Share

115. Sarapan Menegangkan

Debar jantung Laureta masih belum tenang juga. Ia dan Kian sedang berpelukan di atas sofa, masih tanpa busana. Kian dan Laureta telah sama-sama mencapai klimaks. Laureta berhasil banjir dua kali hingga lantainya jadi basah.

Kulit Kian terasa begitu panas seperti api. Mereka baru saja bercinta habis-habisan hingga kaki Laureta pegal. Ia tidak pernah melihat Kian seliar itu selama ini.

Lengan Kian melingkar di pinggangnya dengan sikap protektif seolah pria itu khawatir Laureta bisa kabur ke mana saja. Padahal Laureta sedang dibekam oleh tubuh Kian hingga ia sendiri kepanasan.

“Jangan bergerak,” gumam Kian.

“Panas, Kian,” ungkap Laureta dengan suara parau.

Sejak tadi ia terlalu banyak mendesah-desah, membuka mulutnya hingga tenggorokannya kering. Ia haus sekali dan ingin mengambil minum, tapi ia tidak boleh bergerak oleh Kian.

“Diamlah sebentar saja,” pinta Kian. “Aku masih ingin memelukmu.”

Laureta pun menghela napas, pasrah. Ia diam saja sambil memperhatikan kulit Kian yang kecoklatan.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status