Sudah dua hari sejak kejadian Lea tertimpa lampu, ia kini hanya duduk diam menatap tiga orang tengah bekerja di depan rumahnya.Leo berniat mengunjungi Lea, namun ia terkejut saat melihat tiga orang di depan rumah.“Lio? Kenapa dia ada disini?” gumamnya.Leo begitu terkejut mendapati Lio ada bersama Lea, ia menahan diri untuk tak menemui Lea.Lio hanya diam di balik bangunan rumah warga, menatap tiga orang yang tengah gotong royong.“Apa yang sedang mereka kerjakan itu?”Leo ingin sekali mendekat, melihat dari jarak dekat apa yang sedang ketiganya lakukan. Namun ia tak bisa mengambil resiko untuk rasa penasarannya itu.“Sial! Kenapa bisa begini!”Leo melampiaskan rasa kesal dengan memukul mukul tembok tempatnya bersandar.“Kalau Lio ada disini, bisa berantakan semuanya.”“Kalian sudah bekerja terlalu keras, mari minum dulu.”Lea kelua
Leo menatap senang saat matanya melihat tawa di wajah Lea, namun hatinya terasa mengganjal saat melihat Lio lah alasan di balik tawa itu.Banyak pembeli yang saat ini mendatangi rumah Lea, sebagian dari mereka terlihat tengah menikmati santapan di area yang sudah di sediakan.“Harusnya aku yang disana, membantumu Lea. Maafkan aku,” gumamnya.Leo hanya bisa menatap dari kejauhan, matanya terus terpaku pada sosok manis yang tengah tersenyum pada pembelinya.“Meja makan ada disebalah selatan, nona.”Sania nampak mengarahkan pembeli yang hendak makan ditempat, ia menatap suaminya yang saat ini juga di gerumbuli pembeli wanita.“Dasar, menyelam sambal minum air.” Serunya, dan hanya di tanggapi senyuman oleh Roger yang mendengar.Lio mendekat pada Lea, ia memberikan sebuah minuman yang sudah di bukanya.“Minumlah, jangan sampai kau kekurangan cairan.”“Ish, kau bawel sekali. Seperti bidan yang ada di klinik depan,” ledeknya.Lio tak menanggapinya, ia menatap air yang saat ini perlahan tanda
Lio terkejut, ia mendadak memegang erat tangan Lea yang ada di sampingnya. Lio terus menggenggam tangan itu, seolah ia takut jika terjadi sesuatu.“Sepertinya tidak!” tegas Lea.“Oh, mungkin aku hanya terlalu lapar jadi pikiranku tidak waras.”Lea terdiam, ia masih menatap Lisa yang terus saja memandangi Lio di sebelahnya. Ia pun berdeham dengan cukup keras.Mendengar itu, tak hanya Lisa yang terkejut. Bahkan hampir semua yang ada disana terkejut dan menatap aneh pada ketiganya.“Saya disini hanya menjual makanan, bukan orang. Jadi jika nona ingin membeli silahkan, jika tidak sebaiknya berganti dengan yang sedang mengantri.”Lio menatap Lea, ia merasa jika wanita itu saat ini tengah kesal. Dan wajah Lea memerah menahan kekesalannya.Mendengar apa yang Lea ucapkan membuat Lisa kesal karena malu, ia pun segera membeli dua cup cake yang ada di tangan Lio seperti permintaannya barusan.Matanya melirik tajam pada Lea yang masih setia berdiri di samping Lio. Lisa pun pergi dengan membawa k
Lasmi pulang dengan raut wajah lelah, seharian ia sudah mengikuti kegiatan suaminya hingga tengah malam. Saat tiba dirumah ia ingin segera merebahkan diri, namun matanya melirik mobil asing yang terparkir di halaman rumahnya.“Mobil siapa ini?”Tak ingin ambil pusing, Lasmi segera masuk ke dalam rumah. Suasana nampak sepi sebab ini sudah hampir tengah malam.Baru saja ia menaiki anak tangga, ia samar-samar mendengar suara aneh yang begitu mengganggu telinga.Ia tahu betul suara apa itu, namun ia tak ingin berburuk sangka terutama pada putri kesayangannya. Ia pun mengikuti arah datangnya suara, dan jantungnya berdetak begitu cepat saat suara itu mengarahkannya di depan kamar Lisa.Jelas terdengar desahan saling bersahutan dari dalam kamar, lenguhan dari Lisa hingga suara erangan seorang pria membuat darah Lasmi mendidih seketika.Ia menggedor pintu kamar dengan sangat keras, Lisa terperanjat dibuatnya. Namun Lisa tak ingin menangg
