Share

BAB 2. Papa untuk Andaru

"Mama! Papa Adnan udah datang!" 

Teriakan nyaring dari seorang bocah berusia lima tahun itu terdengar begitu lantang. Suri yang mendengar panggilan menggelitik itu lagi-lagi dibuat merengut. Andaru, atau Aru yang ia lahirkan dengan penuh perjuangan lima tahun lalu terus saja menyebut Adnan dengan sebutan Papa, meski berulang kali Suri telah peringati. 

"Om Adnan, Aru. Bukan Papa!"

Suri memperingati anak semata wayangnya lagi. Adnan, pria baik hati itu memang tidak pernah marah atau melarang Aru memanggilnya papa. Namun, Suri-lah yang tidak enak hati, sebab nyatanya mereka memang bukanlah sepasang suami istri.

Sayang, bocah itu agaknya lebih patuh pada Adnan, sebab detik berikutnya ia masih saja menyerukan hal yang sama. "Papa Adnan!" 

Senyum tipis tercetak di bibir Suri. Tak ia pungkiri, melihat Andaru tetap mendapatkan sosok ayah dari Adnan memang sebuah hal yang patut ia syukuri. Namun, ada rasa bersalah dalam diri Suri ketika melihat senyum anaknya itu. Lima tahun lalu, jika bukan karena Adnan ... Suri mungkin sudah jadi gelandangan yang menyedihkan. Sebatang kara, tanpa pekerjaan dan tanpa rumah. Pun jika bukan karena Adnan yang terus menguatkan, Suri pun tidak yakin sanggup melahirkan Andaru kala itu.

Bagi Suri, masa lalunya begitu menyesakkan. Hamil seorang diri, dengan perasaan kecewa dan marah yang nyaris saja mengorbankan janinnya. Enam tahun lalu, Suri hampir membunuh sosok mungil yang ternyata jadi kekuatannya saat ini.

Seruan pria yang membalas sama antusiasnya menarik kembali Suri dari ingatan kelam masa lalu. Di hadapannya kini ada dua orang pria beda usia yang begitu senang bertemu.

"Hai, Aru!" Adnan berjalan dengan begitu santai sembari mengukir senyum tulusnya pada Andaru.

Andaru yang sudah terbiasa akan kehadiran Adnan di tengah-tengah ia dan Suri pun menyambut pria yang disebutnya papa itu dengan begitu gembira. Bocah itu berlari dan melakukan hi five, sebagaimana kebiasaan mereka.

"Papa Adnan, Mama lagi-lagi ngelarang aku panggil Papa ke Papa Adnan," adunya pada Adnan.

Suri yang mendengar jelas kalimat aduan Andaru itu menggelengkan kepalanya.

"Oh, ya?" Adnan menatap Suri dengan memicingkan mata. Di hadapan dua orang dewasa yang tengah saling tatap itu, Andaru menganggukkan kepalanya. Adnan mengusap kepala Andaru dengan sayang sebelum kembali bersuara. "Kenapa emangnya? Aru boleh kok, panggil Papa sesukanya. Papa suka."

Pipi Suri merona selama beberapa detik. Apalagi, kalimat terakhir itu Adnan ucapkan sambil menatapnya dalam. Wanita single mom itu tahu jika Adnan memang sungguh-sungguh tak keberatan dengan panggilan itu. Ia juga tahu, jika Adnan bahkan rela berkorban lebih jauh jika ia mengizinkan. Hanya saja, setelah kejadian dengan pria brengsek di masa lalu ... Suri jadi lebih hati-hati terhadap kaum lelaki, meskipun ia telah lama mengenal Adnan.

Mereka bertiga memiliki rencana untuk liburan di akhir pekan. Ketiganya melangkah ke mobil Adnan, bak sebuah potret keluarga utuh sungguhan.

"Kamu terlalu memanjakan Aru, Nan!" komentar Suri usai Andaru duduk nyaman di kursi belakang, sementara Adnan menutup pintu belakang itu.

