Share

Istri Kecilku, Ternyata Pewaris Milyarder
Istri Kecilku, Ternyata Pewaris Milyarder
Author: Imgnmln

Part 1

Ding!

Suara dering pesan masuk dari ponsel terdengar.

[Nak, cepat ke Restoran Imperial, dia sudah menunggumu cukup lama!]

Ketika Dimas Anggara melihat pesan ini, dia mengerutkan keningnya sambil mendengus. "Ma, kenapa sih? Gak bosan apa, nyari terus jodoh untuk anakmu ini?!"

Nama pengirim pesan itu adalah 'Mama'.

Ding!

Pesan berikutnya kembali muncul, Dimas menggeser layar ponsel untuk melihat pesan dari ibunya.

[Mama gamau perjodohan kali ini gagal lagi, ya! Mama itu mau punya menantu, Nak, mau punya cucu juga! Cepat temui wanita itu di meja nomor 21]

[Iya, Ma! Tunggu sebentar, sebentar lagi aku sampai, sabar, ya!]

Dimas Anggara membalas pesan itu dengan kesal, lalu pria itu memasukan ponsel ke dalam saku celananya.

BRAK!

Saat Dimas berjalan ke arah Restoran Imperial, tiba-tiba dia mendengar suara dentuman yang cukup keras. Sebuah mobil menabrak pria paruh baya di jalanan, dan mobil itu melesat dengan cepat tanpa berhenti.

"Tolong … Tolong …"

Tepat di saat Dimas hendak masuk ke dalam Restoran Imperial tersebut, tiba-tiba dia mendengar teriakan minta tolong. Terlihat seorang pria paruh baya yang terjatuh di jalanan dan banyak orang yang melewatinya, tapi tidak ada seorang pun yang berani membantunya!

Dimas Anggara yang melihat itu langsung berlari untuk menolongnya, setelah membantunya berdiri dia bertanya. "Pak, bagaimana keadaanmu?"

"Tidak apa-apa, terima kasih, anak muda! Aku tidak berhati-hati saat sedang menyebrang, karena kamu sudah membantuku, aku harus membalasmu!" ujar pria tua tersebut seraya tersenyum.

Alis Dimas Anggara berkerut dengan kuat, dia baru menyadari bahwa pakaian dan aura yang dipancarkan oleh pria tua ini sangat tidak serasi. Pakaian pria ini memang terlihat sangat kotor, tapi jemarinya terlihat sangat terawat!

Namun, karena Dimas Anggara terburu-buru untuk menemui ibunya dan mendengar pria tua itu mengatakan dirinya baik-baik saja, maka dia pun bergegas masuk ke dalam restoran dan tidak mengharapkan imbalan tersebut. "Tidak apa, Pak, saya harus pergi."

Dimas bergegas berjalan masuk ke dalam Restoran Imperial. Saat masuk ke dalam, Dimas menyadari bahwa restoran ini sangat besar.

Ibunya mengatakan bahwa mereka duduk di meja nomor 21, tapi dia sudah memutari tempat ini dan tidak menemukannya.

"Kenapa Mama memilih restoran sebesar ini?! Kenapa gak di warteg, atau di cafe yang kecil gitu!" Dengus Dimas dengan kesal.

Saat Dinas kembali berjalan mengelilingi restoran itu, dia secara tidak sengaja masuk ke sebuah area khusus. Cahaya di sini begitu lembut dan hangat, kemudian dihiasi penuh dengan bunga segar. Angin sepoi-sepoi berhembus, aroma wangi bunga begitu semerbak, benar-benar seperti surga dunia.

Dimas Anggara mendongak dan seketika tercengang. Terlihat seorang wanita cantik nan anggun sedang duduk di sana. Wajahnya, postur tubuh serta kulitnya benar-benar sempurna.

Wanita itu adalah ciptaan paling indah.

Wanita itu terlihat sedang meneguk kopinya dengan tenang, sepasang kakinya disilang secara alami, sangat anggun dan juga mempesona.

Ketika melihat Dimas Anggara masuk ke ruangan ini, dia pun mendongak dengan dingin, kemudian menatap dengan curiga dan hina.

Dug! Dug! Dug!

Setelah mengagumi keindahan itu, Dimas Anggara tiba-tiba seperti bisa mendengar detak jantungnya.

Selama 35 tahun ini, belum pernah ada gadis yang bisa menerobos ke dalam lubuk hatinya. Terutama setelah dia menjadi dokter kandungan dan telah melihat tubuh dari sekian wanita, bahkan dia merasa dirinya telah kehilangan rasa tertarik terhadap kaum wanita. Namun, wanita cantik yang ada di hadapannya telah membuat jantungnya berdetak kencang.

Rambut panjang yang diikat satu dengan indah, netra coklat miliknya seakan terlahir dari keturunan luar negri, dan wajah mulus nan putih sangat memanjakan orang yang melihatnya.

Apakah ini gugup atau dirinya tertarik padanya?

Hal yang membuat Dimas Anggara semakin terkejut adalah meja yang ditempati oleh gadis tersebut adalah nomor 21!

