Share

7. Alasan

'Bagaimana ini, aku harus melarikan diri!'

Alih-alih menanggapi, Katherine bermonolog di dalam hati. Ia tengah berusaha memutar otak agar dapat terlepas dari jeratan Karl. Sembari mencari rencana, matanya berpendar ke segala arah, berharap seseorang menolongnya sekarang. Namun, keadaan di sekitar tampak sepi, bahkan para asisten yang biasanya ditugaskan membersihkan istana tidak terlihat sama sekali.

"Cepat jawab!" bentak Karl seketika, membuat dada Katherine bergerak ke depan sesaat.

Katherine terkejut, suara bariton Karl begitu menggelegar, hingga burung-burung mungil di sekitar keluar dari tempat persembunyian.

Sebuah sikap yang tak pernah Katherine lihat dari seseorang yang pernah dia sayangi dahulu. Rasa was-was dan ketakutan mulai menjalar di hatinya apabila rencananya gagal total hari ini.

"Lepaskan aku Karl!" Dalam hitungan detik, Katherine berusaha menggoyangkan tangannya. Tetapi, Karl bagaikan seekor ular besar yang tidak akan melepaskan mangsa.

Karl malah mencengkram kuat tangan Katherine hingga terciptalah jejak kemerahan di kulit tipis wanita pemilik mata abu-abu itu.

"Shftt .... sakit Karl, aku mohon lepaskan aku," ujar Katherine disertai ringgisan pelan.

Karl iba? Oh tidak ....

Lelaki itu kembali menyeret paksa Katherine menjauhi aula istana. Katherine semakin gusar, ingin berteriak. Namun, dia tak mau membuat kegaduhan di istana, sikap yang tidak selayaknya ditunjukkan oleh seorang wanita bangsawan. Terlebih Katherine anak William Brown, jabatan Marquis, orang yang cukup terpenting dalam kerajaan ini.

Di tempat lain, wajah Frederick mulai menggeras. Dari tadi ruangan dipenuhi suara-suara para tamu undangan yang mulai berbicara tentang mempelai wanita.

Sebagai seorang pangeran, tentu saja Frederick merasa tak dihargai oleh Katherine. Tak mau membuat suasana semakin panas. Frederick maju beberapa langkah dan berkata di tengah-tengah altar.

"Maafkan keterlambatan calon mempelaiku. Aku permisi sebentar, sepertinya calonku lupa dengan ruang aula," kilah Frederick dengan nada datar namun mampu membuat para tamu undangan terdiam seribu bahasa.

Kali ini ruangan dalam keadaan hening dan senyap, seolah-olah tak ada manusia di dalamnya. Baik raja dan ratu pun tak memberi tanggapan, keduanya dari tadi bungkam, diam-diam memperhatikan dan mendengar keluh kesah para tamu.

"Terima kasih atas pengertiannya. Aku pergi keluar sebentar." Frederick menghembuskan napas pendek lantas melangkah dengan penuh wibawa, melenggang keluar aula hendak mencari Katherine.

"Pangeran, apa perlu aku menyuruh para penjaga ikut mencari juga?" Logan, sang kestaria atau orang kepercayaan Frederick mengikuti dari belakang.

Frederik melirik sebentar lalu berkata,"Iya, cari sampai ketemu, aku juga ikut mencari."

Titahnya sigap sembari mengayunkan kedua kakinya dengan sangat cepat.

Logan mengangguk, tak lupa membungkuk sesaat sebelum menjalankan perintah sang tuan.

Sesampainya di luar pintu, Frederick berjalan ke lorong kanan, Logan berjalan ke lorong ke kiri mengarah ke tempat para penjaga berkumpul.

***

"Lepaskan aku Karl! Pokoknya aku tidak mau menikah denganmu!" Katherine masih berusaha melepaskan diri meski saat ini tangan kanannya terasa amat sakit karena dari tadi memberontak.

"Aku bilang tidak ya tidak, aku tidak akan melepaskanmu, sebelum kau memberitahu aku alasan kau tidak mau menikah denganku!!!" Karl menjerit, tanpa menatap lawan bicara, sambil kedua kakinya melangkah cepat menuju lorong lain.

"Baik aku akan memberitahu alasanku!" Sangking kesalnya Katherine berseru cukup nyaring.

Kaki jenjang Karl sontak berhenti bergerak tepat di lorong yang jarang dilalui kumpulan manusia di istana. Dengan cepat ia memutar badan tanpa melepaskan tangan Katherine.

"Apa?" Agak ketus Karl bertanya. Matanya pun masih menyala-nyala.

Katherine meringgis sesaat. "Lepaskan dulu tanganku."

Karl mendengus kasar, tak berniat sekali pun menjawab dan menuruti permintaan Katherine. Tatapannya begitu mengintimidasi lawan bicara sampai-sampai membuat Katherine kesulitan menatap balik.

"Tidak, jika aku lepaskan, kau pasti memiliki celah untuk kabur dariku." Karl menjeda kalimatnya sejenak, "Cepat katakan, tidak usah membuat drama lagi Katherine, kau menginjak-injak harga diriku! Apa kau lupa, aku ini kekasihmu! Hari ini kita akan menikah dan menjadi pasangan suami istri!"

Katherine agak kesulitan menelan ludah saat melihat kemarahan Karl. "Karena aku tidak mencintaimu ...."

Mendengarnya, Karl semakin naik pitam. Mata, wajah dan telinganya nampak merah padam. Karl pegang pundak mungil Katherine lalu mengguncang dengan sangat kuat. "Tapi aku mencintaimu! Kau harus menjadi milikku!"

"Dan aku tidak mencintaimu Karl! Aku tidak mau! Lepaskan aku!" pekik Katherine.

"Kau!" Wajah Karl semakin merah, amarahnya tak dapat dibendung lagi. Alhasil dengan cepat sebuah tamparan kuat langsung mendarat tepat di pipi kanan Katherine.

Katherine pun tersungkur ke lantai sambil memegang pipinya yang tampak merah sekarang. "Argh!"

"Hentikan!" teriak seseorang dari belakang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status