Restu masuk ke dalam kamarnya. Dia langsung menjatuhkan dirinya di atas pembaringan, karena dia merasa sangat lelah.Restu menatap langit-langit kamarnya. Secara perlahan senyum di bibirnya mengembang, setelah dia datang menemui Haris tadi.“Ternyata kakek tua itu gampang juga di peras. Lumayan lah, dari pada gak dapet uang,” gumam Restu yang merasa senang karena kini dompetnya sudah tebal kembali.“Tapi kenapa Pak Haris gak tanya dulu ya, berita apa yang bakalan aku sampaikan ke dia. Kenapa dia malah nyuruh asisten pribadinya itu langsung ngasih uang ke aku. Apa dia gak penasaran ama kabar yang aku bakalan sampaikan?”“Tunggu dulu! Apa mungkin emang dugaan aku kalo Dania hamil itu bener? Waah ... ternyata ya. Kok bisa mereka nutupin aib Dania sampe kayak gini. Gak nyangka aku, Dania bener-bener dapet pendukung berat.”“Siapa yang dapet pendukung?” sahut Rina yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar anaknya.Restu yang kaget langsung menoleh, “Mama. Bisa gak sih kalo mau masuk kamar it
“Dania,” panggil seseorang dari arah samping.Dania pun menoleh ke arah sumber suara. Dia melihat ada seorang pria sedang berdiri tidak jauh dari dirinya, sambil tersenyum kepadanya.“Sayang. Kok kami di sini?” sapa pria lain yang juga baru saja keluar dari ruangan yang sama.“Sayang?” ucap Dania pelan menirukan panggilan Alex tadi kepadanya.“Mulai kumat lagi dia,” lanjut Dania yang melihat Ale bergegas mendatanginya.“Sayang, kamu ngapain ke sini? Kamu kan masih sakit,” tanya Alex sok perhatian dan hangat pada Dania.“Aku?” Dania melihat ke arah Bastian yang kini ikut mendatanginya.Dania mengangkat kotak bekal di tangannya, “Taraaa! Aku buat bekal buat kamu,” jawab Dania sambil tersenyum lebar pada Alex.“Bekal? Ya ampun, sayang. Kamu kok malah repot-repot masak sih. Kalo kamu capek gimana? Kalo kamu nanti sakit lagi gimana?” Dania menatap nanar ke arah Alex, “Jadi kamu gak mau makan masakan aku?” tanya Dania sambil cemberut.Alex tersenyum pada Dania, “Mau dong. Pasti kam
Alex menghentikan kunyahan mulutnya. Dia hanya duduk diam di samping Dania, tanpa memberikan respons apa pun. Emosi Alex langsung terpicu mendengar nama wanita yang sudah lama berusaha dia lupakan itu tiba-tiba terdengar kembali. Apa lagi nama itu keluar dari mulut kotor Bastian, pria yang paling ingin dia hajar saat ini.Dania tang tadinya bersiap untuk mengambilkan tambahan lauk untuk Alex, menangkap perubahan wajah Alex yang sangat drastis. Dania merasa ada sesuatu yang salah pada diri Alex, setelah mendengar pertanyaan Bastian terakhir tadi.Alex menoleh ke arah Bastian. Sorot matanya seolah mengandung laser pembunuh yang siap membakar tubuh Bastian saat ini.“Ibu Bianca? Bagaimana kabarnya sekarang? Saya dengar dia sudah menikah.” Alex mencoba untuk memberikan jawaban dengan berusaha santai.“Nikah? Gak lah ... dia masih belum nikah. Soalnya dia masih gak bisa move on dari cintanya pas kuliah dulu.” Bastian mencoba untuk memprovokasi Alex.“Oh ya? Kasian banget kalo gitu.”“S
Hari pernikahan tiba. Alex dan Dania sudah ada di Royal hotel sejak tadi malam. Mereka sudah menginap di sana dan saat ini mereka sedang duduk di depan meja rias untuk bersiap melaksanakan resepsi pernikahan, setelah tadi pagi acara akad nikah dilangsungkan secara pribadi.Pikiran Dania kembali terulang saat dia dan Restu dulu menikah. Meski dulu pesta pernikahannya tidak semewah sekarang, tapi dulu Dania sangat senang dan bahagia. Ya walaupun, pada akhirnya hasilnya sangat mengecewakan.Tapi kali ini, diam-diam Dania berharap, pernikahan tanpa cinta ini akan berakhir bahagia di akhirnya. Ya meskipun itu sulit, tapi Dania masih memiliki impian itu meski hanya sedikit sekali.“Cantik banget, Bu,” puji Maya saat melihat wajah Dania yang baru saja selesai di poles.“Bisa aja kamu ini. Namanya perempuan itu ya pasti cantik,” jawab Dania yang malu-malu karena dia memang mengakui wajahnya kini semakin cantik lewat polesan dari sang perias.“Kalo ini sih di jamin Pak Alex bakalan kaget nan
