Bab 17
Bu Guru, ngapain di sini?"Aku terkejut ketika sebuah suara memanggilku dan saat aku menoleh tampak Tasya dan Mbak Riana.
Ya Tuhan, kalau Mbak Riana dan Tasya ada di sini lalu perempuan dan anak kecil yang bersama Mas Farel itu siapa?
Setelah melihat Mas Farel dan perempuan itu menjauh, aku yang merasa ribet memakai topi dan kacamata hitam, melepas dua benda itu, sehingga Mbak Riana dan Tasya dengan mudah mengenaliku tadi.
"Bu Guru ngapain di sini, Bu Guru sakit?""Enggak sayang, tadi Bu Guru cek up saja."
"Cek up, cek up apa Bu?" tanya Mbak Riana.
"Cuma medikal cek aja kok Mbak, sudah lama gak lihat kondisi badan."
"Ouh, terus sehat kan?"
"Alhamdulilah sehat Mbak. Lho Tasya, Papanya mana?"
"Papa nunggu di dalam Bu Guru."
"Wah padahal Bu Guru pingin banget ketemu Papa Tasya lho."
"Tadi Papanya ada urusan sebentar Bu Guru, jadi berangkat dulu
Pov Riana bab 19Pov Riana[Nanti aku tunggu di dalam Rumah sakit saja, sepertinya Dia mulai curiga] chat dari Mas Farel.[Dia gak marah kan Mas?][Entahlah, pokoknya aku gak mau hubungan kita diketahui Ane. Aku gak mau kehilangan Dia][Iya Mas, kamu tenang saja]Ku tutup ponselku setelah selesai chat dengan Mas Farel. Sebagai istri pertama, jujur aku gak bisa terima diperlakukan seperti ini. Namun, aku tak berdaya.Apalah dayaku yang hanya menikah secara koboy dengan Mas Farel, sebuah pernikahan yang tanpa diketahui orang lain.Sebuah pernikahan rahasia tanpa surat-surat yang syah bahkan tak ada satupun keluarga Mas Farel tahu kalau adalah istri Mas Farel.***Semua ini berawal dari tujuh tahun yang lalu.PrakKubuang benda pipih berwarna perak yang menunjukkan dua garis lurus itu, lututku gemetar, seketika aku terduduk di tepi dinding kamar mandi.
Pov Riana2Bab 20Kamu tahu gak Sayang, wajahmu bulat seperti rembulan, bundar, putih kek kuntilanak," ujar Farel terkekeh.Akibat mabuk Farel meracau tak karuan, kadang menangis, kadang tertawa bahkan kadang juga marah..Sebenarnya Farel tinggal di kontrakan dengan seorang temanya. Namun, yang aku tahu temanya itu sekarang sedang pulang kampung, untunglah Farel masih ingat di mana dia meletakkan kunci rumahnya kalau tak entahlah bagaimana kami masuk rumah, mungkin kami akan tidur diluar.Kupapah tubuh Farel ketempat tidur dan membantunya berbaring."Sayang, kamu mau kemana?"Farel menarik tanganku saat aku akan pergi meninggalkanya."Aku mau pulang Rel, ini sudah malam nanti Ibuku nyariin," ujarku panik. Ada sedikit rasa menyesal di hati ini, kenapa aku mengantarkan Farel sampai disini?Bagaimana kalau dia nanti macam-macam nantinya?
huek, huekAku segera berlari kekamar mandi saat aku merasakan seluruh isi perutku seperti hendak keluar.Sesampainya di kamar mandi aku segera memuntahkan isi perutku, namun yang keluar hanyalah cairan bening bercampur liur."Kamu kenapa Ri?" tanya Ibuku."Entahlah, Bu, sepertinya aku masuk angin.""Sini! ibu kerokin."Akupun segera melepas pakaianku dan memberikan minyak angin dan juga koin karena jika masuk angin aku terbiasa dikerok oleh Ibuku, cara ini terbukti ampuh untuk mengatasi masuk angin.Beberapa hari setelah kejadian itu, selera makanku menurun, bahkan aku sering mual jika mencium bau-bauan yang menyengat. Tubuhku juga lemas dan sering mengantuk dipagi hari."Kamu kok seperti orang hamil muda saja Ri, pagi- pagi makan mangga muda," tegur ayahku saat melihatku makan mangga muda. Entah kenapa air liurku menetes saat melihat mangga muda dihalaman rumahku."Iya, gak sakit nanti perut k
Bab 21Pov Rianaov Riana 2"Apa maksud kamu Rel?""Ya bisa saja kan itu bukan anak aku, memang siapa bisa jamin kalau itu anakku, bisa saja kan setelah berhubungan denganku, kamu melakukannya dengan pria lain. Siapa bisa jamin?"PlakFarel mengusap pipinya yang merah akibat tamparanku bahkan dia sedikit meringis menahan perih, tapi itu tak seberapa dibanding dengan sakit dihatiku ini. Farel telah menggores luka namun tak berdarah tapi sakitnya luar biasa, bagai pisau yang di hujam ke dada, lalu tembus ke jantung dan merembet ke paru hingga nafasku susah untuk bernapas.Kutatap nyalang pada Farel dengan napas yang tersengal dan dada yang bergelombang, "Kamu pikir aku murahan, hah! Sehingga dengan gampangnya menyerahkan harta berhargaku pada lelaki."Kutunjuk wajah Farel dengan emosi yang masih menggebu-gebu, " Ingat, kalau kamu tak mau bertanggung jawab, aku akan laporkan kamu ke polisi!"
