"Jika nanti Elena meninggalkanmu, jangan pernah mencariku."Darryl melangkah gontai saat memasuki rumah. Dia merasa bingung sekaligus khawatir ketika kepalanya terus memutar perkataan Mike. Temannya itu menakutinya, membuatnya merasa semakin khawatir jika apa yang dikatakan Mike benar terjadi. "Tidak ... aku tidak akan membiarkannya," gumam Darryl sambil berjalan menaiki tangga menuju kamarnya bersama Elena. Dia ingin memastikan apakah wanita itu sudah tidur atau belum. Setibanya di kamar, Darryl membuka pintu perlahan dan masuk tanpa menimbulkan suara. Dia langsung melihat ke arah ranjang dan menatap Elena yang sedang tertidur pulas. Bibirnya tersenyum tanpa sadar. Kakinya pun melangkah mendekat, setelah dia mengunci pintu. Darryl merangkak naik ke ranjang dan menatap wajah cantik Elena yang sedang tidur. Tanpa sadar tangannya terulur menyentuhnya. Mengusap pipi putih pucat itu dengan lembut. Wanita muda yang kehadirannya tidak lebih dari sekadar jaminan. Sosok yang berani melawan
"Elena, jadi bagaimana persiapan pernikahanmu dengan Darryl? Apa kau akan mengundangku juga?""Entahlah, aku tidak tahu, Siena," jawab Elena sambil menyesap teh manis buatannya. Dia menatap guru didik Ezekiel lebih lama. Mereka saat ini sedang berbincang kecil di gazebo setelah Siena selesai mengajar. Wanita itu tidak langsung pulang dan ingin bicara dengannya karena mereka akhir-akhir ini mereka jarang berbincang. "Tidak tahu? Kenapa bisa begitu?"Elena menghela napas kasar dan mengangkat bahunya. Dia menatap lurus Siena. "Ya ... karena, Darryl yang mengurus semuanya. Jadi aku tidak tahu apa pun. Aku juga tidak tahu siapa yang akan kuundang. Mungkin saja, tidak ada.""Apa? Bagaimana mungkin? Kenapa kau tidak protes? Ini pernikahanmu, kau harus dilibatkan."Elena hanya tersenyum menanggapi ucapan Siena. "Siena, kupikir kau juga tahu dengan baik aku ini siapa dan kenapa ada di sini sebelumnya. Biarkan saja Darryl melakukan apa yang dia inginkan. Aku tidak terlalu peduli soal pernikaha
"Kak Darryl, apa kita akan langsung pulang? Bisakah kita mampir sebentar?"Darryl yang sedang mengendarai mobil, sontak menoleh ke arah Kathleen yang duduk di sampingnya. Dia menjemput wanita itu seperti biasa sepulang bekerja. Semua karena Darryl merasa bertanggung jawab. "Kau mau ke mana? Ezekiel dan Elena pasti menunggu.""Hanya sebentar. Ke toko kue langganan Kak Kayleen."Deg.Wajah Darryl berubah tegang saat Kathleen menyebut nama mantan istrinya. Dia melirik sekilas Kathleen, sampai akhirnya dia menurut. Darryl membawa mobilnya menuju toko kue langganan mantan istrinya. Tempat yang pasti membuatnya rindu sekaligus sedih. Sesampainya di lokasi, Darryl juga ikut turun. Dia berniat memilih kue untuk diberikan pada Elena."Kak Darryl juga mau menemaniku?" Kathleen melirik Darryl yang ikut masuk ke toko kue dengan penasaran. Mereka disambut oleh pelayan toko dengan ramah dan membiarkan mereka memilih. "Aku mau memberikan Elena sesuatu."Darryl langsung melihat-lihat dan memikirkan
'Kak Kayleen ingin aku menikah denganmu.'Darryl mengerang saat kepalanya memutar perkataan itu. Dia berjalan menuju kamarnya dengan perasaan campur aduk. Tidak bisa berhenti berpikir sedikit pun. Darryl tidak percaya dengan perkataan Kathleen, tapi dia juga tidak bisa menerima jika memang iya mantan istrinya berkata demikian. Sekali pun itu benar, dia tidak bisa membatalkan pernikahannya dengan Elena. Tidak setelah wanita itu membuatnya seperti ini. Darryl mendesah kasar dan membuka pintu kamarnya dengan frustrasi. Dia ingin istirahat sekarang, tapi saat dia membuka pintu, dia melihat Elena yang sedang berganti pakaian dan membelakanginya. Wanita itu tampaknya tidak menyadari kehadirannya dan Darryl tidak berniat mengganggunya. Spontan, dia bersandar di pintu sambil mengamati lekuk tubuh Elena.Mata tajamnya menelusuri bokong, punggung, leher, hingga dadanya yang besar dan kencang. Darryl menelan ludah saat merasakan miliknya bereaksi. Dia merasa selalu bergairah ketika melihat Elena
