“Heros … nyawa kita tergantung padamu.” Wilder berbisik lemah. Calix di sebelahnya ikut mengangguk dengan wajah sedih. “Biarpun kalian berlutut di kakiku, aku tidak bisa,” balasnya. Heros bersandar pada sudut kurungan sembari memandang nanar kedua tangannya sendiri. Tidak ada yang keluar dari sana.“Ayo coba lagi nanti,” sahut Iveryne, masih menunggu Heros menampilkan seberkas cahaya dari tangannya. “Dia tidak akan bisa. ‘Mana’ miliknya sudah terikat dengan pedang. Dia butuh Crusader.” Onyx kelabu menyorot tajam pada beberapa pedang yang tengah di kelilingi para goblin. “Kita tidak bisa terus menunggu. Ini hanya masalah waktu.” Iveryne ikut meluruskan kaki, bersandar pada jeruji di sebelah Reiger, ikut memandang ke arah para pedang. Namun anehnya, “Mengapa mereka tidak menyentuh Aelther dan Hellfire?” “Mungkin mereka takut api neraka.” Reiger menyahut datar, ekspresinya tidak terbaca antara serius dan bercanda. Dalam satu tarikan nafas, Wilder menepuk-nepuk bahu Heros dengan te
Sementara kelompok itu berupaya membebaskan diri dari jeruji emas, Gorgolith memantau dengan teliti. Melihat upaya mereka, Gorgolith memutuskan jalan keluar lebih sulit sebagai ujian terakhir.Gorgolith, dengan kekuatan luar biasa, memanipulasi elemen-elemen sekitarnya. Sebuah pintu batu yang besar tiba-tiba menutup di pintu keluar gua, menghalangi jalur keluar yang sebelumnya terbuka.Selain itu, beberapa batu besar bergeser menutupi koridor yang mengarah ke pintu keluar alternatif. Gorgolith menciptakan rintangan-rintangan dengan cermat, menantang kelompok untuk membuktikan kesiapan dan tekad mereka untuk melanjutkan perjalanan.Iveryne, Calix, Wilder, dan Heros bekerja sama dengan lebih hati-hati dan cerdik, mengatasi rintangan-rintangan yang baru muncul. Gorgolith tersenyum menyaksikan cara mereka menghadapi ujian terakhir sebelum diberikan izin untuk meninggalkan gua. Tantangan ini akan menguji solidaritas dan kemampuan adaptasi mereka sebelum mereka dapat melanjutkan perjalana
Dalam ruangan gelap yang dihiasi perunggu-perunggu misterius, kelompok ini merasakan tekanan mental yang tumbuh seiring waktu yang mereka habiskan untuk mencoba memecahkan teka-teki ini. Simbol-simbol yang terpampang di antara perunggu-perunggu itu semakin terasa mengabur dan rumit.Iveryne, dengan kerutan di keningnya berkata, “Sesuatu terasa aneh. Ini lebih sulit dari yang aku kira.”Calix, mencoba mengidentifikasi simbol dengan malas. “Aku rasa kita butuh lebih banyak waktu untuk—”Reiger, memotong perkataan Calix dengan cepat. “Kita tidak punya banyak waktu. Kita harus menemukan cara untuk keluar dari sini sebelum cahaya bulan Erc selanjutnya.”Iveryne tahu tentang ini, mereka harus sampai ke sana, bagaimana pun juga, ini adalah tujuan awalnya, dan harus tersampaikan.Wilder, dengan ekspresi serius membalas, “Aku tidak yakin lagi dengan kemampuan kita. Simbol-simbol ini sepertinya tidak memiliki pola yang jelas.” Dia ikut mengurut pelipisnya lelah.Heros, dengan cobaan melanjutka
Mereka berdiri di puncak tebing curam, melihat ke bawah pada sarang Goblin yang dijaga Gorgolith. Keberanian mereka diuji saat memutuskan untuk menuruni tebing yang curam dan berbahaya. Reiger, dengan Hellfire di tangannya, memimpin langkah. Iveryne mencengkeram Aelther di pinggangnya dengan waspada, dan Archer bersarang di bahunya.“Ayo, Archer, pastikan jalan kita aman,” ucapnya sambil menatap burung hantu seputih salju itu.Archer rupanya mengepak-ngepakkan sayap di luar, lebih dulu menunggu. Itu ide bagus, karena jika dia mengikuti mereka, kecil kemungkinan dia akan dikurung dalam jeruji emas. Sebaliknya, dia sudah dimakan mentah dengan sayap yang patah. Saat mereka turun dengan kewaspadaan tinggi, jeritan angin dan gemuruh batu longsor mengisi udara. Calix, yang awalnya ragu-ragu, mencoba mengikuti langkah Reiger dengan hati-hati. “Ini benar-benar menakutkan,” bisiknya pada Iveryne.Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada serangan sekawanan serigala yang terinfeksi sihir hitam.