Adnan terkekeh. Ia menatap wajah Suri dengan berani. "Kenapa? Kamu cemburu?" ujar Adnan sembari menahan upaya Suri membuka pintu penumpang depan. Dengusan kemudian Suri hadiahkan untuk kalimat Adnan barusan. Pria hangat yang sudah hafal luar dalam bagaimana sifat Suri itu pun tak marah. Ia justru menjawab dengan lembut. "Jangan galak-galak sama Aru, Ri," ujar Adnan tanpa melunturkan senyumnya. 

"Aku cuma nggak mau dia ketergantungan sama kamu lebih dari yang seharusnya."

Adnan menatap sungguh-sungguh ke arah Suri. "Aku suka kalau kamu dan Andaru bergantung sama aku--" 

Wanita itu menghela napas dan menghindar saat Adnan berusaha menggenggam tangannya. "Kami udah terlalu merepotkan kamu enam tahun ini, Nan. Aku mau kamu mulai hidupmu sendiri. Menikah, misalnya." 

Suri membuang pandangannya dari Adnan. Wanita itu enggan menambah rasa tidak enak hatinya melihat Adnan yang teguh pendirian untuk mengejarnya. Selama hampir sepuluh tahun mereka saling mengenal, ia sudah mengetahui ketertarikan Adnan terhadapnya.

Sementara itu, Adnan tidak kehabisan akal. Pria itu kembali meraih kedua tangan Suri dan menggenggamnya penuh keyakinan. "Menikahlah denganku, Suri!" 

Tubuh Suri mendadak kaku. Meski ia bisa tahu perasaan Adnan padanya, tetapi inilah kali pertama pria itu  mengungkapkannya secara langsung. 

Rasa bersalah kemudian menggelantungi Suri semakin berat. Pandangannya yang buram karena haru dan juga sedih menyeruak tanpa bisa dicegah.

"Nan ... Masih banyak wanita lain yang lebih pantas buat kamu."

"Dan nggak semua pria bajingan, Ri. Dan kamu berhak mendapatkannya."

Saling sahut-menyahut itu terjadi begitu cepat. Suri, seorang ibu tunggal untuk Andaru jelas merasa rendah diri jika bersanding dengan Adnan. Belum lagi, background Adnan yang masih satu keluarga dengan pria yang menyakitinya dulu, yang membuat keengganan Suri membuka hati untuk Adnan semakin kuat.

Suri tidak siap menerima Adnan, karena bisa jadi ia akan lebih sering bertemu pria brengsek itu di kemudian hari. Ditambah lagi, jika pria itu tahu kalau Andaru adalah anak mereka yang Suri sembunyikan keberadaannya ... bahkan sejak bocah itu hadir di dalam perutnya, enam tahun lalu.

"Jangan mulai, Nan." Suri melepaskan genggaman tangan Adnan dengan hati-hati. "Kamu udah janji buat nggak memaksaku," lanjut Suri mengingatkan kembali obrolan mereka beberapa tahun lalu.

Enam tahun lalu, saat Suri meninggalkan apartemen suami sirinya, Adnan tiba-tiba datang menawarkan sebuah solusi. Suri yang enggan memiliki hutang budi pada Adnan yang begitu baik padanya, lantas membuat sebuah permintaan. Salah satunya bahwa Adnan tidak akan memaksa Suri untuk menjadi miliknya.

Hati Suri makin mencelos saat melihat lagi-lagi Adnan tersenyum di hadapannya, padahal ia baru saja menolak ajakan pria itu untuk menikah.

"Kalau kamu tutup mata dengan hal yang berkaitan padamu, coba lihat Andaru." Adnan mengedikkan kepalanya, menunjuk Andaru yang telah duduk rapi di dalam mobil. "Sampai kapan kamu mau membohongi dia kalau papanya sedang bekerja, padahal jelas-jelas dia sudah berbahagia dengan wanita lain?"

naftalenee

Suri ternyata gagal move on😴😴😴

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status