Share

Bab 4

"Welcome indonesia!" teriak Celena dalam hati sambil merentangkan kedua tangannya ke udara dan memejamkan matanya.

"Sangat berbeda dengan udara di sana, hemm khas sekali aroma disini?" gumamnya pelan.

"Yah, khas aroma POLUSI!" ucap seseorang yang berjalan melewatinya seketika membuat lamunan Celena buyar.

"Yakkk! Cowok gila! Astaga kenapa nasib ku begitu sial harus bertemu denganmu disini!" seru Celena berkacak pinggang seketika menghentikan langkah pemuda itu.

"Bagaimana kalau ku katakan TAKDIR!" ucapnya dengan sebuah senyum menyeringai menghiasi wajahnya.

"Cih, aku bertakdir dengan pria gila sepertimu? Hahaha lebih baik aku menjomblo seumur hidup!" kata Celena.

"Hahaha baiklah, mari kita buktikan! Bila kita bertemu lagi dalam beberapa hari ke depan tanpa di sengaja, berarti memang kita berjodoh!" ucapnya santai lalu ia segera melanjutkan langkah kaki nya meninggalkan Celena yang masih mematung di tempatnya mencerna setiap ucapan nya.

"Tuan, bagaimana kalau memang anda berjodoh dengannya?" tanya Here sang asisten.

"Hey, kau gila! Tentu saja itu tidak mungkin! Kau tau aku akan segera melamar Felly!" ucap Javier dengan kesal.

"Tapi Tuan, mengapa saya merasa wajahnya tidak asing ya?" tanya Herry.

"Apa maksudmu?" tanya Javier.

"Hem bukankah wajahnya sangat mirip dengan kekasih alm.Tuan Javie?" tanya Herry pelan.

Deg!

Javier terdiam, memang sejak pertama kali ia bertemu dengan Celena ia tidak asing dengan wajahnya. Mungkinkah itu benar Celena? Baru beberapa bulan sejak kecelakaan itu dan dia sudah sangat sehat? Sedangkan Javie selamanya takkan bisa kembali lagi. Javier mengepalkan tangannya dengan kuat kala baru menyadari bahwa Celena itu adalah kekasih dari adik kembar nya.

🍁🍁🍁

"Mommy, Daddy!" panggil Celena saat memasuki rumah.

"Assalamualaikum," sindir Narra kala melihat kedatangan putri nya.

"Walaikumsalam hehehe," jawab Celena menyengir kuda.

"Kenapa tidak minta jemput hem?" tanya Narra lembut.

"Mau kasih surprise dong," ucap Celena.

"Dimana daddy Mom?" tanya Celena.

"Daddy baru pulang dari rumah sakit, ia sedang mandi. Kamu juga mandi gih, habis itu kita makan sama sama," kata Narra lembut.

"Lalu Celine sama siapa?" tanya Celena.

"Aunty Tari," jawab Narra.

"Ohh," Celena hanya ber oh ria lalu ia segera berlari ke kamar nya untuk membersihkan diri.

Setelah selesai membersihkan dirinya, Celena pun kembali menuruni tangga dan berjalan menuju meja makan. Ternyata di sana sudah ada Bisma dan Narra yang menunggu nya.

"Daddy, Lena rindu," ucap Celena langsung memeluk Bisma dari belakang.

"Daddy juga sangat merindukan mu Sayang, ayo duduk dulu," kata Bisma lalu Celena pun langsung duduk di sebelah Bisma dan berhadapan dengan Narra.

"Bagaimana kuliah kamu hem?" tanya Bisma.

"Beres Dad, tinggal beberapa bulan lagi maka Celena wisuda!" ucap Celena riang..

"Putri Daddy emang terbaik," kata Bisma mengusap rambut Celena dengan sayang.

Mereka pun akhirnya memulai makan malam bersama sambil mengobrol dan bercerita tentang bagaimana kehidupan Celena selama tinggal sendirian. Tentu saja Celena merasa kesepian, namun Celena menikmati itu, ia berusaha untuk tidak mengeluh di depan orang tua nya. Ia tak ingin terus di anggap anak kecil oleh ayahnya.

Sedangkan di suatu tempat, tepatnya di sebuah restauran. JF Resto and Caffe, seorang gadis cantik tengah menatap lekat lekat wajah kekasihnya yang sangat amat ia rindukan. Ia begitu takut hanya untuk sekedar berkedip. Ia takut bila ternyata ini hanya mimpi.

"Sayang, kau masih tak percaya bahwa ini aku hem?" tanya Vier dengan lembut sambil menggenggam tangan kekasih nya.

"Aku masih berapa mimpi Baby, kamu tau selama ini aku sangat merindukan mu," kata Felly sedih.

