Pagi hari yang lebih cerah dari kemarin menyambut bahagia Niana yang baru saja membuka mata. Gadis itu menatap sekitarnya, tampak ia sudah berada di kamarnya sendiri tidak seperti tadi malam. Di mana, ia sempat menemani Prince bekerja terlebih dahulu di kamar pria itu sendiri.Hari ini, dirinya akan seperti biasa melakukan sarapan bersama dengan kekasihnya. Tampak Prince sudah jauh lebih segar dengan setelan kantor yang melekat sempurna membuat kesan tampannya meledak-ledak. Niana sendiri bahkan sampai pusing melihat kekasihnya yang semakin ke sini semakin tampan.Prince yang sudah berada di dalam lift pun segera menekan nomor 2 tempat di mana kekasihnya berada. Mungkin saat ini Niana baru membuka mata mengingat gadisnya itu tidur cukup larut malam demi bisa menemaninya.“Hello, My Bunny. Sarapan terlebih dahulu, okay?” pinta Prince yang melihat Niana baru saja selesai mencuci muka serta menggosok gigi.Gadis itu mengangguk lucu, segera berlari kecil untuk menghampiri kekasihnya yang
Prince tidak sanggup menahan amarahnya ketika melihat Niana gadis kesayangannya didorong cukup kuat oleh seseorang yang tidak ia sukai. Siapa lagi jika bulan Callista?"Apa yang kau lakukan?!" sentak Prince sambil berlari menghampiri Niana dan membawanya ke dalam pelukan.Callista tersentak kaget ketika melihat Prince secara tiba-tiba memeluk gadis yang ia perlakukan dengan kasar. Jantungnya hampir saja jatuh.Tangan kokoh Prince terlihat sangat ringan ketika mengayun di udara dan menampar pipi Callista cukup kuat. Saking kuatnya Callista sampai terpental dan terbentur pada tembok.Niana menutup mulutnya menggunakan salah satu tangan, tidak menyangka jika kekasihnya akan melakukan hal sekeras itu pada sosok perempuan. Ya ... meskipun dirinya tahu jika perempuan itu sudah kurang ajar padanya."Keluar dari sini sekarang juga, kau resmi dipecat!"Sudah ditampar, dipecat pula. Siapa yang tidak sakit merasakan dua hal kejam itu secara bersamaan.Dada Callista tampak kembang kempis menahan
Niana bahagia ketika mengetahui sang kekasih pulang lebih awal dari biasanya, itu artinya ia bisa lebih lama bermanja-manja pada pria pujaannya. Padahal, tadi siang selepas makan bersama dengan Prince, pria itu menyempatkan diri untuk bermanja terlebih dahulu. “Hello, My Bunny. Sudah rindu aku lagi, hm?” tanya Prince yang saat ini tengah membawa Niana ke dalam gendongannya seperti biasa. Kedua kaki mungil gadis itu pun dengan spontan melingkar pada pinggangnya.“Tentu saja! Kalau tidak takut perusahaanmu bangkrut, aku ingin mengurungmu selamanya agar aku bisa bermanja sepanjang hari. Sayang sekali kekasihku ini seorang pimpinan dari ribuan manusia, dan aku sangat memakluminya,” celoteh Niana tanpa peduli pada tubuhnya yang dibawa oleh Prince.“Hm, akan aku usakan untuk selalu memanjakanmu di sela-sela waktuku. Sesibuk apapun pekerjaanku tetap kamu yang menjadi prioritas utama,” balas Prince seraya menatap penuh cinta pada gadisnya.Pipi Niana mendadak bersemu mendengar ucapan manis s
Prince semakin mengeratkan kedua tangannya untuk memeluk Niana, terasa jika tubuh gadis itu sudah jatuh tidur sepenuhnya.“Cepat sekali,” bisik Prince agar tidak mengganggu yang ia anggap tengah tidur pulas. Memakan waktu hampir dua jam lebih untuk kembali pada hunian mereka. Kini, mobil yang menampung dua orang penting itu mulai terparkir tepat di depan teras mansion. Leo dengan cepat membantu Prince untuk membukakan pintu.Sampai detik ini pun Niana belum mengeluarkan tanda-tanda untuk bangun, sedangkan Prince sendiri tetap mengira jika Niana memang sedang pulas tertidur. Pria itu segera membawa gadisnya ke dalam kamar untuk istirahat, ia belum menyadari jika ada yang janggal pada Niana.Dengan penuh hati-hati Prince menaruh tubuh mungil Niana di atas tempat tidur, ia juga segera melepas sepatu yang masih melingkar pada telapak kaki kekasihnya. Setelah itu, ia pun menarik selimut untuk menutupi tubuh Niana.Prince duduk di samping gadis itu, membelai lembut wajah Niana yang ... din
