Dania menggerak-gerakkan bibirnya tanda dia kesal lada sikap menyebalkan Alex. Dia bersungut-sungut sendiri mengumpati Alex yang sedang berbaring dengan santainya di atas ranjang empuk yang tadi dia tempati.Alex yang sedang asyik dengan rebahannya, kaget melihat reaksi Dania yang tidak seperti biasanya. Wanita itu sudah seperti banteng yang siap menghajarnya.“Mau ngapain kamu, Dania?!” tanya Alex yang kini memilih untuk bersikap waspada.“Siap-siap kamu, Alex. Aku gak akan ngalah!”“Hiyaaa!!”Dania melompat ke atas tempat tidur, lalu dengan gerakan yang sangat cepat, Dania masuk ke dalam selimut. Dia langsung memeluk guling dan tidur sedikit menekuk tubuhnya, agar pantatnya bisa mengambil tempat lebih banyak di tengah tempat tidur.Alex yang kaget dengan serangan mendadak Dania, merasa kecolongan dan tidak percaya kalau Dania akan melakukan hal ini. Dia sampai hampir jatuh ke bawah, karena menghindari badan Dania yang melompat tiba-tiba.“Dania! Apa-apaan kamu!” pekik Alex setela
“Aku tau buktinya!” ucap Dania tiba-tiba dengan sangat percaya diri.“Bukti? Mana buktinya?” tanya Alex yang tetap bersikeras kalau dia tidak melakukan apa yang dituduhkan Dania.“Diem kamu. Diem jangan bergerak!” perintah Dania sambil menatap lurus ke dada Alex.Alex mengikuti arah pandang Dania, “Apa? Kamu liat apa?”“Heh! Jangan—“ “Aku dapet!” teriak Dania senang memotong ucapan Alex.Dania menatap tajam ke arah Alex, “Ini buktinya. Kamu mau nyangkal apa sekarang, hah!” Dania mengulurkan tangannya yang memegang bukti kalau semalam Alex tidur memeluknya.Alex melihat ke arah sehelai rambut panjang di tangan Dania. Sepertinya rambut itu memang milik Dania, karena hanya dia manusia berambut panjang di kamar ini.Tapi Alex tidak habis pikir, kenapa rambut itu bisa menyangkut di kancing piyamanya. Padahal dia benar-benar tidak merasa tidur memeluk Dania semalaman. Apa lagi, dia sudah membuat batasan dengan guling di tengah kasur dan saat terbangun tadi pun dia masih berada di tem
Dania dan Alex langsung saling berpandangan. Mereka sangat kaget dengan pernyataan Haris yang tak terduga dan sangat tiba-tiba.Tapi bagi sebagian orang memang hal itu adalah hal yang sangat wajar, tapi bagi Dania dan Alex, hal itu tetaplah sesuatu yang tidak mungkin dan sangat tidak masuk akal.“Kok kalian kaget gitu sih? Emang salah ya kalo Opa pengen cicit?” tanya Haris yang melihat reaksi yang terlalu berlebihan dari pasangan pengantin baru itu.“Gak salah kok, Opa. Gak salah banget. Iya kan, Lex?” jawab Dania sambil terkekeh berusaha mencairkan suasana kembali.“Iya, gak aneh kok. Cuma ... gimana ya. Kan kami baru semalam nikah, masa udah langsung di tuntut anak. Ya jadi kayak ngerasa agak terbebani aja sih.”Alex menoleh ke arah Dania, “Kami masih mau menikmati pacaran dulu. Iya kan, Dan?” lanjut Alex yang juga mencoba kembali untuk biasa saja.“Iya bener. Pengen lebih saling mengenal. Kata orang sih, pacaran halal gitu, Opa.”Haris tergelak senang, “Iya iya, Opa ngerti. Op
“Kita? Apa maksud kamu dengan kita?” tanya Alex mengulangi pertanyaan Dania.“Upz, salah ya. Kamar aku. Mana kamar aku?” tanya Dania memperbaiki kesalahan pertanyaannya.Alex melihat ke arah Dania sambil menyipitkan matanya, “Kamu gak berharap kamu bakalan tidur di kamar aku kan?”Dania bergidik, “Idih! Najong! Malesin banget. Ogah!” bantah Dania yang menolak tuduhan Alex.“Trus, kalo gak pengen tidur di kamar aku, kenapa tadi nanya gitu. Kan itu tanda –““Salah omong itu! Maya, di mana kamarku! Bikin emosi aja lama-lama sama orang ini,” potong Dania dengan ketus.“Di sebelah sana, Bu. Mari saya antar.”“Ayo. Mood ku udah rusak gara-gara dia!” Dania segera berdiri dan meninggalkan Alex begitu saja.“Heh, Dania! Aku belum selesai!”“Bodo amat! Aku mau tidur!”Dania tidak ingin memedulikan kekesalan Alex. Dia segera melangkah, mengikuti Maya, yang akan mengantarkannya ke kamar yang akan dia tempati selama menjadi istri Alex. Meskipun Dania tidak tahu, sampai kapan sandiwara in
