Sehingga membuat Andika menjadi terjatuh ke lantai, tetapi bukannya menolong Cantika malah terlihat ketakutan dan kabur dari sana.
Gadis itu memilih mengintip dari balik dinding, terlihat Kartika dan Arel membantu Andika untuk berdiri.“Sayang, kenapa kamu bisa jatuh seperti ini?” Kartika bertanya dengan nada khawatir, ia bahkan menatap setiap inci tubuh suaminya.“Iya benar. Kakak bisa sih jatuh seperti ini?” tanya Arel menimpali.Andika melirik kepada Cantika yang mengintip mereka bertiga. “Tadi ada tikus yang menyebalkan, dia membuat aku terjatuh.”“Bagaimana sih kerjanya pelayan di rumah ini? Jadi bisa-bisanya ada tikus di rumah, apa aku perlu memarahinya, Sayang?” Kartika bergelayut di lengan Andika dengan manja.“Tidak perlu. Nanti aku yang akan memberi pelajaran kepada tikus itu sendiri, Karena dia sudah berani sekali denganku.” Andika melirik sinis kepada Cantika.Cantika beNamun, tak diduga oleh mereka semua Andika malah tersenyum dengan sangat lebar. Senyuman yang seharusnya menjadi membuat orang tenang, malah membuat orang menjadi semakin gelisah lantaran senyuman yang terlihat kentara kalau terpaksa.“Ternyata adikmu ini sangat manis ya, Kartika. Sampai membuat aku sangat senang sekali.” Andika berkata sambil tersenyum tampak terpaksa.Kartika tidak tahu menanggapi apa, perempuan itu hanya menganggukkan kepala dan mengukirkan senyum tipis di bibirnya.“Maafkan aku, kalau perkataanku menyinggung perasaanmu. Karena mau bagaimana pun kau adalah suami kakakku dan aku pun menumpang di rumahmu,” ucap Ariel dengan tatapan memelas.Lelaki muda itu sadar diri dengan kondisinya sekarang, karena ia hanya menumpang di rumah Andika.“Baguslah kalau kau sadar akan posisimu, usahakan kalau menumpang di rumah orang jangan berbicara omong kosong.” Andika mengelap mulutnya dengan sapu tangan, ia p
Beberapa kali Cantika meneguk ludahnya kasar, ia sekarang tak bisa memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab Diana.“Cantika?” panggil Diana pelan.Gadis itu terperanjat dari lamunan, “Awalnya aku memang ingin bekerja sebagai pelayan di sini, tapi …, Kak Andika melarangku untuk bekerja. Dia mengatakan malu,” jelas Cantika berbohong, walau tak sepenuhnya berbohong.Gadis itu hampir saja keceplosan menyebut Andika tuan, beruntung ia tak sempat mengatakannya.“Em, memang benar sih ya. Tentu saja dia malu, karena dia adalah orang kaya masih membiarkan keluarganya sendiri untuk dijadikan pelayan, ya walau kerabat jauh, tapi tetap saja kan keluarga?” kekeh Diana percaya dengan kebohongan Cantika.Diana pun pamit pergi ke dapur, ia harus mengantar piring kotor itu segera. Nanti malah akan dimarahi oleh pelayan lain lantaran terlalu banyak bicara, belum lagi kalau Kartika melihatnya, bisa-bisa dipecat dari pekerjaan.
Pemandangan yang membuat Cantika menjadi sangat shok sekali, sehingga tak dapat mengatakan apapun. Gadis itu menyadari kalau yang sedang dilihat olehnya itu adalah sesuatu yang tak baik untuk diketahui, Cantika pun segera berlari keluar tanpa menoleh ke belakang lagi. Tanpa Cantika sadari, kalau pintu yang awalnya terbuka sedikit menjadi terbuka separuh. “Ada seseorang yang mengintip kita?” Kartika turun dari ranjang dengan menutup bagian tubuh menggunakan selimut.Matanya melirik kesana-kemari, memperhatikan siapa gerangan orang yang telah mengintip mereka berdua. “Kenapa sih kamu tidak menutup pintu dengan benar? Alhasil ada yang melihatnya kan!” Kartika menggerutu dengan bersedekap dada.Lelaki yang tengah bersama Kartika itu tertawa kecil, ia pun mendekat kepada perempuan tersebut. Tangannya membelai wajah cantik Kartika dengan lembut, senyuman hangat terukir di bibir lelaki tampan itu.Sement
Cantika tertegun, ia tak tahu kenapa lelaki yang berada di depannya ini mengatakan tahu semua informasi dirinya. “Dari mana Anda tahu itu semua?” tanya Cantika dengan gugup.Namun, bukannya menjawab Jack mengulurkan tangan untuk membantu sang gadis berdiri.“Sebelum aku menjawabnya, sebaiknya kau berdiri dulu.” Jack menarik tangan Cantika, supaya sang gadis dapat berdiri dari lantai dingin itu.Cantika dengan enggan menerima bantuan dari Jack, padahal ia merasa kalau bisa berdiri sendiri. Hanya saja, gadis itu tak tahu apa yang diketahui lelaki tampan di depan ini, sehingga memilih untuk menuruti saja.“Sebaiknya kita duduk di tempat yang nyaman, karena rumah sakit ini tak terlalu baik untuk pembicaraan berat kita.” Jack mengajak Cantika dengan mengulurkan tangan, ia berniat menggandeng lengan gadis itu.“Saya harus memanggil dokter, jadi mungkin saya tak akan bisa mengikuti Anda untuk pergi keluar dari rumah sakit ini,” tolak Cantika secara halus.Gadis itu enggan untuk pergi bersam