Beberapa hari kemudian."Mustahil."Kathleen menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangan. Dia membaca satu demi satu kalimat di tulisan itu sambil menggelengkan kepalanya tak percaya. Apa-apaan ini? Kenapa dia baru mengetahui fakta sepenting ini? Kakak iparnya menyembunyikan semua ini darinya dan bertingkah seolah-olah semua ini begitu alami. Dia tidak menyangka Elena ternyata bukan pengasuh sebenarnya. "Jadi, kau membawanya sebagai jaminan, Kak?" Kathleen bertanya pada dirinya sendiri saat akhirnya dia tahu, jika paman dari Elena memiliki utang dan wanita dibawa Darryl sebagai jaminan. Namun entah apa yang terjadi setelahnya, Kathleen tidak tahu. Dia sulit mencari informasi lebih dari ini. Walau begitu, Kathleen yang sekarang berada di mobilnya—setelah bertukar transaksi dengan seseorang yang memberikannya informasi—akhirnya langsung mengemudikan kendaraannya kembali ke rumah kakak iparnya. Dia mengendarai mobilnya dengan perasaan campur aduk dan melintasi jalanan di sore hari
Malam harinya. Seperti biasa, Elena hari ini menemani Ezekiel dan membacakan dongeng pengantar tidur untuknya. Dia ingin cepat anak itu terlelap, tapi sepertinya, ada yang salah dengan Ezekiel. Mata anak itu tidak kunjung tertutup dan malah menatapnya waspada, seperti sedang memikirkan sesuatu. Merasa bingung sekaligus penasaran, Elena akhirnya menutup buku dongengnya dan menatap lekat Ezekiel. "Ada apa? Kamu tidak bisa tidur?""Tidak.""Lalu? Kenapa kamu menatap Tante seperti itu? Apa ada yang mengganggu pikiranmu, Ezekiel?"Terlihat keragu-raguan di wajah bocah manis yang Elena sayangi itu. Ekspresi Ezekiel tentu membuatnya semakin penasaran. "Kamu bisa cerita sama Tante. Siapa tahu, Tante bisa bantu.""Tante, Iel mau tanya, Tante sayang tidak sama Iel?""Apa?"Elena terkejut dan terdiam sesaat ketika mendengar pertanyaan tak terduga dari Ezekiel. "Maksudmu bagaimana, Ezekiel? Kenapa kamu bertanya begitu?""Iel cuma penasaran, Tante sayang Iel atau tidak? Atau Tante sayang Ayah?"
Darryl membuang napas kasar dan menyandarkan tubuhnya di sofa. Dia menatap datar semua orang. Dia tidak bersemangat sekarang. Darryl tidak bisa menyingkirkan bayangan Elena yang marah padanya sampai mengusirnya dari kamarnya sendiri, dan sekarang dia malah duduk di sini. Kelab malam miliknya dengan segelas whiskey. Sementara di sebelahnya ada Mike yang sedang menyesap cerutunya. "Kau, setiap ada masalah pasti menghubungiku. Kali ini apalagi? Bertengkar lagi?" Mike berseloroh sambil melirik temannya. "Dia menolak dan mengusirku.""Apa? Ditolak? Kau?"Mike menatap Darryl tak percaya, tapi kemudian dia tertawa renyah melihat wajah kecut itu. "Seorang Darryl ditolak, sulit dipercaya. Kenapa kau tidak mengikat dan memaksanya saja?"Mata Darryl menyipit. "Kau bilang aku tidak boleh bersikap seperti itu lagi jika ingin mendapatkannya.""Oh, kupikir kau bukan orang yang akan mendengarkan perkataan orang lain dengan mudah."Darryl mendengkus. Perkataan Mike terdengar seperti sebuah sindiran
Pagi itu, Elena terbangun lebih awal dan tidak melihat kehadiran Darryl sama sekali. Dia ingat, dia memang telah mengusirnya semalam karena Darryl terus membela Kathleen. Entah di mana pria itu berada, yang jelas sekarang perasaannya terasa kacau. Elena mulai merasa aneh saat dia melihat Darryl begitu peduli pada Kathleen. Padahal dia adalah calon istrinya. Walau begitu, Elena berusaha menepis semuanya dan segera berpakaian rapi. Hari ini dia bangun agak kesiangan, sudah pasti semua sedang menunggu. Tak mau merusak pagi hari yang cerah di akhir pekan, Elena dengan cepat keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah. Dia mencari keberadaan semua orang. Namun anehnya, dia tidak melihat kehadiran seorang pun di ruang tengah yang kosong. Ezekiel juga tidak ada, padahal saat dia tadi melihat ke kamar anak itu, dia tidak menemukan keberadaannya sama sekali. Hingga saat Elena kebingungan, dia tak sengaja melihat Emma melintas. Seketika, Elena pun menyapanya. "Emma, selamat pagi. Kamu mau