Ayunda memeluk erat tubuh anaknya yang sedang terpuruk, ia tahu betul bagaimana rasa cinta dan sayang sang anak untuk Niana. Jangan tanya lagi bagaimana sakitnya seorang Prince saat ini.“Tenanglah, Nak. Ibu yakin Niana akan kuat melewati masa kritisnya, bukankah kamu yang lebih tahu jika Niana adalah gadis yang kuat?”Sedari tadi Ayunda berusaha semaksimal mungkin untuk menenangkan hati si anak, hatinya sakit melihat keadaan Prince sangat memilukan. Anak gagahnya yang selalu berkharisma dan kuat, kini menangis tersedu-sedu di pelukannya.“Bagaimana jika Niana tidak sanggup bertahan, Bu? A—aku tidak mau kehilangannya,” ujar Prince dengan suara yang sangat lirih.Belum sempat Ayunda menjawab, seorang dokter berhasil memberikan kabar yang membahagiakan bagi Prince ataupun Ayunda. Niana dinyatakan berhasil melewati masa kritisnya, saat ini hanya tinggal menunggu Niana sadarkan diri saja.Prince tersenyum senang, mulutnya bahkan tanpa sadar berulang kali mengucapkan terima kasih pada dokt
Prince kembali memiliki kesempatan untuk melihat Niana, pria itu tak hentinya memandangi sang gadis pujaan dengan penuh cinta, berharap dalam hati mata indah itu segera terbuka.“Hampir lima jam, kenapa kamu belum sadar juga? Tidak rindu padaku, ya?” tanya Prince yang tidak dibalas apapun oleh gadisnya.Pria itu tersenyum kecut, kembali ia ciumi wajah cantik itu agar sang empu terganggu dan segera sadar setelahnya. Mulai dari dahi, hidung, pelipis, kedua kelopak mata, dagu, pipi, dan terakhir adalah bibir. Prince dengan sengaja menyapu bibir mungil itu menggunakan bibirnya sendiri agar tidak terlalu kering.Prince kembali duduk, ia menopang kepalanya menggunakan sebelah tangan, sedangkan satu tangan lainnya menggenggam telapak tangan Niana penuh kelembutan. Ketika Prince tengah asyik memandangi wajah cantik gadisnya, tiba-tiba saja gadis itu terjaga dan terbatuk-batuk mengeluarkan darah segar. Prince panik, sangat-sangat panik, teriakannya menggema untuk memanggil dokter agar segera
Di apartemen sederhananya, Callista mengerang kesal ketika gadis yang hampir ia lenyapkan nyawanya masih bisa bernapas. Padahal, ia sudah memberikan cairan yang tepat untuk membuat gadis itu lenyap."Sial, apa mungkin karena persentase racunnya terlalu rendah? Hm, lain kali akan aku gunakan racun tikus saja," ujarnya seraya mengacak rambutnya yang sudah berantakan sejak tadi.Perempuan itu berjalan mendekati laci, membukanya, lantas mengeluarkan selembar foto gadis cantik yang paling ia benci. Lengan kanannya terulur untuk mengambil sebilah pisau kecil, menggoreskan ujung tajam itu pada permukaan foto, tepat di bagian wajah. "Bertahun-tahun aku berjuang mendapatkannya, dan demi apapun aku tidak akan sudi dia bersanding denganmu. Mati adalah cara satu-satunya agar kau atau aku tidak ada yang bisa memiliki Prince seutuhnya."***Niana masih berada di ruang rawat, gadis itu dijaga dengan ketat oleh para bodyguard Prince yang sangat profesional. Dan, jangan tanyakan Prince ke mana, pagi
Pipi chubby Niana terasa habis kala mulut besar kekasihnya tak mau diam, entah itu mencium atau menggigit kecil, yang pasti pipinya terasa habis sekarang."Prince, kamu bukan kanibal kan? Jangan makan Niana," ujar Ayunda seraya menggeleng kecil melihat tingkah anaknya. Sedari tadi ada saja yang dilakukan oleh Prince pada Niana."Ibu, kenapa kekasihku cantik sekali?" tanya Prince tak tahu malu, tatapan pria itu terlihat sangat bangga memiliki kekasih seperti Niana. Sedangkan gadisnya sendiri mati-matian menahan malu."Yang jelek itu kamu."Balasan dari Ayunda cukup menohok, tanpa sadar jawaban itu berhasil membuat Niana tertawa. Ini adalah kali pertama kekasihnya mendapat sebuah ejekan. Wajah Prince sendiri spontan masam.Pria itu turun dari ranjang kekasihnya, menghampiri sang ibunda yang sedang duduk santai pada sofa panjang yang ada di sana. Dengan cepat Prince menciumi wajah ibunya dengan brutal. Keributan antara ibu dan anak itu pun semakin gaduh, sedangkan Niana sendiri sudah tak
