Share

Bab 2

"Apa kamu baik-baik saja, Brie?"

Di sebuah butik yang terletak di sebuah mall terbesar di kota Old Coast, Brianna sedang berganti pakaian di ruang ganti.

Beberapa malam berturut-turut Brianna menemani tamu minum banyak alkohol. Dan malam itu dia minum lebih banyak daripada malam-malam sebelumnya. Dia merasa mual dan perutnya tidak nyaman.

"Ya aku baik-baik saja." Jawab Brianna tersenyum..

"Tapi kamu terlihat pucat. Apa kamu sakit?" Jane Caddel rekan kerja Brianna di butik bertanya dengan cemas.

Brianna baru tidur tiga jam sebelum kembali memulai harinya untuk bekerja dengan perut kosong. Pagi hari dia bekerja di restoran dan siang harinya Brianna bekerja di butik.

"Hanya kurang tidur, jangan khawatir." Brianna menjawab sambil mengoleskan lipstik merah di bibirnya.

Bekerja di butik bermerek dengan baju, tas, dan sepatu mahal, menuntutnya untuk tampil rapi dan berdandan. Dia melihat dirinya di cermin, terlihat agak pucat. Mungkin dia kelelahan, ditambah lagi dia mabuk tadi malam, menyebabkan perutnya sangat tidak nyaman.

Brianna menatap Jane dan memaksakan senyumannya, "Bagaimana penampilanku? Sudah tidak pucat kan?"

"Sempurna, cantik seperti biasanya." Jawab Jane.

"Aku sangat iri padamu, Brie. Kamu bahkan tidak perlu berdandan untuk terlihat cantik. Seandainya aku memiliki wajah sepertimu, pasti akan ada banyak pria tampan dan kaya yang mengejarku." Jane berandai-andai.

"Jangan terlalu menyanjungku, nanti aku besar kepala." Brianna tertawa mendengar pujian temannya.

Bekerja di butik tidak terlalu melelahkan seperti di restoran, sehingga Brianna bisa istirahat sejenak saat tidak ada pelanggan. Berdiri lama dengan sepatu hak tinggi bukanlah hal baru buat Brianna. Tapi sekarang tubuhnya terasa lemah dan perutnya melilit, membuatnya tidak tahan untuk menopang tubuhnya sendiri.

Brianna mengalami sakit perut yang cukup parah. Ibunya sakit kanker otak dan perawatan ibunya di pusat rehabilitasi kanker membuatnya harus menabung penghasilannya dengan cara kelaparan.

Brianna seringkali hanya makan sekali sehari. Karena dia bekerja di restoran, dia bisa makan sarapan untuk karyawan saat restoran sedang tidak sibuk. Dia bahkan bisa mengambil sisa makanan yang masih bersih.

Namun sebelumnya, dia sering kelaparan untuk menghemat uang. Bahkan, ia sering mengisi perutnya yang kosong hanya dengan minum air putih. Inilah yang membuatnya menderita sakit lambung. Dan semakin lama sakit lambungnya semakin parah. Oleh karena itu, ia selalu menyimpan obat lambung di dalam tasnya untuk berjaga-jaga.

Brianna melihat tidak ada pelanggan di toko, dia memutuskan ke ruang ganti untuk meminum obat lambungnya. "Jane, aku permisi sebentar ke ruang ganti ya?"

"Apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Jane khawatir melihat keringat di pelupuk Brianna.

"Aku hanya sedikit sakit perut. Minum air hangat akan membuatku lebih baik." Brianna menjawab dengan senyum lemah.

"Tidak masalah. Lagipula sedang tidak ada pelanggan. Aku bisa mengatasinya sendiri. Kembalilah saat kamu merasa lebih baik."

Buru-buru dia merogoh tasnya untuk mengambil obat maag dan mengunyahnya sebelum meminum air hangat. Brianna beristirahat sejenak sambil menutup mata setelah meminum obatnya bekerja. Dia kembali ke toko ketika merasa lebih baik.

Saat dia kembali ke toko ada sepasang ibu dan anak sedang melihat-lihat pakaian. Orang yang paling tidak ingin dia temui di dunia.

"Wah.. wah... Lihat siapa ini, Ma?" Seru Lisa dengan berlebihan saat dia melihat Brianna.

Mereka adalah Carmen Monroe, wanita selingkuhan ayahnya, dan Lisa Gonzalez, putrinya. Karena merekalah, ayahnya menceraikan ibunya dan mengusir Brianna dan ibunya keluar dari rumah.

Carmen yang sedang memilih pakaian menghentikan kegiatannya dan melihat ke arah Brianna, "Oh hai, Brianna… Lama tidak bertemu denganmu. Bagaimana kabarmu sayang? Ngomong-ngomong, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Carmen basa-basi.

"Sedang apa lagi, tentu saja dia sedang bekerja, ma. Lihat saja seragamnya." Lisa tersenyum mengejek.