Ayunda memeluk erat tubuh anaknya yang sedang terpuruk, ia tahu betul bagaimana rasa cinta dan sayang sang anak untuk Niana. Jangan tanya lagi bagaimana sakitnya seorang Prince saat ini.“Tenanglah, Nak. Ibu yakin Niana akan kuat melewati masa kritisnya, bukankah kamu yang lebih tahu jika Niana adalah gadis yang kuat?”Sedari tadi Ayunda berusaha semaksimal mungkin untuk menenangkan hati si anak, hatinya sakit melihat keadaan Prince sangat memilukan. Anak gagahnya yang selalu berkharisma dan kuat, kini menangis tersedu-sedu di pelukannya.“Bagaimana jika Niana tidak sanggup bertahan, Bu? A—aku tidak mau kehilangannya,” ujar Prince dengan suara yang sangat lirih.Belum sempat Ayunda menjawab, seorang dokter berhasil memberikan kabar yang membahagiakan bagi Prince ataupun Ayunda. Niana dinyatakan berhasil melewati masa kritisnya, saat ini hanya tinggal menunggu Niana sadarkan diri saja.Prince tersenyum senang, mulutnya bahkan tanpa sadar berulang kali mengucapkan terima kasih pada dokt
Prince kembali memiliki kesempatan untuk melihat Niana, pria itu tak hentinya memandangi sang gadis pujaan dengan penuh cinta, berharap dalam hati mata indah itu segera terbuka.“Hampir lima jam, kenapa kamu belum sadar juga? Tidak rindu padaku, ya?” tanya Prince yang tidak dibalas apapun oleh gadisnya.Pria itu tersenyum kecut, kembali ia ciumi wajah cantik itu agar sang empu terganggu dan segera sadar setelahnya. Mulai dari dahi, hidung, pelipis, kedua kelopak mata, dagu, pipi, dan terakhir adalah bibir. Prince dengan sengaja menyapu bibir mungil itu menggunakan bibirnya sendiri agar tidak terlalu kering.Prince kembali duduk, ia menopang kepalanya menggunakan sebelah tangan, sedangkan satu tangan lainnya menggenggam telapak tangan Niana penuh kelembutan. Ketika Prince tengah asyik memandangi wajah cantik gadisnya, tiba-tiba saja gadis itu terjaga dan terbatuk-batuk mengeluarkan darah segar. Prince panik, sangat-sangat panik, teriakannya menggema untuk memanggil dokter agar segera
Di apartemen sederhananya, Callista mengerang kesal ketika gadis yang hampir ia lenyapkan nyawanya masih bisa bernapas. Padahal, ia sudah memberikan cairan yang tepat untuk membuat gadis itu lenyap."Sial, apa mungkin karena persentase racunnya terlalu rendah? Hm, lain kali akan aku gunakan racun tikus saja," ujarnya seraya mengacak rambutnya yang sudah berantakan sejak tadi.Perempuan itu berjalan mendekati laci, membukanya, lantas mengeluarkan selembar foto gadis cantik yang paling ia benci. Lengan kanannya terulur untuk mengambil sebilah pisau kecil, menggoreskan ujung tajam itu pada permukaan foto, tepat di bagian wajah. "Bertahun-tahun aku berjuang mendapatkannya, dan demi apapun aku tidak akan sudi dia bersanding denganmu. Mati adalah cara satu-satunya agar kau atau aku tidak ada yang bisa memiliki Prince seutuhnya."***Niana masih berada di ruang rawat, gadis itu dijaga dengan ketat oleh para bodyguard Prince yang sangat profesional. Dan, jangan tanyakan Prince ke mana, pagi
Pipi chubby Niana terasa habis kala mulut besar kekasihnya tak mau diam, entah itu mencium atau menggigit kecil, yang pasti pipinya terasa habis sekarang."Prince, kamu bukan kanibal kan? Jangan makan Niana," ujar Ayunda seraya menggeleng kecil melihat tingkah anaknya. Sedari tadi ada saja yang dilakukan oleh Prince pada Niana."Ibu, kenapa kekasihku cantik sekali?" tanya Prince tak tahu malu, tatapan pria itu terlihat sangat bangga memiliki kekasih seperti Niana. Sedangkan gadisnya sendiri mati-matian menahan malu."Yang jelek itu kamu."Balasan dari Ayunda cukup menohok, tanpa sadar jawaban itu berhasil membuat Niana tertawa. Ini adalah kali pertama kekasihnya mendapat sebuah ejekan. Wajah Prince sendiri spontan masam.Pria itu turun dari ranjang kekasihnya, menghampiri sang ibunda yang sedang duduk santai pada sofa panjang yang ada di sana. Dengan cepat Prince menciumi wajah ibunya dengan brutal. Keributan antara ibu dan anak itu pun semakin gaduh, sedangkan Niana sendiri sudah tak