'Apakah dia wanita yang disebut Mama?!' Dimas Anggara bergegas menenangkan dirinya, kemudian merapikan pakaiannya dan menghampirinya.

Lalu, dia pun duduk di depan gadis tersebut. Ekspresi wanita cantik tersebut terlihat semakin heran, matanya yang indah pun memancarkan kilatan dingin!

'Beraninya pria ini!?'

Sudah cukup menyebalkan dengan masuk ke dalam ruangannya, tapi beraninya dia masih duduk di depannya?

Dimas Anggara tidak memedulikan ekspresi wanita tersebut. Lagi pula, sudah bukan pertama kalinya dirinya dihina oleh wanita. Dia tidak mempermasalahkan hal itu, yang penting proses ini telah dilalui oleh nya.

"Halo, namaku Dimas Anggara, usiaku 35 tahun, dan aku seorang dokter spesialis wanita dengan gaji bulanan sekitar 15 juta," ujar Dimas sedikit kaku. "Mungkin gaji tahunanku berkisar 180 juta sampai 200 juta," timpalnya dengan lantang.

"Apa kamu punya rumah? Mobil? Investasi? Atau apapun itu?" Wanita itu bertanya dengan dingin.

"Emm, aku tidak memilikinya," jawab Dimas dengan datar.

Untuk melontarkan perkataan seperti ini, mungkin pria-pria di luar sana memerlukan keberanian yang sangat besar. Namun, berbeda dengan Dimas Anggara, dia bahkan berkata dengan sangat tegas. Terdapat sebuah perangai yang sangat tenang.

Wanita cantik itu menatapnya, dia terkejut untuk sejenak, kemudian bibirnya tiba-tiba melengkung indah. "Namaku Naya, usiaku 30 tahun, lulusan Universitas Amsterdam dengan dua gelar dari Departemen Keuangan dan Administrasi Bisnis. Pendapatan tahunanku mencapai 5 milyar, dan aku memiliki perusahaan juga beberapa cabang kecil seperti supermarket dan minimarket."

Dimas Anggara langsung terkejut. 'Apa-apaan ini?!'

Selama ini, dia selalu bertemu dengan para wanita yang kekurangan uang saat dijodohkan oleh ibunya, namun, wanita ini jauh berbeda. Dimas benar-benar tidak menemukan letak kekurangan dari wanita yang ada di depannya.

'Mungkinkah dia gila? Atau cacat? Atau tidak bisa hamil?!' Seketika, prasangka buruk melintas di benak Dimas.

Melihat ekspresi Dimas Anggara, bibir tipis Naya pun terangkat, tatapannya yang dingin tidak bisa menyembunyikan kebanggaan dirinya. Dia sengaja memperkenalkan dirinya karena ingin membuat pria tersebut merasa malu, kemudian mundur dengan rasa malu!

Suasana seketika menjadi sangat canggung. Kedua orang itu pun tidak lagi bersuara.

'Ini, sudahlah, yang penting aku harus berjuang dulu, urusan nanti ya nanti! Biar Mama gak nyari jodoh terus!' gerutu Dimas dalam hati.

Terlepas dari benar atau tidak perkataan Naya, Dimas Anggara memutuskan untuk melalui proses ini terlebih dahulu. Urusan berhasil atau tidaknya adalah urusan belakangan terhadap ibunya.

"Meskipun penghasilanku rendah, tapi aku pasti akan melindungimu jika kamu bersama denganku, aku tidak akan membiarkanmu terluka!"

"Di rumah, kamu bisa menjadi ratu dan aku yang akan mengerjakan pekerjaan rumah!"

"Tapi kalau di luar, di depan keluargaku, aku berharap kamu bisa menghargaiku sebagaimana seperti seorang pria!"

"Jika kita sudah menikah, gaji yang akan kudapat setiap bulannya adalah 15 juta, 10 juta bisa kuberikan padamu."

Sama seperti sebelumnya, Dimas Anggara langsung mengatakan semuanya dalam satu tarikan napas.

Naya benar-benar tercengang ketika melihat Dimas Anggara yang masih berkata dengan begitu serius alih-alih merasa malu. Belum ada pria yang pernah memberikan kesenangan seperti ini padanya!

"Hahaha …"

Terdengar sebuah tawa bergema di meja itu.

"Apa yang kamu tertawakan?" Dimas Anggara merasa sedikit tidak puas, "Aku tahu, perekonomianku kurang baik, tapi aku berjanji jika kita menikah, maka aku akan memenuhi tanggung jawab sebagai seorang pria!"

"Pfft!" Naya lagi-lagi tidak bisa menahan tawanya, dia menahan mulutnya dengan kedua tangannya.

Dimas Anggara pun merasa kesal, "Nona, apa yang sebenarnya kamu tertawakan? Tidakkah kamu merasa dirimu sangat tidak sopan?"

"Tuan, kamu memang pria yang baik!" Naya tidak lagi tersenyum, melainkan seketika berubah menjadi dingin, "Tapi, apakah kamu tidak salah? Kedatanganku bukan untuk kencan buta!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status