“Cium.”“Cium.”“Cium.”Sorakan dan teriakan para tamu undangan terdengar seolah sedang memaksa Dania dan Alex untuk berciuman. Mereka ingin melihat keromantisan Alex yang kini telah menemukan tambatan hatinya.Tapi tentu saja hal berbeda dirasakan oleh Dania dan Alex. Mereka berdua justru bingung, apa yang harus mereka lakukan saat ini.Dalam perjanjian kontrak, sudah jelas sekali kalau mereka tidak akan saling bersentuhan berlebihan. Permintaan para undangan itu sudah termasuk sesuatu yang sangat melebihi batasannya yang bisa dia lakukan pada Dania.Hal yang sama juga di rasakan oleh Dania. Meski dia tidak pernah merasakan berciuman sebelumnya, tapi melakukan itu dengan orang yang tidak dia cintai itu bagaikan sebuah musibah. Harga diri Dania serasa sedang jatuh, kalau sampai dia mau menerima ciuman dari Alex.“Silakan Pak Alex, berikan ciuman pertama Anda pada Bu Dania,” ucap pembawa acara sekali lagi.Alex menoleh ke arah pembawa acara, “Dia malu kalo di sini. Boleh di kening a
Tatapan Dania dan Alex menjadi kosong saat mereka hanya mendapati satu tempat tidur di kamar itu. Padahal mereka sudah berpesan pada asisten pribadi mereka untuk menyiapkan dua tempat tidur di kamar pengantin. Tentu saja mereka masih tidak ingin berbagi tempat tidur, meski kini mereka sudah menikah. Mereka berdua tidak pernah berpikiran akan melakukan hal sejauh itu hingga saat ini.Dania dan Alex saling berpandangan. Mereka seolah ingin saling menyalahkan karena keteledoran Ivan dan Maya.“Jangan pernah mikir kalo kamu bakalan tidur di kasur malam ini. Kasur itu buat aku!” tegas Alex.“Apa? Heh! Kamu gak pernah denger apa ya kalo cowok itu harus ngalah sama cewek. Jadi ... aku yang bakalan tidur di kasur!” Dania tidak ingin kalah.“Aku gak pernah tau dan gak pernah mau tau tentang hal itu. Lagian, pesta ini aku yang adain, jadi aku yang harus memutuskan semuanya.”Dania tersenyum pada Alex, “Maaf Pak Alex, tapi saya bener-bener gak berminat untuk mengalah.”Dania mengangkat gaun
Dania menggerak-gerakkan bibirnya tanda dia kesal lada sikap menyebalkan Alex. Dia bersungut-sungut sendiri mengumpati Alex yang sedang berbaring dengan santainya di atas ranjang empuk yang tadi dia tempati.Alex yang sedang asyik dengan rebahannya, kaget melihat reaksi Dania yang tidak seperti biasanya. Wanita itu sudah seperti banteng yang siap menghajarnya.“Mau ngapain kamu, Dania?!” tanya Alex yang kini memilih untuk bersikap waspada.“Siap-siap kamu, Alex. Aku gak akan ngalah!”“Hiyaaa!!”Dania melompat ke atas tempat tidur, lalu dengan gerakan yang sangat cepat, Dania masuk ke dalam selimut. Dia langsung memeluk guling dan tidur sedikit menekuk tubuhnya, agar pantatnya bisa mengambil tempat lebih banyak di tengah tempat tidur.Alex yang kaget dengan serangan mendadak Dania, merasa kecolongan dan tidak percaya kalau Dania akan melakukan hal ini. Dia sampai hampir jatuh ke bawah, karena menghindari badan Dania yang melompat tiba-tiba.“Dania! Apa-apaan kamu!” pekik Alex setela
“Aku tau buktinya!” ucap Dania tiba-tiba dengan sangat percaya diri.“Bukti? Mana buktinya?” tanya Alex yang tetap bersikeras kalau dia tidak melakukan apa yang dituduhkan Dania.“Diem kamu. Diem jangan bergerak!” perintah Dania sambil menatap lurus ke dada Alex.Alex mengikuti arah pandang Dania, “Apa? Kamu liat apa?”“Heh! Jangan—“ “Aku dapet!” teriak Dania senang memotong ucapan Alex.Dania menatap tajam ke arah Alex, “Ini buktinya. Kamu mau nyangkal apa sekarang, hah!” Dania mengulurkan tangannya yang memegang bukti kalau semalam Alex tidur memeluknya.Alex melihat ke arah sehelai rambut panjang di tangan Dania. Sepertinya rambut itu memang milik Dania, karena hanya dia manusia berambut panjang di kamar ini.Tapi Alex tidak habis pikir, kenapa rambut itu bisa menyangkut di kancing piyamanya. Padahal dia benar-benar tidak merasa tidur memeluk Dania semalaman. Apa lagi, dia sudah membuat batasan dengan guling di tengah kasur dan saat terbangun tadi pun dia masih berada di tem