Ini adalah hari pertama Dania tinggal di rumah barunya. Nyonya rumah sekaligus istri dari pengusaha terkenal yang sedang naik daun, Alex Wijaya.Masih banyak berita yang berseliweran di media sosial ataupun di media massa, yang mengabarkan tentang pernikahan dua petinggi Media Grup itu. Kiriman hadiah dari para kolega yang berhalangan hadir juga masih datang menyambangi rumah pengantin baru itu.Dania melihat asisten rumah tangganya membongkar kiriman buah dan makanan dari para kolega. Dia duduk terdiam di sofa, karena hari ini dia masih cuti. Padahal kaki dan tangannya sudah gatal ingin bekerja kembali.“Datang lagi?” tanya Alex yang sudah siap dengan setelan kerjanya.“He em,” jawab Dania tanpa melihat ke arah Alex.“Udah di poto dan kirim makasih ke orangnya?”“He em.”“Heh! Ditanya tuh jawab yang bener dong!” pekik Alex yang kesal karena Dania sedang mengabaikannya.Dania menoleh ke arah Alex, “Kamu ini kenapa sih. Pagi-pagi dah ngomel. Kurang kerjaan banget jadi orang.”“Ka
Dania dan Alex langsung memasang muka tegang saat mereka mendengar rencana Haris untuk menginap di rumah baru mereka. Tentu saja itu akan berarti buruk untuk mereka berdua.Bukannya tidak suka dengan kedatangan Haris yang juga anggota keluarga mereka satu-satunya, tapi kalau Haris menginap, maka mau tidak mau, Dania dan Alex harus rela berbagi kamar kembali.“Kalian kenapa? Kok kayaknya kaget gitu,” tanya Haris yang tidak menyangka akan mendapatkan respons mengejutkan seperti itu.“Emm, enggak kok Opa. Tapi iya sih ... kaget tapi dikit,” jawab Alex sambil tersenyum canggung.“Emang kenapa? Kalian gak suka Opa nginep di sini? Opa gak boleh main ke sini?” Haris sedikit kecewa.“Eh, gak gitu, Opa. Kami suka kok Opa di sini. Suka banget bahkan. Masa iya kami gak suka Opa di sini.” Dania merasa tidak enak pada Haris meski dia juga bingung apa yang harus dia lakukan kalau nanti Haris benar akan menginap.“Bener apa yang dibilang Dania, Opa. Kami sama sekali gak keganggu bahkan seneng ba
Bruk.Dania terjatuh dari kursi pijakan yang dia naiki. Untungnya, gerakan tangan Alex sigap membantu istrinya itu hingga badan Dania tidak sampai mendarat di lantai.Dania masih berpegangan pada Alex. Lengan pemuda itu sebagian menopang punggung Dania, sedangkan satu kaki Dania masih tergantung di atas kursi.Tatapan dua insan berlainan jenis itu saling beradu. Tidak ada yang ingin pergi dari pandangan itu, bahkan berkedip sekalipun.Aroma napas segar Alex mulai menerpa wajah Dania. Napas segar bagai embusan angin surga yang membuat Dania terlena dan tersenyum sendiri menikmati wajah tampan nan rupawan itu.Gedebuk!“Aduuh! Sakit!” keluh Dania yang kini badannya benar-benar terjatuh ke lantai.Dania memegangi pinggangnya yang menghantam lantai. Meski tidak terlalu keras, tapi tetap saja sakit. Belum lagi kursi yang tadi masih dia injak dengan satu kaki itu, ikut terjatuh dan menimpa kakinya.“Lex, sakit tau! Kok di jatohin sih. Bukannya di tolong, malah di jatohin,” gerutu kesal Dani
Dada Dania terasa sangat sakit saat dia merasakan dentuman keras dari dalam dadanya. Dentuman yang mungkin suaranya bisa di dengan oleh orang yang ada di depannya saat ini.Selain dadanya yang berdentum kencang, ditambah lagi dengan wajahnya yang terasa memanas. Entah mengapa, otot sudut bibirnya seolah ingin tertarik ke atas, tanpa dia perintahkan. Sinyal otaknya sepertinya sudah rusak, sampai berjalan sendiri tanpa dia perintahkan.‘Eh, kenapa aku ini?’ gumam batih Dania sambil menundukkan wajahnya, takut diketahui orang.“Tuh, kalo gini kan seneng liatnya. Kalian emang pasangan yang romantis sebenernya,” ucap Haris yang merasa senang kedua cucunya itu tampak akur dan bahagia.“Opa itu demen banget bikin kami malu. Kan belum kebiasa, Opa. Jadi masih agak canggung,” jawab Alex yang mencoba biasa saja.“Gak papa. Dulu Opa juga gitu kok. Tapi kako gak dibiasakan, ya kapan kalian bisa jadi makin deket. Ya udah, sekarang kita berangkat. Nanti kamu keburu telat rapat.”“Dan, Opa beran