Tangan Brianna mengepal karena marah. 'Dasar rubah tak tahu malu!'. Ingin sekali dia membalas dan memaki mereka, tapi dia tidak bisa melakukannya di sini. Dia sedang bekerja. Dia harus menahan diri tidak ingin kehilangan pekerjaannya di butik ini.

"Ada yang bisa saya bantu Nyonya?" Tanya Brianna dengan sopan.

Lisa tertawa penuh kemenangan ketika mendengar Brianna, "Kamu dengar, Ma? Aku benar kan."

"Oh, Brianna kamu bekerja di sini? Kenapa kamu jadi kurus seperti ini, sayang? Bagaimana kalau kamu ikut saja dengan kami pulang kerumah. Akan kubujuk ayahmu untuk menerimamu . Dia pasti tidak keberatan menerima anaknya pulang."

Carmen selalu bersikap bak malaikat pelindung di depan banyak orang terutama ayahnya. Padahal dia adalah rubah betina yang menyebabkan Brianna dan ibunya menderita.

Jane yang mendengar percakapan tersebut merasa ada yang janggal dengan situasi mereka. Dia buru-buru menyela, "Maaf nyonya, rekan saya sedang kurang sehat. Biar saya saja yang melayani kalian berdua." Jane berinisiatif memisahkan Brianna dari kedua perempuan itu.

"Oh, benarkah? Tidak heran kamu terlihat pucat, Brie sayang. Ya ya, kamu istirahatlah, kami tidak akan mengganggumu."

Kata-kata Carmen membuat perut Brianna tambah mual saat mendengarnya. Tapi Brianna hanya bisa berpura-pura tidak mendengarnya. Dia menganggukkan kepala kepada temannya dan menggerakkan mulutnya, "Terima kasih Jane."

"Tidak masalah." Balas jane tanpa suara sambil tersenyum meyakinkan.

Brianna beristirahat di ruang ganti sambil menunggu jam pulang. Jane bersikeras menyuruh Brianna pulang, tapi Brianna memilih beristirahat disana. Brianna memanfaatkan waktunya beberapa jam untuk tidur karena memang dia kurang tidur beberapa hari ini.

Waktu menunjukkan pukul 9 malam dan Brianna keluar dari butik. Brianna langsung berjalan kaki menuju ke Golden Sky.

Golden Sky, adalah sebuah kelab malam di kawasan elit. Mulai dari eksekutif muda, artis, hingga pejabat terdaftar sebagai anggota VIP kelab itu. Mereka datang untuk berpesta, berbicara bisnis, bahkan hanya sekedar nongkrong dan minum-minum.

Dan di tempat inilah dia bertemu kembali dengan Steven, mantan kekasihnya, beberapa hari lalu.

'Apakah hari ini dia akan muncul lagi?' Pikiran Brianna berkeliaran

Memikirkannya saja sudah membuat jantung Brianna berdebar-debar. Walaupun ada perasaan canggung dan rasa bersalah pada Steven, namun tidak bisa dipungkiri, jauh di dalam dasar hatinya, Brianna sangat senang bisa bertemu kembali dengan Steven.

Kemarin dia terlalu banyak minum sampai mabuk dan tidak sadarkan diri. Entah bagaimana Steven bisa menolongnya?

Malam itu adalah akhir pekan. Kelab ramai dipenuhi pengunjung. Brianna langsung memasuki ruang ganti dan mengganti pakaian kusamnya dengan seragam Golden Sky.

Sesuai namanya, seragam tersebut berwarna emas yang dipadukan sedikit warna hitam. Seragamnya terdiri dari dua potong pakaian, atasan dan bawahan rok yang menempel ketat pada tubuh dan memperlihatkan sedikit kulit Brianna yang putih.

Di meja bartender, Alice, sahabat yang memperkenalkan pekerjaan ini kepada Brianna, sudah menunggunya.

"Hai, Brie... Kamu sudah datang. Apa yang terjadi padamu tadi malam? Apa kamu baik-baik saja sekarang?" Tanya Alice.

"Aku terlalu banyak minum semalam dan mabuk. Aku baik-baik saja sekarang."

"Jangan terlalu memaksakan dirimu, Brie. Apa gunanya kamu mendapatkan banyak uang tip tapi kamu jadi sakit?"

"Aku tahu, Al." Brianna tahu dia tidak boleh sakit, karena itu hanya akan menambah masalahnya, juga pengeluarannya.

"Brie, siapa yang menggendongmu semalam? Sepertinya pelanggan baru. Dia sungguh tampan, Brie!" Alice sangat bersemangat tentang hal itu sehingga dia membombardir Brianna dengan pertanyaan.

Alice adalah sahabat Brianna selama empat tahun terakhir, tetapi dia tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang Steven, bahkan kepada ibunya sendiri.

Ketika dia hendak bercerita, tiba-tiba seorang pria jangkung dengan kuncir kuda berdiri di sampingnya, "Brianna, ikuti aku!" Perintah Joe, sang pemilik Golden Sky.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status