Seminggu kemudian. Pada akhirnya Elena ditinggal berlibur oleh Darryl dan juga Ezekiel. Dia tidak tahu kapan keduanya kembali, tapi sepertinya itu akan memakan waktu yang lama. Ezekiel pasti senang karena ini pertama kalinya jalan-jalan keluar. Berbeda dengannya yang masih terkurung tanpa bisa melakukan apa-apa. Elena hanya menghela napas kasar dan memandangi bunga tanpa minat di taman belakang. Tangga yang ditemuinya dulu untuk memanjat tembok, kini sudah tidak ada. Dia juga tidak bisa mendekati gerbang yang seperti biasa dijaga ketat. Hanya di sinilah satu-satunya tempatnya untuk menghabiskan waktu, sampai Emma yang melihatnya, berjalan mendekatinya. "Nona pengasuh? Apa yang terjadi?""Ah, Emma." Elena mengalihkan pandangannya dan mencoba tersenyum tipis. "Tidak terjadi apa-apa. Aku hanya bosan. Tidak ada Ezekiel.""Tuan dan Tuan Muda pasti sedang menikmati liburan mereka. Saya terkejut Tuan Muda meminta liburan."Elena tidak terkejut. Dia berpikir jika mungkin Ezekiel penasaran
Di dalam kamar, tepatnya di depan cermin, Kathleen baru saja selesai mandi dan masih mengenakan handuk. Dia yang telah beristirahat sebentar, kini memutuskan untuk menghubungi pemilik rumah yang tidak ada di tempat. Tak butuh waktu lama baginya panggilan itu terjawab. "Kak Darryl, ini aku Kathleen." Kathleen mulai menyapa Darryl melalui telepon sambil tersenyum. "Kathleen, ada apa menghubungiku? Kau sudah sampai?""Yah, aku sudah di kamar yang Kakak siapkan untukku. Rasanya sekarang lebih baik setelah jetlag." Kathleen menyandarkan tubuhnya di kursi dan mencoba bicara santai dengan Darryl. "Tapi sayangnya, aku tidak bisa menemuimu, Kak.""Maafkan aku, Ezekiel meminta liburan. Aku akan menyambutmu nanti. Tiga hari lagi aku akan pulang."Kathleen tertawa kecil memikirkan Ezekiel. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya. "Begitu, ya, sepertinya keponakanku sudah besar. Nikmati saja waktu liburanmu dengan anakmu, Kak.""Yah, kau juga istirahatlah. Kalau kau butuh sesuatu, kau bisa
Tiga hari berlalu. "Aku membuat masalah. Aku membuat masalah."Elena terus mengulang kalimat itu beberapa kali sejak tiga hari terakhir ini. Dia merasa gelisah karena telah membuat kesalahpahaman pada Kathleen hingga wanita itu menjadi tidak nyaman dengannya. Jika seperti ini, dia tidak akan bisa berteman dengannya. Bahkan setelah kejadian di dapur waktu itu, Kathleen tidak mau mendekatinya. Wanita itu juga menolak bertemu beberapa kali. Kini yang bisa dilakukannya hanya menatap tanaman dan menyesali apa yang dilakukannya. Elena merasa sangat bosan. "Kapan Ezekiel kembali?"Di bawah pohon rindang dan beralaskan tikar, Elena memejamkan matanya. Dia mencoba untuk tidur siang dan menikmati waktunya bermalas-malasan, karena tentu tidak ada yang bisa dilakukannya. Namun tanpa sadar, Elena kini justru malah tertidur pulas. Dia tidak bisa menahan rasa kantuknya. Di sisi lain, tepatnya di dalam mobil yang menuju ke arah rumah, ada Darryl dan Ezekiel bersama sopir yang menjalankan kendaraann
"Tante! Tante habis dari mana? Iel nyariin Tante!"Sebuah suara penuh semangat terdengar saat Elena melangkah masuk ke dalam rumah, tepatnya ke ruang tengah. Dia terkejut ketika melihat di sana sudah ada Darryl dan Ezekiel. Di meja juga terdapat beberapa makanan ringan serta kotak yang cukup besar. Kapan sebenarnya mereka pulang? Kenapa dia tidak tahu? Dia sepertinya tertidur terlalu lama. Namun Elena merasa senang melihat Ezekiel kembali. Dia langsung mendekat anak itu dan ditarik duduk oleh Ezekiel. "Tante tadi di halaman belakang. Dari kapan kamu pulang, Ezekiel?""Dari tadi, Tante. Tante memangnya lagi apa di sana?""Hmm, tidur," ucapnya sambil meringis malu. "Dia hanya tahu bagaimana caranya bermalas-malasan, Ezekiel" celetuk Darryl yang tadi diabaikan Elena dan tidak dilirik. Dia menampilkan ekspresi kesal. "Apa? Apa kau sedang menyindirku?" Elena menoleh dan menatap Darryl dengan kesal. "Aku 'kan tidak bisa ke mana-mana.""Tidak apa-apa kok, Tante, tapi kalau mau tidur lagi,
Tok-tok-tok. "Ini aku. Elena.""Masuklah!"Elena membuka pintu ruang kerja Darryl dengan pelan dan gugup. Dia juga sebenarnya sedikit kesal karena harus datang ke sana malam ini, tapi dia tidak bisa mengabaikan perintah Darryl. Hingga terlihatlah tak jauh dari tempatnya berdiri, Darryl tengah duduk di mejanya dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Pria itu tampaknya sibuk bekerja sebelum kedatangannya. "Ada apa?""Kau datang juga. Kemarilah!"Elena mendekat dengan enggan. Dia menghembuskan napas kasar saat tiba di hadapan Darryl. Hingga tanpa banyak bicara, pria itu menarik pinggangnya dan mendudukkannya di paha. Elena harus berpegangan pada bahu Darryl karena terkejut akan apa yang dilakukan pria itu. "K-kenapa seperti ini? Aku tidak nyaman.""Diamlah."Elena tidak bergerak. Dia diam mengikuti instruksi Darryl, sampai pria itu mendekat. Sejenak Elena mengira Darryl akan melakukan sesuatu padanya, tapi pria itu menjauhkan dirinya beberapa menit kemudian dan menatapnya lekat.
