Bab 14
Mas besok antar aku ke rumah sakit ya, jadwalku kontrol besok."
Mataku terbelalak membaca pesan dari kontak yang diberi nama 'A'.
Siapa pemilik nama dengan insial 'A' itu, apa mungkin itu Mbak Riana yang mengirim pesan? Tapi, menggunakan nomor lain.
Pertanyaan-pertanyaan itu terus memenuhi kepalaku."Temanmu siapa yang sakit Mas?" tanyaku saat Mas Farel keluar dari toilet.
Mas Farel segera menoleh ke arahku saat mendengar pertanyaan dariku itu, ekspresinya datar.
"Enggak ada sayang, memang kenapa?" tanya Mas Farel tanpa ada gugup sedikitpun dari nadanya.
"Ini ada chat minta ditemani kontrol?"kataku.
Mas Farel meraih ponsel yang aku berikan lalu membuka layar ponselnya.
Sekian detik kemudian"Oh ini anu sayang, karyawan kantor," jawab Mas Farel sambil mengusap tengkuknya.
Tampaknya sudah mulai sedikit gugup dengan pertanyaanku.
"Kenapa kamu yang antar,
Bab 15"Rumah Sakit," gumamku.Apakah ini kebetulan?Segera kubalas voice note dari Tasya itu."Mau ngapain sayang, terapi?"tanyaku karena setahuku memang Mbak Riana punya jadwal terapi tiap sebulan sekali."Enggak Tante, control aja. Besok pagi Papa mau anterin. Katanya Papa tugas disini,"jawab Tasya.Dari nadanya bocah itu begitu gembira jika menyebut Papanya membuat aku kadang merasa kasihan. Terlihat jelas dia begitu merindukan Papanya."Wah tidur sama Papa dong?"godaku."Enggak," jawab Tasya pendek."Kok enggak?"tanyaku sedikit heran."Papa kalau malam tidur di rumahnya. Kata Papa kalau malam ada kerja Bu Guru.""Loh kok aneh, emang Papa Tasya kerja apa?"tanyaku penuh selidik."Gak tahu Bu Guru."Ku akiri voice note dengan Tasya dengan pesan selayaknya seorang guru dengan muridnya.Hatiku mendadak gelisah set
Bab 16ku sengaja menunggu Mas Farel didepan Rumah Sakit tempat Mas Farel akan mengantar orang misterius itu kontrol.Siapa orang berinisial' A' itu, apakah Mbak Riana atau ada perempuan lain?Lalu siapa, apa mantan Mas Farel?Ada siapa wanita yang berhubungan denganmu Mas?Pertanyaan demi pertanyaan itu terus melintas di benakku. Harusnya dulu aku tak menerima Mas Farel begitu saja sebelum aku mengenalinya dan masa lalunya.Namun,beruntunglah tadi malam aku diam-diam mencatat alamat Rumah Sakit yang dikirim ke kontak Mas Farel oleh wanita misteri itu.Aku juga sengaja sedikit mengubah penampilan dengan memakai kaca mata hitam dan juga topi yang bisa menutupi wajahku agar tak mudah dikenali oleh orang lain."Lama amat sih mereka?"gumamku.Mobil sengaja aku titipkan di tempat penitipan di luar Rumah Sakit dan aku kesini naik motor yang aku sewa disebuah rental agar tak mudah dikenali.
Bab 17Bu Guru, ngapain di sini?"Aku terkejut ketika sebuah suara memanggilku dan saat aku menoleh tampak Tasya dan Mbak Riana.Ya Tuhan, kalau Mbak Riana dan Tasya ada di sini lalu perempuan dan anak kecil yang bersama Mas Farel itu siapa?Setelah melihat Mas Farel dan perempuan itu menjauh, aku yang merasa ribet memakai topi dan kacamata hitam, melepas dua benda itu, sehingga Mbak Riana dan Tasya dengan mudah mengenaliku tadi."Bu Guru ngapain di sini, Bu Guru sakit?""Enggak sayang, tadi Bu Guru cek up saja.""Cek up, cek up apa Bu?" tanya Mbak Riana."Cuma medikal cek aja kok Mbak, sudah lama gak lihat kondisi badan.""Ouh, terus sehat kan?""Alhamdulilah sehat Mbak. Lho Tasya, Papanya mana?""Papa nunggu di dalam Bu Guru.""Wah padahal Bu Guru pingin banget ketemu Papa Tasya lho.""Tadi Papanya ada urusan sebentar Bu Guru, jadi berangkat dulu
Bab 17Bu Guru, ngapain di sini?"Aku terkejut ketika sebuah suara memanggilku dan saat aku menoleh tampak Tasya dan Mbak Riana.Ya Tuhan, kalau Mbak Riana dan Tasya ada di sini lalu perempuan dan anak kecil yang bersama Mas Farel itu siapa?Setelah melihat Mas Farel dan perempuan itu menjauh, aku yang merasa ribet memakai topi dan kacamata hitam, melepas dua benda itu, sehingga Mbak Riana dan Tasya dengan mudah mengenaliku tadi."Bu Guru ngapain di sini, Bu Guru sakit?""Enggak sayang, tadi Bu Guru cek up saja.""Cek up, cek up apa Bu?" tanya Mbak Riana."Cuma medikal cek aja kok Mbak, sudah lama gak lihat kondisi badan.""Ouh, terus sehat kan?""Alhamdulilah sehat Mbak. Lho Tasya, Papanya mana?""Papa nunggu di dalam Bu Guru.""Wah padahal Bu Guru pingin banget ketemu Papa Tasya lho.""Tadi Papanya ada urusan sebentar Bu Guru, jadi berangkat dulu
