Share

Bab 192. Selepas kepergian Vivi

Tante Ranti masih sangat terpukul atas kepergian Vivi, sedangkan Om Edwin lebih banyak diam, tatapannya kosong.

Mas Raffi langsung kembali ke kantor usai mengantar jenazah Vivi ke pemakaman, sedangkan aku hari ini memilih untuk tetap di sini menemani Tante Ranti, dan seperti biasa meminta Damar untuk meng-handle semua urusan kantor.

"Arka, sini Sayang," panggilku pada bocah laki-laki itu. Perawakannya lebih kecil dari anak seusianya. Kulitnya putih, matanya sipit, jika di lihat seksama memang dia begitu mirip dengan Rendi.

"Kamu mau makan?"

Ia menggeleng, terlihat netranya memancarkan kesedihan. Sejak bayi di tinggal oleh Vivi, dan bertemu kembali saat dia berusia lima tahun, membuatnya tidak begitu dekat dengan Vivi–ibunya.

Arka lebih pendiam dibandingkan dengan anak sepantaran dengannya, dimana usia segitu akan lebih aktif bertanya tentang banyak hal. Tapi Arka berbeda. Mungkinkah ia merasa terabaikan menjadikan dirinya pribadi yang pendiam?

"Tante ambilkan nasi ya, Tante suapin mau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status