Share

Bab 10

"Papa, Mama, bukankah mau ke Bogor?" tanyaku sambil mengusap mata, berharap salah penglihatan ini. Namun, harapanku sia-sia ketika mereka berdua menyodorkan tangannya.

"Ya, tadi kami kepikiran ingin ngajak Nonik ke Bogor, atau barangkali kamu mau ikut juga?" Aku tercengang mendengar ucapan mertua.

"Emm, anu Pah, Nonik belum pulang," jawabku sambil mengusap leher.

"Loh, dari tadi belum pulang beli gula?" tanya papa penasaran. Ia masih ingat alasanku ketika ia tadi menghubunginya.

"Iya, nih. Aku juga heran, kok tumben Nonik beli gula lama, apa sekalian beli bahan yang lain kali, Pah, Mah. Ayo masuk dulu," ajakku.

Kulihat wajah mama mertua sedari tadi tidak bicara sedikit pun. Mukanya seperti tidak sudi menatapku, ada apa dengannya?

Namanya Nuri, ia jarang ke rumah, yang sering menyambangi kami di sini memang hanya papa. Dari awal kami menikah, mama kurang sreg padaku. Katanya kami tidak akan cocok, mungkin dari perbedaan suku. Biasanya orang tua zaman dulu mempermasalahkan itu.

Seben
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status