"Maafkan aku," ucap Vier lalu ia mengecup tangan Felly.

"Sebentar lagi, kuliahku selesai dan aku akan sibuk dengan tugas magang ku. Itu berarti waktu kebersamaan kita tak banyak," kata Felly sedih.

"Kamu mau magang dimana?" tanya Vier.

"Paling sama kak Aiden, memangnya dimana lagi? Gak mungkin aku magang di kantor papa," jawab Felly dan Vier hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Aku disini satu minggu, dan waktuku full buat kamu," kata Vier seketika membuat senyum merekah di wajah Felly.

"Seriusly? Satu minggu? For me?"ucap Felly bahagia, seketika ia langsung beranjak dari duduk nya dan langsung memeluk Vier dengan lembut.

"Aku mau ke pantai," kata Felly dengan cepat.

"Baiklah, bagaimana kalau besok pagi?" tanya Vier.

"Setuju!" ucap Felly senang.

"Berjanji lah bahwa kamu akan selalu bahagia seperti ini, oke!" kata Vier sambil mencium pipi Felly.

"Aku selalu bahagia kalau sama kamu," kata Felly.

"Ya sudah, sekarang kita makan habis itu pulang biar besok tidak kesiangan oke," ucap Vier dan Felly langsung kembali ketempat duduknya dan memakan makanan nya.

'Semoga kita bisa bahagia sampai akhir,' gumam Vier dalam hati.

"Langit!" panggil Celena saat memasuki rumahnya.

"Yuhuuu, ckckckck Langit dimana kamu?" panggil nya lagi seketika membuat seorang pemuda yang terlihat dengan wajah kesal mulai menuruni tangga.

"Lo kata gue anak ayam lo panggil begitu!" sungut Langit kesal membuat Celena terkekeh.

"Ngapain lo pagi pagi udah disini?" tanya nya ketus sambil menggaruk kepalanya karena bangun tidur.

"Astaga anak bujang jam segini baru bangun ckckckck," decak Celena.

"Kapan lo balik ke indo? Dan kapan lo kesini nya?" tanya Langit mendudukkan dirinya di meja makan.

"Gue sampai di Indo kemaren sore, dan gue kesini sekitar beberapa menit yang lalu!" jawab Celena santai.

"Ayah sama Bunda gak ada, ngapain lo kesini?" tanya Langit memakan roti nya.

"Justru karena Om Awan dan Tante Rain gak ada, gue baik hati mau ngajakin lo jalan jalan. ayolah temenin gue!" kata Celena santai.

"Kemana?" tanya Langit mengerutkan dahinya.

"Hemm gimana kalau pantai?" tawar Celena.

"Pantai mana?" tanya Langit.

"Hemm pasir putih!" kata Celena dengan cepat.

"Bilang aja lo mau jadiin gue supir kan!" saut Langit dengan cepat.

"Hehehe, ayolah Lang. Gue disini gak bisa lama lama lho, cuma seminggu habis itu gue bakal balik lagi ke Jerman dan fokus magang," kata Celena lesu.

"Haiss ya sudahlah, gue mandi dulu!" ucap Langit beranjak dari duduk nya dan menuju ke kamar nya.

Celena dan Langit begitu menikmati deburan ombak di pinggir pantai, meskipun cuaca sudah hampir terik namun Celena masih tetap bertahan menatap ombak.

"Kenapa lo gak cari cowok aja sih?" tanya Langit sambil meminum kelapa muda.

"Lo tau Lang, Daddy ngelarang kita pacaran," jawab Celena lesu.

"Ya tapikan Celine aja bisa backstreet di belakang Daddy lo, bahkan sampai beberapa tahun lagi," kata Langit bingung. Mengapa Celena tak bisa seperti Celine. Celena lebih patuh dan menuruti semua kemauan Daddy Bisma. Mungkin bila Daddy Bisma menyuruhnya menjomblo dia akan menurutinya. Benar benar seperti robot, batin Langit.

"Gue gak bisa seperti dia Lang, kalau gue melanggar aturan Daddy juga seperti Celine, lantas siapa yang akan menuruti kemauan Daddy?" gumam Celena pelan namun masih mampu di dengar oleh Langit.

Sejujurnya Langit sangat salut kepada Celena, karena memang ia selalu bisa di andalkan oleh keluarganya. Bahkan Celena rela mengorbankan kebahagiaan nya demi saudara kembarnya. Tanpa di ketahui semua keluarga bahwa Celena sudah menanggung beban berat sedari dulu. Namun Celena hanya diam tidak berani mengungkapkan isi hatinya. Langit lah yang Paling peka dengan apa di rasakan oleh sepupu nya. Dan ia bangga juga sayang kepada Celena, makanya ia tidak bisa berkata TIDAK bila Celena meminta sesuatu darinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status