Bab 22"Aku hanya akan mengakui Dia anakku setelah ada tes DNA.""Tapi Rel, aku ingin kamu menemaniku. Aku sedang kontraksi sekarang.""Aku bilang gak mau ya gak mau!" kata Farel dengan nada tinggi.Luruh sudah air mataku mendengar ucapan Farel, sakit akibat kontraksi di perutku bahkan tak bisa mengalahkan rasa sakit di hatiku akibat ucapan tajam yang melukai hati dari mulut Farel. Entah dimana hati nuraninya sebagai seorang suami, dimana tanggung jawabnya."Aku ingin tes DNA," ujar Farel begitu anak kami lahir.Ya Allah, bahkan laungan adzan pun belumpun dia lantunkan, sudah membahas DNA.Ku usap lembut kepala anakku yang masih merah itu lalu kucium keningnya."Adzani dulu Rel!" pintaku pada Farel.Dengan ekspresi wajah terpaksa, Farel mengambil bayi kami dari pangkuanku. Sedetik kemudian lantunan indah suara Farel yang mengumandangkan adzan, terdengar merdu.***
ab 13 Penolakan Ane"Ya, tadi Dia kesini, Mas tenang saja semuanya berjalan dengan baik. Dia juga gak curiga lagi kok."Kata-kata Mbak Riana itu masih terngiang di telingaku.Ya Allah, apalagi ini?Apa mungkin memang antara Mbak Riana dan Mas Farel memang ada sesuatu yang di sembunyikan, atau mereka memang besekongkol mempermainkan aku, tapi kenapa tadi ekspresi Mbak Riana biasa saja saat melihatku, tak ada rasa kuatir maupun tegang ketika melihatku.Ku sandarkan kepalalu di mobil, kepalaku sungguh berat seperti sedang memikul ribuan ton beras di atasnya.Ya AllahMasalah satu belum selesai di tambah lagi masalah lain, kenapa suamiku menyimpan begitu banyak teka-teki yang membuat kepalaku pusing begini ya Allah.---"Kamu dari mana saja sayang?"Mas Farel seperti biasa mengembangkan senyuman saat aku datang, Dia menayaiku dengan lembut.Aku hanya melirik sebentar, j
"Tolong pasang alat pelacak di mobil ini, yang versi terbaru dan yang akurat untuk melacak. Satu lagi pasang di tempat yang tak terlihat!""Bisa Mbak, tapi biaynya agak mahal.""Iya, berapapun biayanya aku bayar."Pemilik bengkel itu kemudian mengerjakan apa yang aku suruh hingga beberapa menit kemudian."Sudah Mbak, saya akan hubungkan di ponsel androit milik Mbak."Ku serahkan ponselku untuk di seting oleh tukang bengkel itu dan dengan cekatan pria itu mengotak atik ponselku."Sudah Mbak, silahkan di coba!"Pemilik bengkel itu kemudian mengarahkanku untuk memberi aku petunjuk agar bisa melacak alamat di mana mobil itu barada. Aku tersenyum puas saat alamat yang di tunjukan ponseku itu tapat dan akurat.Tunggu kamu Mas! Dengan alat ini aku akan mengawasimu dan membongkar kebohonganmu. Aku tak sudi dibohongi terus menerus.Aku pulang setelah semua selesai dan jalan-ja
ab 14 Ancaman Farel"Diam! Riana bukan pelakor, kamu lah yang palakor!""Ibu, sudahlah, jangan salahkan Ane!""Diam kamu Riana! Sampai kapan kamu mau berkorban untuk orang lain tanpa memperdulikan keadaan kamu. Harusnya Dia sadar, sebagai istri kedua, Dia harus mau mengalah, apalagi kamu sedang sakit. Bukan malah berniat memeluk suaminya seorang diri," ujar Ibu Mbak Riana dengan suara tajam."Ibu, semua ini sudah jadi resikoku. Aku sudah siap dengan semua in, iketika Mas Farel meminta izin padaku untuk menikah lagi, lagi pula lelaki mana yang tahan memiliki istri yang penyakitan seperti aku Bu. Kucing pun tahu mana ikan yang segar dan mana ikan yang sudah tak layak di makan."Ya Allah, aku bagai tetampar oleh kata-kata Mbak Riana, aku ini manusia macam apa Ya Allah."Kamu dengar?""Tapi saya gak tahu apa- apa Bu, saya juga gak tahu kalau Mas Farel itu pria beristri, kalau saya tahu, saya juga