Pegunungan Luminaria, yang seharusnya menjadi keindahan alam yang megah, kini diselimuti aura yang mencekam dan mengerikan. Sihir hitam yang kentara merayap di antara celah-celah batuan dan meliliti setiap pohon dan tanaman di sepanjang lereng-lerengnya. Langit yang seharusnya biru cerah kini tertutup oleh awan-awan yang kelam, menciptakan suasana yang gelap dan menakutkan.Pohon-pohon di Pegunungan Luminaria terlihat seperti jasad yang sakit karena terinfeksi sihir hitam. Daun-daunnya yang dulu hijau kini berubah menjadi warna coklat kusam, dan ranting-rantingnya tampak seperti anggota tubuh yang tersiksa. Pohon-pohon ini seolah-olah merintih di bawah beban kekuatan gelap yang tak terlihat.Aura sihir hitam melingkupi setiap sudut, menciptakan bayangan yang menyeramkan. Suara gemuruh dan desiran angin yang menusuk membuat suasana semakin mencekam, seakan-akan alam itu sendiri menyimpan rahasia kelam yang tidak ingin terungkap.Calix menatap pohon-pohon yang tampak sakit, dan berguma
Saat mereka mendekati inti altar, gemuruh semakin kuat, dan aura kegelapan semakin menggila. Percakapan mereka terputus oleh suara-suara yang aneh dan bisikan-bisikan tak terdengar. Sesuatu yang tak terlihat mulai mengitari mereka, dan suasana mencekam menciptakan ketegangan yang hampir tak tertahankan.“Apa yang kita hadapi di sini?” tanya Wilder dengan pandangan cemas. “Ini bukan sihir biasa.” Dia yang sepertiga Elther saja bisa merasakannya, apalagi mereka. Reiger menatap langit-langit yang terasa makin rendah. “Sesuatu di dalam sini ingin menghancurkan kita.”Heros menarik pedangnya, “Apa pun yang akan muncul, kita tidak boleh mundur. Kita harus melalui ujian ini bersama-sama.”Langkah terakhir diambil oleh Iveryne, dan saat tangan-tangannya menyentuh altar di depan sana, suara gemuruh mencapai puncaknya, mengumandangkan kehadiran kegelapan yang mengancam untuk menghancurkan semua yang berani menantangnya.Tiba-tiba, ruang di sekitar mereka dipenuhi bayangan-bayangan gelap meray
Bertempur di dalam gua yang gelap dan mencekam, mereka berusaha mati-matian melawan para Ethereion yang terinfeksi sihir hitam. Serangan pedang bersinar dan sinar magis berkelebat melintasi ruang gua, menciptakan suasana tegang yang tak terelakkan.Reiger, dengan kepiawaiannya, terus memimpin kelompok untuk menghadapi serangan demi serangan. “Jangan hentikan gerakan, kita tidak boleh terjebak di sini!” ujarnya sambil menghindari serangan seorang Ethereion yang mengincar dirinya.Calix, dengan refleks luar biasa, menggunakan kecepatan dan kelincahannya mengelabui musuh-musuhnya. “Tidak seperti melawan goblin di hutan. Mereka punya kekuatan dan kecerdasan luar biasa!”Wilder dan Heros membentuk barisan yang kokoh, saling menjaga dan melindungi satu sama lain. “Kita harus bersatu dan mengatasi mereka bersama-sama,” ucap Wilder dengan tegas. Belum ada tanda mereka mendominasi pertarungan.Sementara itu, Iveryne, dengan hati berdebar, terus berusaha mendekat ke batu Equilibria untuk melet
Mereka sudah bersiap untuk serangan terakhir, dengan Reiger memimpin dengan serangan pamungkas menggunakan Hellfire yang diberdayakan oleh kekuatannya sendiri. Pertarungan mencapai puncak ketegangan, dan nasib mereka tergantung pada serangan ini.Reiger mendorong Hellfire melalui udara dengan penuh kekuatan dan tekad. Cahaya yang memancar dari pedang itu membentuk gelombang energi yang melibas ke arah para Ethereion. Ditengah para keheranan, gelombang energi mengudara.Serangan itu seperti kilat, menyapu setiap penjaga keseimbangan yang terinfeksi sihir hitam di sekitarnya.Iveryne terus berusaha mendekatkan kristal bulan ke tempat batu Equilibria seharusnya berada, meski terhalang pertempuran sengit.Dengan keberanian tak tergoyahkan, Iveryne meletakkan kristal bulan yang dipegang eratnya ke dalam ransel. Sinar kebiruan yang memancar dari kristal tersebut tampak bersentuhan dengan aura kegelapan di sekitar tempat batu Equilibria. Ketika kristal bulan bersentuhan dengan wadah batu i