Share

Bab 07

Jangankan mencari keluar kompleks dalam kompleks saja harapan dia tersesat sangat besar.

 

Bella menarik nafas dalam-dalam mempersiapkan mental apa yang akan terjadi. Dia menghampiri pria yang duduk di bibir kolam renang dengan jantung yang berdetak tak karuan.

 

“Ba-bang, aku boleh duduk disini,” tanya Bella ragu.

 

“Hmmm ...” respon Burhan tidak menoleh sama sekali.

 

“Aku ingin menjelaskan,” Bella duduk sedikit menjauh menjaga jarak aman takut Burhan marah dan mengamuk seperti kemarin.

 

Bisa saja Burhan akan menceburkannya ke dalam kolam. Jadi dengan jarak seperti ini dia punya kesempatan untuk melarikan diri.

 

“Langsung saja,” hardik Burhan membuatnya Bella terkejut dan bergeser semakin jauh.

 

“Waktu itu sebelum akad nikah aku sudah memiliki firasat jika kak Nana akan pergi. Maka dari itu aku memintanya duduk tidak jauh dari kita. Sebelum akad aku masih sempat menoleh padanya. Dia mengacungkan jempol bahwa dia tidak apa-apa. Jika saja waktu itu kak Nana bicara bahwa tidak sanggup aku rela pernikahan ini dibatalkan. Tapi ... Tapi setelah kita naik ke pelaminan sosok kak Nana sudah tidak ada di tempat. Kursi yang digunakan sudah jatuh ke lantai. Aku memindai setiap sudut dan minta izin ke toilet. Sebenarnya bukan ke toilet namun mencarinya. Aku sudah mencari semua sudut tempat itu tapi tidak ada, tanda bekas keberadaannya saja tidak ada. Aku tidak menyerah begitu saja, aku juga mengecek gerbang depan dan menyusuri jalanan beberapa meter. Jika tidak teringat abang sendirian di pelaminan mungkin aku tidak akan kembali,” papar Bella panjang lebar tanpa jeda.

 

“Jika kau sudah tahu, mengapa kau tidak katakan dari awal. Kita bisa mencarinya bersama. Dia pun mungkin belum jauh, aku yakin dia hanya bersembunyi dan belum jauh dari gedung kalau KAU memberitahuku lebih awal,” sesal Burhan menekan kata KAU menandakan dia menyesal sangat mendalam.

 

Bella mengarahkan wajahnya pada tengah kolam memahami penyesalan Burhan. Dia juga menyesali sikap gegabahnya sok bijak mau mencari sendiri dan nyatanya tetap tidak berhasil.

 

“Aku begitu takut bang, membayangkan dia menghilang seperti ini saja aku tidak sanggup. Andai tahu dia akan pergi lebih aku saja yang pergi. Aku bukan siapa-siapa disini, carilah kak Nana bang. Bawa dia pulang. Tempatnya disini, ini semua miliknya aku tak pantas disini. Aku juga rela pergi jika keberadaanku hanya membuatnya terluka.” pinta Bella tulus dan terisak menyesali setiap perbuatan Nana.

 

Burhan menatap manik gadis disampingnya yang kali ini tidak menggunakan cadar. Wajahnya basah oleh air mata, air mata yang di ketahui Burhan kerinduan dan penyesalan.

 

Wajah ayu Bella terlihat jelas, begitu teduh dan menyejukkan, tidak ada sedikitpun celah kebencian dan keangkuhan yang terpancar. Mampu menghipnotis setiap mata yang menatapnya.

 

Burhan memalingkan wajah sadar telah menatap Bella dalam durasi yang lama. Bagaimana bisa dia terpana pada wanita yang telah membuat belahan jiwanya menghilang.

 

“Mengapa kau tidak mengenakan niqab, kau ingin menggodaku. Lantaran Nana tidak ada, jangan mencari kesempatan dalam kesempitan,” cecar Burhan yang tidak mau di salahkan telah memandang Bella lebih lama.

 

Bella membulatkan mata “Apa Bang, sedikit pun aku tidak pernah berpikir serendah itu. Kebetulan saja dirumah tidak ada laki-laki lain. Jadi aku berani membukanya. Bukankah tidak salah, aku juga istrimu. Meski istri yang tidak diharapkan aku punya kewajiban melayani dan menyenangkan suami,” cerocos Bella tidak terima dengan tuduhan yang tak masuk akal, padahal yang memandangnya tak berkedip tadi juga siapa.

 

Bella berniat masuk kedalam meninggalkan pria yang sangat aneh baginya yang salah siapa dan yang di salahkan juga siapa. Namun dia kalah cepat tangannya berhasil dicekal Burhan.

 

“Duduk, siapa yang mengizinkan kamu untuk meninggalkan tempat ini. Kau ingin aku ceburkan ke dalam sana.” tunjuk Burhan pada tengah kolam bagian yang dalam. Tangannya semakin kuat mencengkram tangan istri mudanya itu.

 

“Ja-jangann, Aku bisa mati. Aku tidak bisa berenang. Aku mohon maafkan Aku. Aku tidak tahu apa-apa, tolong jangan membenciku, tidak menganggapku istri tidak masalah. Toh ini juga bukan mauku. Aku siap lahir batin untuk kau talak,” bella memohon pada Burhan.

 

“Enak sekali kau bicara. Kau kira talak itu seperti buang permen. Harus ada alasan yang jelas. Aku memang bukan anak pondok sepertimu. Tapi aku tidak ingin bermain-main dalam janji suci pernikahan. Kecuali kau selingkuh maka tidak ada alasan untuk, menahanmu,” ujar burhan.

 

"Maaf, Bang! dalam Hadis Rasul yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah, disebutkan Perbuatan halal yang sangat dibenci Allah adalah talak atau cerai. Jadi jika abang, ingin menceraikan Saya, maka itu bukanlah satu perbuatan yang haram. Tapi Abang harus mencari alasan yang tepat," jelas Bella

 

“Nah, itu tahu. Mengapa kau menodongku. Terserah padamu, kamu ingin Aku talak. Ya, kamu yang mencari alasannya,” bentak Burhan lalu berdiri meninggalkan Bella yang masih merenung.

 

Berada terlalu lama di dekat Bella membuatnya jengah. Ingin rasanya dia mengusir gadis itu, tapi rasa ibanya merajai. Kemana dia akan pergi jika harus keluar dari sini.

 

Bukannya dulu dia dan Nana yang membawanya masuk dalam rumah ini. Jiwa penolong Nana terketuk saat gadis itu mengatakan dia baru saja menjadi yatim piatu dalam waktu bersamaan.

 

Andai waktu itu dia menolak keinginan sang istri, mungkin .... Ah, sudahlah percuma disesali.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status