Cantika menatap kedua orang itu dengan raut wajah bingung, ia merasa kebingungan karena tingkah kedua lelaki tersebut.
“Kau pilih yang mana?” tanya Arel dan Andika serempak.“Terserah sih kau pilih yang mana? Tapi tentu seharusnya aku dong, supaya kita semakin akrab.” Arel menyodorkan gelasnya semakin dekat kepada Cantika.“Apa yang kau maksud itu? Tentu saja dia harus memilih punyaku, karena tentu saja aku …, kerabat jauhnya.” Andika mengatakannya itu sambil beberapa kali berdehem, hampir saja keceplosan perihal ia adalah suami dari Cantika.Gadis itu menatap kedua lelaki yang saling berdebat satu sama lain, tetapi ia sangat haus sekali sehingga memilih untuk mengambil air minum sendiri. Sehingga membuat Arel dan Andika melongo bingung.‘Kenapa kalian menatapku seperti itu? Lagi pula bukankah lebih enak ambil sendiri tanpa pusing memilih harus mengambil yang mana!’ Cantika menggerutu di dalam hatinya.“Memang apa yang akan kulakukan sehingga kau ingin menjerit seperti itu?” Andika bertanya dengan nada membentak.Cantika yang masih gemetaran mendongak menatap sang suami. Ia terlihat sangat ketakutan, tetapi tak dapat mengatakan apa pun.“Ck, kau ini adalah gadis yang menyebalkan! Padahal aku hanya ingin mengelus kepalamu, tetapi aku malah terlihat seperti penjahat!” Andika menatap tajam kepada Cantika, ia menjadi merasa sangat kesal.Cantika berusaha menetralkan perasaannya, untuk menenangkan tubuhnya yang gemetar. Namun, selalu saja terbayang-bayang tentang ingatan malam pertama itu. Membuat gadis tersebut tak kuasa untuk menghentikan ketakutannya sendiri.Andika menatap nanar sang istri, Ia pun menjadi menghela nafas, “Kalau kau tidak nyaman dengan kehadiranku di sini, aku akan pergi!”Andika memilih melangkahkan kakinya keluar, tetapi baru beberapa langkah ia menoleh. Lelaki itu melihat kalau sang gadis tak a
Sehingga membuat Andika menjadi terjatuh ke lantai, tetapi bukannya menolong Cantika malah terlihat ketakutan dan kabur dari sana. Gadis itu memilih mengintip dari balik dinding, terlihat Kartika dan Arel membantu Andika untuk berdiri. “Sayang, kenapa kamu bisa jatuh seperti ini?” Kartika bertanya dengan nada khawatir, ia bahkan menatap setiap inci tubuh suaminya.“Iya benar. Kakak bisa sih jatuh seperti ini?” tanya Arel menimpali.Andika melirik kepada Cantika yang mengintip mereka bertiga. “Tadi ada tikus yang menyebalkan, dia membuat aku terjatuh.”“Bagaimana sih kerjanya pelayan di rumah ini? Jadi bisa-bisanya ada tikus di rumah, apa aku perlu memarahinya, Sayang?” Kartika bergelayut di lengan Andika dengan manja.“Tidak perlu. Nanti aku yang akan memberi pelajaran kepada tikus itu sendiri, Karena dia sudah berani sekali denganku.” Andika melirik sinis kepada Cantika. Cantika be
Namun, tak diduga oleh mereka semua Andika malah tersenyum dengan sangat lebar. Senyuman yang seharusnya menjadi membuat orang tenang, malah membuat orang menjadi semakin gelisah lantaran senyuman yang terlihat kentara kalau terpaksa.“Ternyata adikmu ini sangat manis ya, Kartika. Sampai membuat aku sangat senang sekali.” Andika berkata sambil tersenyum tampak terpaksa.Kartika tidak tahu menanggapi apa, perempuan itu hanya menganggukkan kepala dan mengukirkan senyum tipis di bibirnya.“Maafkan aku, kalau perkataanku menyinggung perasaanmu. Karena mau bagaimana pun kau adalah suami kakakku dan aku pun menumpang di rumahmu,” ucap Ariel dengan tatapan memelas.Lelaki muda itu sadar diri dengan kondisinya sekarang, karena ia hanya menumpang di rumah Andika.“Baguslah kalau kau sadar akan posisimu, usahakan kalau menumpang di rumah orang jangan berbicara omong kosong.” Andika mengelap mulutnya dengan sapu tangan, ia p
Beberapa kali Cantika meneguk ludahnya kasar, ia sekarang tak bisa memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab Diana.“Cantika?” panggil Diana pelan.Gadis itu terperanjat dari lamunan, “Awalnya aku memang ingin bekerja sebagai pelayan di sini, tapi …, Kak Andika melarangku untuk bekerja. Dia mengatakan malu,” jelas Cantika berbohong, walau tak sepenuhnya berbohong.Gadis itu hampir saja keceplosan menyebut Andika tuan, beruntung ia tak sempat mengatakannya.“Em, memang benar sih ya. Tentu saja dia malu, karena dia adalah orang kaya masih membiarkan keluarganya sendiri untuk dijadikan pelayan, ya walau kerabat jauh, tapi tetap saja kan keluarga?” kekeh Diana percaya dengan kebohongan Cantika.Diana pun pamit pergi ke dapur, ia harus mengantar piring kotor itu segera. Nanti malah akan dimarahi oleh pelayan lain lantaran terlalu banyak bicara, belum lagi kalau Kartika melihatnya, bisa-bisa dipecat dari pekerjaan.