Sudah satu minggu sejak kepergian Lio, keadaan seakan berbeda bagi seorang Lea. Walau masih ceria, namun Lea merasa ada yang kurang dari setiap harinya.Hari ini ia sengaja membuka warung makannya lebih cepat, ia juga membuat menu tambahan untuk daftar makananya.Roger terkejut saat semua masakan sudah terpajang di meja depan, ia melihat Lea tengah keluar masuk rumah membawa menu masakannya.“Astaga, kenapa wanita itu benar-benar keras kepala.”Roger mendatanginya, ia segera mengambil alih semua menu yang ada ditangan Lea.“Kenapa datang pagi sekali?”“Istirahatlah dulu, kau tidak boleh kelelahan. Kau ingat bukan apa pesan nya?”Lea tersenyum, ia kembali teringat dengan ocehan Lio ketika melihatnya dirinya sibuk. Lea mengangguk, ia mendudukkan dirinya di sofa. Matanya mengikuti kemana Roger bergerak.“Wah, kalian berdua meninggalkanku ternyata.”Lea tersenyum, ia menatap Sania dengan begitu tulus.“Kau pasti mengerjakan ini semau sendiri? Ku adukan pada , tuan Lio.” Ucapnya menatap Le
Lea menatap rumah yang masih sangat asing baginya, rumah itu penuh dengan banyak penjaga di sekitarnya. Lius menatap istrinya, ia tahu jika Lea saat ini merasa tak nyaman.“Kita turun?”“Rumah siapa ini? Kau bilang kita akan pulang ke rumah?” menatap sinis Lius.Lius bukannya marah malah tersenyum pada Lea, ia bahkan membelai puncak kepala Lea. Sesuatu hal yang tak pernah ia lakukan selama mereka menikah.“Turunlah, kau akan tahu ini rumah siapa.”“Jangan macam-macam, Lius. Kau berniat mengurungku lagi?”Lius pada akhirnya merasa kesal dengan semua ucapan istrinya, ia pun berinisiatif keluar lebih dulu dan membuka pintu mobil untuk Lea.“Turun.” Serunya dengan nada tak ingin di bantah.Dengan terpaksa Lea menuruti suaminya, ia turun dan berjalan berdampingan dengan suaminya masuk ke dalam rumah.Sekar sedang berdebat dengan Rania saat seseorang memanggilnya.
Pagi-pagi sekali Lea sudah menyelesaikan masakan untuk warung makan, terlihat beberapa anak buah Lius juga tengah mengangkat beberapa menu masakan untuk di pindahkan ke mobil.“Tolong hati-hati, ini berkuah.” Pesannya pada seorang anak buah.Lea menatap kepergian mobil yang membawa masakannya, tak lupa ia juga mengirim pesan pada Sania jika masakan sudah di antar.Selanjutnya Lea segera menyiapkan makanan untuk sarapan keluarganya, tak banyak yang disiapkan sebab mereka semua hanya menyantap roti di pagi hari.“Lea, sedang apa?”Sekar turun dengan wajah fresnya, nampak cantik walau tanpa polesan make up.“Pagi, Mommy.”Sekar memeluk dan mencium Lea dengan penuh sayang, “ Pagi juga menantuku sayang.”Semua orang nampak menikmati makanan masing-masing, namun tidak dengan Lea. Wanita itu nampak murung tak seceria biasanya.“Mom, aku harus pergi sekarang. Aku mungkin akan
Sekar menunggu obat dengan gelisah, ia takut Lea sadar dan mencarinya. Berkali-kali Sekar terlihat menggoyangkan kakinya. "Kenapa lama sekali," gerutunya. Dan tak lama ia pun mendengar nama Lea di panggil. Buru-buru Sekar kembali ke UGD, ia takut Lea mencarinya. "Habis ini mau langsung pulang?" Sekar menghentikan langkah kakinya, ia mengenal betul suara itu. Ia mencari ke kanan dan ke kiri, dan kini matanya terkunci pada dua orang yang ada di sebrangnya. "Boleh aku makan dulu, sepertinya dia menginginkan seafood." dengan suara manja. "Adelius," gumam Sekar menahan emosi. Lius tersenyum sambil membelai kepala Lisa, nampak ia begitu menyayangi wanitanya. "Bagaimana bisa dia berbuat seperti ini?" Sekar hendak mendekati keduanya, namun ia berhenti saat Lius berbincang dengan seorang dokter laki-laki. Nampak Lius juga dokter tersebut saling mengenal, keduanya mengobrol dengan begitu santai. "Dijagain istrinya, anak pertama kan bro ini." Lius tersenyum malu, ia menatap Lisa yan