaran tinggi?” katanya sambil meremas benda kenyal milik Santi yang masih tertutup itu.“Jangan macam-macam kamu!! Lepasin!!” pekik Santi saat dia merasakan kait belakangnya dilepas paksa.Lelaki itu dengan mudahnya menggendong tubuh Santi dan menjatuhkannya di kasur. Dengan cepat dilahapnya leher jenjang Santi sambil mengunci pergerakan tangannya yang terus meronta.Lelaki itu sempat menghisap ujung benda kenyal miliknya sesaat sebelum sebuah pukulan keras mendarat di kepala lelaki tersebut.“Ahhhh!!!” Santi berteriak histeris melihat darah yang mengucur dari kepala lelaki itu.***“Bagaimana keadaannya?”“Dia hanya shock saja. Mungkin dalam beberapa hari ke depan dia ak