Pov Riana bab 19Pov Riana[Nanti aku tunggu di dalam Rumah sakit saja, sepertinya Dia mulai curiga] chat dari Mas Farel.[Dia gak marah kan Mas?][Entahlah, pokoknya aku gak mau hubungan kita diketahui Ane. Aku gak mau kehilangan Dia][Iya Mas, kamu tenang saja]Ku tutup ponselku setelah selesai chat dengan Mas Farel. Sebagai istri pertama, jujur aku gak bisa terima diperlakukan seperti ini. Namun, aku tak berdaya.Apalah dayaku yang hanya menikah secara koboy dengan Mas Farel, sebuah pernikahan yang tanpa diketahui orang lain.Sebuah pernikahan rahasia tanpa surat-surat yang syah bahkan tak ada satupun keluarga Mas Farel tahu kalau adalah istri Mas Farel.***Semua ini berawal dari tujuh tahun yang lalu.PrakKubuang benda pipih berwarna perak yang menunjukkan dua garis lurus itu, lututku gemetar, seketika aku terduduk di tepi dinding kamar mandi.
Pov Riana2Bab 20Kamu tahu gak Sayang, wajahmu bulat seperti rembulan, bundar, putih kek kuntilanak," ujar Farel terkekeh.Akibat mabuk Farel meracau tak karuan, kadang menangis, kadang tertawa bahkan kadang juga marah..Sebenarnya Farel tinggal di kontrakan dengan seorang temanya. Namun, yang aku tahu temanya itu sekarang sedang pulang kampung, untunglah Farel masih ingat di mana dia meletakkan kunci rumahnya kalau tak entahlah bagaimana kami masuk rumah, mungkin kami akan tidur diluar.Kupapah tubuh Farel ketempat tidur dan membantunya berbaring."Sayang, kamu mau kemana?"Farel menarik tanganku saat aku akan pergi meninggalkanya."Aku mau pulang Rel, ini sudah malam nanti Ibuku nyariin," ujarku panik. Ada sedikit rasa menyesal di hati ini, kenapa aku mengantarkan Farel sampai disini?Bagaimana kalau dia nanti macam-macam nantinya?
huek, huekAku segera berlari kekamar mandi saat aku merasakan seluruh isi perutku seperti hendak keluar.Sesampainya di kamar mandi aku segera memuntahkan isi perutku, namun yang keluar hanyalah cairan bening bercampur liur."Kamu kenapa Ri?" tanya Ibuku."Entahlah, Bu, sepertinya aku masuk angin.""Sini! ibu kerokin."Akupun segera melepas pakaianku dan memberikan minyak angin dan juga koin karena jika masuk angin aku terbiasa dikerok oleh Ibuku, cara ini terbukti ampuh untuk mengatasi masuk angin.Beberapa hari setelah kejadian itu, selera makanku menurun, bahkan aku sering mual jika mencium bau-bauan yang menyengat. Tubuhku juga lemas dan sering mengantuk dipagi hari."Kamu kok seperti orang hamil muda saja Ri, pagi- pagi makan mangga muda," tegur ayahku saat melihatku makan mangga muda. Entah kenapa air liurku menetes saat melihat mangga muda dihalaman rumahku."Iya, gak sakit nanti perut k
Bab 21Pov Rianaov Riana 2"Apa maksud kamu Rel?""Ya bisa saja kan itu bukan anak aku, memang siapa bisa jamin kalau itu anakku, bisa saja kan setelah berhubungan denganku, kamu melakukannya dengan pria lain. Siapa bisa jamin?"PlakFarel mengusap pipinya yang merah akibat tamparanku bahkan dia sedikit meringis menahan perih, tapi itu tak seberapa dibanding dengan sakit dihatiku ini. Farel telah menggores luka namun tak berdarah tapi sakitnya luar biasa, bagai pisau yang di hujam ke dada, lalu tembus ke jantung dan merembet ke paru hingga nafasku susah untuk bernapas.Kutatap nyalang pada Farel dengan napas yang tersengal dan dada yang bergelombang, "Kamu pikir aku murahan, hah! Sehingga dengan gampangnya menyerahkan harta berhargaku pada lelaki."Kutunjuk wajah Farel dengan emosi yang masih menggebu-gebu, " Ingat, kalau kamu tak mau bertanggung jawab, aku akan laporkan kamu ke polisi!"