Share

Bab 3. Kau (Bukan) Suamiku

“Venus, apa kamu di dalam?” Rex Milan menggedor pintu dan mendorong pintu yang terkunci rapat.

Saat menemukan kamar yang dimaksud, Rex Milan bergegas menggedor. Sambil mengatur napasnya, ia terus berdoa dalam hati agar istrinya baik-baik saja.

Di dalam, Dion dan Venus yang tersentak kaget dan spontan menoleh ke arah pintu.

“Siapa itu?” tanya Venus lembut berbisik pada Dion. Dion mendengkus kesal lalu berdiri. Ponselnya juga bergetar dan ia memeriksa pesan yang dikirimkan Andrew. Sekarang Dion mengetahui jika Rex Milan berhasil mengejarnya ke hotel.

“Biar aku periksa, kamu tunggu di sini saja.” Dion menghalangi Venus yang akan berdiri akan mengecek orang yang datang ke kamar mereka. Venus menurut saja dan mengawasi Dion yang berjalan ke arah pintu lalu mengintip lewat peephole. Matanya memicing geram saat melihat Rex Milan datang bersama Sebastian Arson.

“Venus, buka pintunya! Aku tahu Venus ada di dalam, buka pintunya!” Rex Milan kembali menggedor dan sedikit berteriak dari luar.

“Sebaiknya kita jangan membuat keributan. Jika pihak hotel tahu, masalah ini bisa tersebar,” bisik Sebastian Arson mencoba menenangkan Rex Milan.

“Bagaimana aku bisa tenang? Venus ada di dalam!”

“Aku tahu tapi kita harus menahan diri. Jika salah bertindak, mungkin akan terjadi masalah lebih besar.” Rex Milan mencebik tak peduli dan masih menggedor pintu.

Dion berpikir sejenak lalu kembali ke dalam menemui Venus untuk menghadapi Rex Milan di depan pintu. Ia meminta Venus agar berani melawan pria pembohong seperti Rex Milan. Terlebih Dion belum bisa menghadapi langsung Rex Milan sekarang atau semua rencananya akan gagal total.

“Rex Milan datang untuk mengambilmu dariku, Sayang. Aku tidak akan membiarkannya, tapi kamu juga harus menghadapinya, Venus-ku. Aku ingin kamu mengusirnya dan katakan padanya jika kalian tidak punya hubungan apa pun,” ujar Dion menjelaskan pada Venus tentang apa yang harus dilakukannya.

Venus tertegun dengan kedua tangan yang digenggam oleh Dion yang berjongkok di depannya.

“Untuk apa dia terus mencariku?” tanya Venus penuh keraguan.

“Karena dia merasa kamu adalah istrinya. Dia akan membawamu lagi dariku seperti dulu. Aku tidak mau itu terjadi lagi, Sayang.” Dion memejamkan mata lalu mengecup jemari Venus seakan tak rela berpisah darinya lagi.

“Apa dia memang pria jahat?”

“Dia pria yang kejam dan manipulatif. Kamu akan dirayu sampai menuruti yang diinginkannya.” Venus masih diam memandang Dion. Pergulatan batinnya tidak bisa membedakan mana yang sesungguhnya dan mana yang bukan.

“Lalu aku harus bagaimana?”

“Temui dan usir dia. Katakan jika kamu tidak mencintainya dan kamu hanya mencintaiku,” ujar Dion menekankan kalimatnya pada pikiran Venus yang kosong. Venus pun mengangguk setuju dan berdiri. Ia berjalan pelan ke arah pintu sementara Dion memilih bersembunyi. Ia belum siap berkonfrontasi dengan Rex Milan sekarang.

“Venus! Oh sayang, apa kamu baik-baik saja?” Rex Milan langsung memeluk Venus begitu pintu terbuka. Venus yang kaget lantas mendorong Rex Milan cukup keras.

“jangan sentuh aku! Aku sudah bilang aku tidak mengenalmu! Pergi!” hardik Venus pada Rex Milan yang terpaku sesaat. Sebastian yang melihat juga ikut terperangah. Venus benar-benar mengusir Rex Milan.

“Sayang, ini aku suamimu …”

“Kamu bicara apa? Kau bukan suamiku!” seru Venus menolak Rex Milan. Rex Milan makin kebingungan. Ia mencoba mendekat untuk membujuk.

“Sayang, kita pulang ya? Aku datang untuk menjemputmu ....”

“Aku tidak mau tinggal denganmu lagi. Aku tidak akan tertipu lagi denganmu!” Venus dengan marah menunjuk Rex Milan. Ia terlihat begitu emosi dengan napas tersengal. Kondisinya membuat Rex Milan cemas.

