Keduanya akan segera tiba di rumah pengusaha ternama yang akan diajak kerjasama. Pengusaha yang menjadi tujuan mereka jauh-jauh datang dari Cilacap."Kamu kenal baik sama orangnya, Mas?" tanya Mimi."Tidak mengenal baik tapi kenal. Semoga ada kesepakatan yang terjadi dan ada titik kebahagiaan yang bisa kita dapatkan. Kita harus bersikap tenang dan harus bisa mengikuti arus bagaimana nanti dia akan mempertanyakan banyak hal tentang kita. Kamu jawab aja Jika kamu adalah orang terdekatku. Jangan sampai kamu bilang kalau kita hanya partner," ucap Arfi."Kenapa?" Arfi diam. Sebenarnya dia ingin mengatakan jika orang yang akan ditemuinya kini adalah Ayah dari wanita yang pernah hendak dia nikahi. Namun, kekecewaannya terlalu berat terhadap gagalnya pernikahan itu."Ada alasan yang tidak bisa aku ceritakan kepadamu. Intinya, lelaki itu pasti akan menanyakan apa hubungan kita dan kamu jawab saja jika kita memang dekat dan akan menjalin hubungan serius.""Tapi aku nggak bisa berbohong untuk h
"Jika perusahaan Pak Aryo Taher menolak, saya permisi." Arfi beranjak hendak meninggalkan ruang tamu keluarga Dayana. Namun, suara Mimi yang menyetujui meninggalkan Arfi membuat Arfi menengok."Saya akan meninggalkan Mas Arfi seperti yang Pak Aryo dan Mbak Dayana inginkan. Bukan saya tidak menyukainya dia, tetapi ini lebih ke profesionalitas saya sebagai karyawan yang diminta untuk memberikan apresiasi pada perusahaan. Saya memutuskan untuk menjauhi Mas Arfi, semoga keputusan kesepakatan ini bisa dilanjutkan."Mimi membuat negosiasi yang mengejutkan Arfi. Di samping dia yang tidak mau berurusan dengan Dayana, dia juga enggan kembali menjalin asmara dengan wanita yang sudah tak bisa dia cintai. Luka itu masih ada dan akhirnya kembali terkenang saat diam diam Dayana justru membuat semuanya menjadi sulit."Mas Arfi, jangan pulang dulu. Berikan kesepakatan ini atau kita tak akan bisa kembali," ucap Mimi."Wah, diminta kembali, Mas Arfi. Ini calon istri kamu? Benar benar jauh dari impian k
“Kamu di mana sekarang?” tanya Alvin dengan nada dingin.“Besok bantu Mimi untuk selesaikan acara meet and great di Rita Pasaraya. Aku nggak bisa temani dia. Aku pamit dan aku minta maaf harus begini lagi.”“Arfi, jangan gegabah dan jadi pengecut…”Tut tut tut!Arfi mematikan panggilannya dengan cepat. Dia tak mau lagi berbicara mengenai hal ini kembali dan dia sudah memutuskan kembali menepi. Meredakan rasa kecewanya karena menyakiti hati seorang wanita seperti Mimi.*Mimi kembali ke kamar hotelnya. Semua terasa menyesakkan dan membingungkan. Dia tak tahu harus bagaimana menghadapi situasi ini. Dia bingung dengan Arfi yang tiba tiba marah dan pergi dari rumah Dayana. Jika memang persyaratannya hanya meninggalkan, tentu itu tak akan mudah karena dia dan Arfi hanya sebatas teman. Namun, Mimi tak menyangka respon Arfi terlihat marah dan lain.Mimi yang bingung memilih membersihkan tubuhnya dan sholat. Dia melakukan sholat wajib dan sunah untuk menenangkan hatinya. Dia berdoa semoga tid
“Nih, minum dulu.” Santi mengulurkan minuman mineral pada Mimi selepas acara MG selesai sore ini. Tentu acara meriah hari ini tidak membuat hati Mimi merasa bahagia. Dia merasa ada yang janggal dengan tidak hadirnya Arfi dari awal hingga akhir acara.“Makasih, San.” Mimi tersenyum pilu ke arah Santi.Santi duduk di samping Mimi berada. Dia tahu jika sahabatnya itu pasti gundah gulana menunggu kabar dari Arfi yang hilang bak ditelan bumi itu.“Aku nggak tahu apa yang udah terjadi sama kamu dan Arfi sampai dia memutuskan cut dari pekerjaannya. Yang jelas, mulai sekarang kamu harus fokus pada karirmu saja. Nggak usah terlalu berpikiran mengenai dia dan nggak usah kamu berharap dia muncul lagi di depan kita,” terang Santi.Langsung saja Mimi menengok dan menatap sahabatnya itu bingung. “Maksudnya dia keluar dari perusahaan?”“Bisa dikatakan gitu. Kamu nggak tahu masa lalu dia dulu kayak apa hingga memutuskan jadi seperti sekarang ini. Aku aja nggak tahu dia itu kayak apa dulu karena aku