Sudah 3 bulan sejak kejadian menakutkan itu, kini Niana benar-benar merasakan limpahan kasih sayang dari orang-orang yang ia sayangi juga. Terutama Prince dan Ayunda, jangan lupakan Lyly serta pelayan seisi mansion mewah ini. Semuanya sangat menyayangi Niana. Mungkin ada pengeculian. Tuan besar Gionino. Pria itu sangat acuh pada siapapun, terutama Niana. Namun, Niana tidak ingin ambil pusing. Ia akan selalu mengingat ucapan sang kekasih beberapa minggu yang lalu.“Sekarang kamu hanya punyaku, dan begitupun sebaliknya. Jangan pernah terkecoh ataupun percaya dengan ucapan orang lain karena hanya aku yang harus kamu percayai. Sekalipun itu ayahku, pria tua itu juga sebentar lagi mati, kita tidak perlu memikirkannya terlalu jauh.”Agak kurang ajar memang, namun Prince sendiri yang mengatakan demikian. Jadi ya ... bagaimana lagi?“My Bunny, apa masih lapar?” tanya Prince ketika melihat kekasihnya semakin semangat melahap semua makanan yang tersedia di atas meja makan. Niana mengangguk tan
“AHH!”Niana berteriak cukup kencang ketika ia mencapai pelepasan yang ke sekian kalinya. Berbagai macam posisi dan gaya telah ia dan Prince lakukan guna menghilangkan pengaruh obat sialan itu. “Ohh Babyhh,” racau Prince tanpa mengendurkan pompaannya barang sedetik pun. Sejak 2 jam yang lalu tubuhnya berpacu bagai kuda yang tidak memiliki kata lelah, menggempur Niana habis-habisan. Jangan tanyakan keadaan Niana, gadis yang sudah tak gadis lagi itu hanya bisa pasrah di bawah kendali Prince.Posisi yang sebelumnya saling berhadapan dengan Niana yang ada di bawah kekasihnya, kini berbalik, Niana berada di atas pangkuan Prince. “Ah, sayang. Tunggu, ah!”“Shtt, nikmat sekali shh ahh.”Niana kelabakan, rasanya sangat tidak nyaman ketika benda panjang nan besar itu masuk dengan sempurna ke dalam miliknya. “Sayang, ini terlalu dalam, ah! A-aku mual ahh!!” Teriakan Niana sama sekali tidak terdengar oleh telinga Prince, pria itu terlalu sibuk memuaskan nafsunya yang sangat meningkat pesat u
Prince gusar ketika mendapat laporan dari asisten rumah tangganya tentang keadaan Niana. Gadis itu tak hentinya menangis dan mengurung diri di dalam kamar. Tentu saja hal itu mengundang kepanikan Prince, padahal sebelum berangkat ia memastikan sendiri keadaan gadisnya baik-baik saja. Sesampainya di mansion, Prince berlari secepat mungkin untuk bisa sampai ke kamarnya. Tempat di mana si kesayangan mengurung diri."My Bunny, ada apa Sayang?" tanya Prince sesampainya di depan pintu kamarnya. Nahas, pintu terkunci dari dalam dan ia lupa membawa kunci cadangan.Prince tak menyerah, pria itu terus mengetuk dan memanggil nama Niana. Bahkan ia sudah meminta beberapa pekerjanya agar merombak pintu agar bisa dibuka."Sayang, tolong jangan buat aku takut!"Pintu masih belum terbuka, seseorang masih berusaha keras mencongkel pintu itu. Belum sempat pintu terbuka secara paksa, seseorang dari dalam lebih dulu membukanya dengan mudah menggunakan kunci. Prince lega pintu itu terbuka dan kini menamp
Prince tampak berpikir keras sambil mengemudi ketika mendapati keterdiamaan Niana. Gadis itu memang tidak mengabaikan segala ucapannya, namun ia tentu sadar jika Niana lebih diam dari biasanya.Sesampainya di depan gedung puluhan lantai itu, Prince segera mempersilahkan kekasihnya untuk keluar, merangkul pinggang si kekasih dengan begitu mesra seolah memamerkan pada seluruh dunia jika gadis cantik di sampingnya sudah ia miliki.Sayang sekali, ketika hendak memasuki lift khusus pimpinan, lift itu sedang diperbaiki karena adanya konslet. Mau tidak mau Niana dan Prince memasuki lift yang sama dengan para pegawainya.Di dalam lift itu sendiri terdiri dari 5 orang, 3 pegawai dan 2 laginya adalah Niana dan Prince. Pasangan itu membuat beberapa orang lain di dalamnya merasa segan. Belum lagi mata mereka terasa pedih ketika melihat pimpinan mereka yang terkenal angkuh dan garang tampak manis dengan terus memeluk kekasihnya dari belakang serta tanpa hentinya mengecup singkat puncak kepala gadi