“Apa maksudmu bicara seperti itu? kita bicarakan semuanya baik-baik,” sambung Rex Milan membujuk. Tangannya ditepis kasar oleh Venus sebelum sampai menyentuhnya.

“Tidak ada yang perlu dibicarakan. Sebaiknya jangan cari aku lagi.”

“Tidak bisa, Venus. Kamu Istriku!”

“Aku bukan Istrimu, aku tidak mengenalmu!” Venus makin emosi dan berteriak.

“Tenang dulu, Sayang. Jangan marah.” Rex Milan kembali mendekat tapi Venus terus mendebat dan menolaknya.

“Pergi kamu dari sini!”

“Sayang, dengar dulu. Mana pria yang membawamu kemari? Apa dia di dalam?”

“Tidak ada siapa pun di dalam. Jika kau mau masuk kau harus melangkahi mayatku dulu!” Venus makin berang. Napasnya makin cepat dan tersengal.

“Jangan bicara seperti itu. Aku tidak akan menyakitimu. Kemarilah, Venus. Ayo kita pulang ....” Tangan Rex Milan meraih lengan Venus berusaha menariknya. Venus lantas berontak dan memukul Rex Milan.

“Lepaskan aku! Dasar penjahat!”

“Sayang, tolong! Kamu masih sakit.” Rex Milan terus membujuk. Ia berusaha keras untuk memeluk dan menarik Venus dari depan pintu agar Sebastian bisa memeriksa kamar. Di dalam kamar, Dion sudah mengeluarkan senjata laras pendeknya bersiap jika Sebastian atau Rex Milan masuk tiba-tiba.

“Lepaskan aku!” Venus memekik keras lalu lemas lalu pingsan. Rex Milan berhasil menangkap panik separuh terjatuh di lantai.

“Oh Tuhan! Venus? Venus, kamu kenapa?” Rex Milan menepuk lembut pipi Venus yang begitu pucat. Sebastian ikut berjongkok ingin menolong.

“Bastian, kita harus bawa Venus ke rumah sakit. Ayo bantu aku!”

Rex Milan dibantu oleh Sebastian menggendong Venus dari depan kamar menuju lift terdekat. Rex Milan sampai tidak sempat mengecek kamar tersebut. Saat ribut-ribut di depan kamar tak terdengar lagi, barulah Dion keluar dari persembunyiannya. Pintu masih terbuka tapi Venus sudah tidak ada.

Tak lama, Andrew dan CEO hotel tersebut masuk setelah ia sempat bersembunyi kala Rex Milan berhasil menemukan kamar Venus. Dion tampak kesal dan memendam amarah. Ia menyarungkan kembali senjatanya.

“Bagaimana sekarang? Venus lolos lagi,” pungkas Divers Matthews, CEO hotel Blue Pegasus pada Dion.

“Aku tahu. Tetap awasi dia. Aku akan mengambil Venus kembali dan membuat Rex Milan membayar kematian Brema dengan harga yang sangat mahal!” rutuk Dion dengan suara rendah sekaligus mengeraskan rahangnya.

“Rex Milan sudah menghancurkan hidup banyak orang. Aku rasa ini saatnya kita tidak menyisakan apa pun dari masa lalu, bukan?” tambah Andrew Miller. Dion Divers pun mengangguk setuju.

Saat tiba di rumah sakit, Venus langsung dibawa ke ruang ICU. Ia masih belum sadarkan diri meski kondisinya stabil.

“Bagaimana Venus, Dokter?” tanya Rex Milan begitu dokter yang merawat keluar dari kamar ICU.

“Nyonya Venus mendapat tekanan yang tinggi untuk mengingat semuanya. Ini akan berakibat buruk pada pemulihannya. Jika dia dipaksa mengingat semuanya sekaligus, dia bisa saja berontak dan malah amnesianya tidak akan sembuh.”

“Apa itu artinya dia tidak akan mengingatku sama sekali?” desak Rex Milan makin terdengar cemas. Dokter itu diam lalu mengangguk pelan.

“Kemungkinan itu bisa terjadi. Jika Anda tidak hati-hati, Nyonya Venus bisa kehilangan memori masa lalunya selamanya,” jawab dokter tersebut. Rex Milan hanya bisa diam lalu memejamkan mata. Saat ia membuka mata lagi dokter yang bicara dengannya sudah pergi tapi mimpi buruk itu masih nyata.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa aku harus mencari orang yang sudah menculik Venus?” tanya Sebastian menyela. Rex Milan menarik napas panjang dengan raut wajah dingin lalu menggeleng.

“Biarkan saja dulu. Kita harus hati-hati. Aku tidak boleh kehilangan Venus. Jika pria itu kembali lagi, aku akan menghabisinya.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iryna Моника
sabar sabar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status