Selepas kejadian itu, Mimi bertekad untuk tidak lagi membahas Arfi. Dia akan fokus seperti ucapan Santi padanya. Dia bekerja dengan timnya, membantu apa saja yang bisa dia kerjakan. Sidang ketuk palu juga sudah ditetapkan dan status janda sudah dia dapatkan sejak 1 bulan setelah insiden bersama dengan Arfi. Sejak berstatus janda, Mimi lebih fokus pada dirinya dan keluarganya. Dia juga sering mengikuti pemotretan untuk produk nya dan juga ke salon untuk mulai rutin perawatan.Mimi sudah bisa membeli motor setelah 5 bulan bekerja. Dia bisa membelinya dari jerih payah selama ini. Para tetangga pun kagum dengan kegigihan Mimi dan banyak pula yang mempertanyakan pekerjaannya. Ada yang suka, ada pula yang membenci. Sikap yang tentu ada saja di semua lingkup tempat tinggal. Mimi tak ambil pusing. Dari masalah dengan Arfi kemarin, dia belajar banyak hal. Belajar untuk fokus pada pencapaian dan mengabaikan omongan orang. Dia juga tak ingin kepo masalah orang lain dan fokus pada keluarganya sen
Seno tahu kisah Mimi dan Arfi. Namun, perkataan yang tadi diucapkan adalah sebuah jebakan dan juga iseng belaka. Dia sudah mengatakan kepada Alvi jika apapun yang dilakukan tidak untuk disebarluaskan kepada Mimi. Dia tahu, dibalik kesuksesan Mimi ada peran Arfi di sana."Nggak usah bahas si Arfi di sini, nanti ada yang kangen," celetuk Seno tiba tiba."Siapa yang kangen," sahut Mimi."Ya mana aku tahu, kamu mungkin. Soalnya aku juga nggak nyebut nama diantara kalian berdua kan? Ya kali aku kangen sama si Arfi, masa pisang makan pisang," jawan Seno."Iya sih, Mas Seno. Si Mimi ini kayaknya kangen deh, soalnya kan dia seperjuangan sama Pak Arfi katanya. Kan?""Sotoy kamu, Nis. Kalau Bu Santi tahu kamu suka gibah gini, habis kamu kena sp.""Mana berani, aku kan masih saudara Santi. Enak aja," kilah Nisa.Hal yang membuat Mimi tidak suka terlalu dekat dengan Nisa adalah sikap seenaknya. Dia menganggap jika Santi adalah bagian dari keluarganya dan tidak mungkin akan memecat dirinya jika me
"Nggak kerja, Mas?" tanya Mely.Selepas sah menjadi duda, Melly dan Ardhan memutuskan untuk menikah. Sekarang usaha AC mereka kerjakan bersama tetapi sikap Ardan mulai terlihat malas di depan Mely, sedangkan kebutuhan mereka sedang banyak-banyaknya karena Melly yang sedang mengandung anak pertamanya dari Ardan."Hari ini belum ada pesanan. Lagian ini juga hari Minggu, Mas harus dipaksa kerja juga?" tanya Ardhan.Hari-harinya selalu sibuk dengan pekerjaan hingga membuat dia lupa dengan dirinya sendiri. Dia selalu menuruti keinginan Melly agar terhindar dari repetan mulutnya yang seperti petasan jika tidak dituruti."Memangnya kamu pegawai apa? Nggak ada hari libur untuk orang biasa seperti kita. Bentar lagi ada acara 7 bulanan anak kita. Kamu harus siapkan dana untuk syukuran itu. Gak boleh males dong kalau memang kamu berniat untuk menjadi suami yang baik dan ayah terbaik."Ardhan mendengkus kesal. Padahal Melly berubah menjadi wanita yang sangat cerewet dan pemalas setelah menikah de
"Kamu yakin?" tanya Irah tak percaya."Ya. Saya yakin, Bu. Saya berusaha untuk memperbaiki diri agar kehidupan rumah tangga saya kali ini bisa lebih baik. Mungkin ini teguran bagi saya karena selama ini zalim terhadap anak ibu. Namun, jujur sejujur saya sedih jika harus dihadapkan pada kenyataan pernikahan saya menyebabkan anak saya harus kehilangan sosok Ayah. Semoga mimi tidak melarang saya untuk selalu datang menjenguk Laila."Irah tersenyum. Dia bukan sosok mertua yang kejam dengan memisahkan cucunya bertemu dengan ayahnya. Namun, dia melakukan ini karena memang Mimi masih meyakini bahwa suaminya itu adalah lelaki yang sangat arogan dan pemarah."Ibu tidak masalah jika kamu ingin berkunjung dan melihat kondisi Laila. Yang terpenting adalah kamu jangan sampai merusak kebahagiaan Mimi ataupun kamu mengorbankan rumah tanggamu yang sekarang demi bisa bertemu dengan kami. Ibu tahu, istri kamu itu pasti akan marah jika tahu kamu datang ke sini untuk melihat kondisi kamu, kan?"Ardan di