Pemandangan yang membuat Cantika menjadi sangat shok sekali, sehingga tak dapat mengatakan apapun. Gadis itu menyadari kalau yang sedang dilihat olehnya itu adalah sesuatu yang tak baik untuk diketahui, Cantika pun segera berlari keluar tanpa menoleh ke belakang lagi. Tanpa Cantika sadari, kalau pintu yang awalnya terbuka sedikit menjadi terbuka separuh. “Ada seseorang yang mengintip kita?” Kartika turun dari ranjang dengan menutup bagian tubuh menggunakan selimut.Matanya melirik kesana-kemari, memperhatikan siapa gerangan orang yang telah mengintip mereka berdua. “Kenapa sih kamu tidak menutup pintu dengan benar? Alhasil ada yang melihatnya kan!” Kartika menggerutu dengan bersedekap dada.Lelaki yang tengah bersama Kartika itu tertawa kecil, ia pun mendekat kepada perempuan tersebut. Tangannya membelai wajah cantik Kartika dengan lembut, senyuman hangat terukir di bibir lelaki tampan itu.Sement
Cantika tertegun, ia tak tahu kenapa lelaki yang berada di depannya ini mengatakan tahu semua informasi dirinya. “Dari mana Anda tahu itu semua?” tanya Cantika dengan gugup.Namun, bukannya menjawab Jack mengulurkan tangan untuk membantu sang gadis berdiri.“Sebelum aku menjawabnya, sebaiknya kau berdiri dulu.” Jack menarik tangan Cantika, supaya sang gadis dapat berdiri dari lantai dingin itu.Cantika dengan enggan menerima bantuan dari Jack, padahal ia merasa kalau bisa berdiri sendiri. Hanya saja, gadis itu tak tahu apa yang diketahui lelaki tampan di depan ini, sehingga memilih untuk menuruti saja.“Sebaiknya kita duduk di tempat yang nyaman, karena rumah sakit ini tak terlalu baik untuk pembicaraan berat kita.” Jack mengajak Cantika dengan mengulurkan tangan, ia berniat menggandeng lengan gadis itu.“Saya harus memanggil dokter, jadi mungkin saya tak akan bisa mengikuti Anda untuk pergi keluar dari rumah sakit ini,” tolak Cantika secara halus.Gadis itu enggan untuk pergi bersam
Di depan mata Jack warung kecil tersebut sangatlah ramai, ia merasa sangat kesulitan untuk melangkah maju ke depan. Namun, tak mungkin membiarkan sang gadis tahu kalau dirinya memiliki trauma masa lalu, yaitu tidak menyukai tempat yang sempit dan terlalu ramai. “Ayo!” ajak Cantika, supaya Jack mendekat.Jack dengan enggan perjalanan masuk warung kecil itu, kakinya semua tegak terasa gemetar tetapi terus dipaksa. Dengan kasar lelaki itu duduk di kursi yang berada di pojok, untuk tak melihat keramaian yang berada di depan mata. Jack berdehem beberapa kali untuk menetralkan detak jantung yang sangat kencang, “Kenapa kau malah memilih di sini?” tanyanya dengan suara tercekat.“Kan Anda tahu sendiri kalau ini lebih dekat jaraknya ke rumah sakit, apalagi di sini ramai, saya hanya menjaga aman saja. Mohon pengertiannya.” Cantika menatap dalam Jack, ia takut kalau lelaki itu melakukan sesuatu kepadanya.K
Cantika melirik kekiri-kanan, melihat banyak sekali orang tengah menatapnya. “Tolong bantu saya untuk mengangkat orang ini ke rumah sakit!”Cantika menatap orang-orang yang ada di situ, tetapi mereka terlihat enggan untuk membantu. “Ayo tolong bantu saya!” Cantik memohon dengan wajah memelas.“Bukannya kami tidak mau membantu, tapi dia terlihat seperti orang berbahaya. Jadi kami tidak mau terlibat!” Semua orang menjauh dari Cantika, tetapi gadis itu pun berteriak kencang. “Kalau kalian tidak ingin membantu minimal bantu saya membuat dia yang berdiri!”Cantika meminta untuk kesekian kalinya, ia tak mungkin meninggalkan Jack di sini seorang diri. Dengan enggan semua orang itu membantu untuk membuat Jack berdiri. Cantika pun memapah lelaki bertubuh besar itu ke rumah sakit seorang diri, bantuan siapa pun.Wajah Cantika penuh dengan keringat, lantaran tubuhnya mungil harus dipaksa memapah Jack bertubuh tinggi dan besar.