Di depan mata Jack warung kecil tersebut sangatlah ramai, ia merasa sangat kesulitan untuk melangkah maju ke depan. Namun, tak mungkin membiarkan sang gadis tahu kalau dirinya memiliki trauma masa lalu, yaitu tidak menyukai tempat yang sempit dan terlalu ramai. “Ayo!” ajak Cantika, supaya Jack mendekat.Jack dengan enggan perjalanan masuk warung kecil itu, kakinya semua tegak terasa gemetar tetapi terus dipaksa. Dengan kasar lelaki itu duduk di kursi yang berada di pojok, untuk tak melihat keramaian yang berada di depan mata. Jack berdehem beberapa kali untuk menetralkan detak jantung yang sangat kencang, “Kenapa kau malah memilih di sini?” tanyanya dengan suara tercekat.“Kan Anda tahu sendiri kalau ini lebih dekat jaraknya ke rumah sakit, apalagi di sini ramai, saya hanya menjaga aman saja. Mohon pengertiannya.” Cantika menatap dalam Jack, ia takut kalau lelaki itu melakukan sesuatu kepadanya.K
Cantika melirik kekiri-kanan, melihat banyak sekali orang tengah menatapnya. “Tolong bantu saya untuk mengangkat orang ini ke rumah sakit!”Cantika menatap orang-orang yang ada di situ, tetapi mereka terlihat enggan untuk membantu. “Ayo tolong bantu saya!” Cantik memohon dengan wajah memelas.“Bukannya kami tidak mau membantu, tapi dia terlihat seperti orang berbahaya. Jadi kami tidak mau terlibat!” Semua orang menjauh dari Cantika, tetapi gadis itu pun berteriak kencang. “Kalau kalian tidak ingin membantu minimal bantu saya membuat dia yang berdiri!”Cantika meminta untuk kesekian kalinya, ia tak mungkin meninggalkan Jack di sini seorang diri. Dengan enggan semua orang itu membantu untuk membuat Jack berdiri. Cantika pun memapah lelaki bertubuh besar itu ke rumah sakit seorang diri, bantuan siapa pun.Wajah Cantika penuh dengan keringat, lantaran tubuhnya mungil harus dipaksa memapah Jack bertubuh tinggi dan besar.
"Kau harus memberikan aku keturunan dalam kurun waktu satu tahun. Kalau kau tidak bisa, maka akan dipastikan ayahmu tak akan mendapatkan perawatan lagi!" Lelaki tampan itu mencengkram rahang seorang gadis muda. Gadis itu meringis kesakitan dengan apa yang lelaki tersebut lakukan. "Kalau Anda menghentikan perawatan kepada ayah saya, maka ayah saya tidak akan bertahan!" "Ya, memang benar ayahmu tidak akan bertahan. Untuk itu, kau harus secepat mungkin memberikan aku keturunan atau ayahmu akan mati." Lelaki itu mendorong gadis muda tersebut sehingga jatuh ke lantai. Lantas keluar dari kamar pengantin yang sudah dipersiapkan. Seharusnya ini malam membahagiakan, tetapi justru menjadi sebuah neraka bagi gadis muda yang bernama Cantika Putri Sari. “Ya, Tuhan ….” Lirih gadis itu meringis ketika merasakan perih pada telapak tangannya. Belum lagi gaun pengantin yang dirancang oleh desainer ternama itu harus robek oleh perbuatan sang suami, yang baru saja menikahinya dalam hitungan jam.
Tubuh Cantika menggigil, tak sanggup menahan rasa sakit yang menyayat bagian bawahnya. "Ugh, Tuan! Pe-pelan-pelan, sakit!" jerit gadis muda itu. Namun lelaki bertubuh besar itu, Andika, seakan tak peduli pada gadis kecil yang terus menderita. Mata Andika terpancar keganasan saat ia terus memacu kekuatannya, tak peduli bahwa Cantika merasa kesakitan. Ia menemui puncak kepuasan seorang diri, sementara Cantika hanya bisa menangis, air mata tak henti-hentinya mengalir. Tampak jelas perbedaan kekuatan di antara keduanya. Setelah selesai, Andika menatap noda merah yang membasahi seprai putih dengan tatapan puas, seringai muncul di sudut bibirnya. "Ternyata kau masih perawan. Baguslah, aku jadi tidak terlalu rugi mengeluarkan banyak uang!" Tubuh mungil Cantika tak sanggup bertahan atas perlakuan kasar dari Andika, kesakitan dan ketakutannya semakin nyata. Di dalam hati Cantika merasa hancur, memar kebiruan menghiasi tubuhnya akibat cengkraman tangan besar sang suami. Namun, kekuatan un