"Ugh ...."Elena berkedip dan melenguh. Dia merasa terganggu saat merasakan kecupan di wajahnya. Seseorang membangunkannya dan saat dia membuka matanya, dia sangat terkejut karena orang itu ternyata adalah Darryl. Refleks, Elena menjauh. "K-kau, apa yang kau lakukan? Kenapa menciumku seperti itu?""Kau tidak mau bangun dan ini sudah pagi." Darryl tampak sedikit kaget, tapi dengan cepat mengubah ekspresinya menjadi santai. Dia juga langsung duduk di ranjangnya. Pagi ini, Darryl merasa segar. Dia puas telah melepas hasratnya pada Elena. Walau itu hanya sementara. "Aku akan mandi lebih dulu. Siapkan pakaianku.""Aku bukan istrimu!" Elena menatap kesal Darryl yang melenggang di hadapannya tanpa pakaian. Pria itu benar-benar seenaknya. "Siapa yang menganggapmu istriku? Kau pelayanku. Siapkan. Jika tidak, aku akan menghukummu lagi seperti semalam.""Sial, kau mengancamku!"Elena menggeram. Dia merasa kesal, tapi dia yang tidak mau melayani Darryl lagi, dengan sangat terpaksa turun dari ran
"Ezekiel, kamu sudah bisa menulis 'kan? Coba kamu tulis nama Tante. Tante mau lihat." Elena tersenyum dan menatap Ezekiel penuh minat. Anak itu sedang belajar sendiri sekarang karena tidak ada jadwal Siena. "Menulis nama Tante? Ok, Iel bisa!"Ezekiel tersenyum semangat dan langsung melakukan apa yang diinginkan Elena. Dia mulai menulis nama Elena dengan serius. Tulisannya tentu tidak terlalu bagus, tapi dapat dipahami dengan jelas. "Wah, kamu hebat. Pintar sekali, Sayang," puji Elena saat Ezekiel memperlihatkan hasilnya. Dia langsung mengusap puncak kepala anak itu yang kesenangan. "Iel akan lebih pintar dari Ayah. Kalau sudah besar, Iel janji akan jaga Tante.""Ya, Ezekiel, Tante menantikan itu."Elena mengangkat alisnya dan melihat Ezekiel kembali sibuk. Dia memperhatikan sambil sesekali mengajari anak itu ketika salah menulis huruf. Sampai saat mereka terlalu sibuk, suara langkah kaki tak lagi didengar. Elena juga tidak sadar karena pandangannya hanya tertuju pada Ezekiel. "Apa
Sore harinya.... Elena baru saja selesai memandikan Ezekiel dan menemaninya menonton televisi di ruang tengah, ketika suara mobil berhenti di depan rumah. Suara mobil yang sangat Elena kenali dan berhasil membuat perhatiannya teralihkan. Itu Darryl. Pria itu sepertinya sudah pulang. Elena tanpa sadar berdiri. "Mau ke mana, Tante?" Ezekiel spontan menggenggam tangan Elena. Dia menatap penasaran ketika wanita itu berdiri. "Eh, itu ... Ayahmu pulang, Ezekiel." "Terus? Tante mau lihat Ayah? Mau apa?"Deg. Elena berkedip. Dia kemudian tersadar seketika setelah mendengar pertanyaan Ezekiel. Iya juga, untuk apa memangnya dia menemui Darryl? Menyambutnya? Tidak, dia bukan istrinya. Elena mendadak bingung sendiri dengan dirinya. Dia hanya bisa meringis, sampai akhirnya kembali duduk. Namun tak lama kemudian, terdengar suara percakapan. Suaranya semakin mendekat sampai Elena pun menoleh dan melihat Darryl dengan Kathleen berjalan ke arah mereka. Elena tidak tahu bagaimana Kathleen tiba-ti