Share

Bab 7

Tok... Tok... Tok...

Javier mendongakkan kepalanya saat mendengar pintu ruangan nya di ketuk. Ia melirik jam ternyata sudah jam 7, di tengah kesadaran yang sudah hampir hilang, ia melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.

Ceklek!

Javier terdiam, melihat sosok wanita yang amat teramat sangat ia cintai kini tengah berada di depannya.

"Sayang," panggil Javier tersenyum senang lalu ia langsung menarik gadis tersebut sampai di pelukannya.

"Sayang, aku sangat merindukanmu," ucap Javier berbisik dan langsung menggendong tubuh Felly ke dalam kamar nya.

"A—apa yang akan kau lakukan!" teriak gadis tersebut saat melihat Javier mulai melepaskan beberapa kancing kemejanya.

"Sayang, sebentar lagi kita akan menikah, aku sangat merindukan mu," ujar Javier lalu ia langsung menindih tubuh kekasihnya.

Javier mencium bibir Felly dengan lembut, lalu mulai melum@tnya dan mengeksplor isi rongga mulutnya.

Javier yang sudah di kabut gairah dan mabuk, kini tangannya mulai turun hingga di kedua bukit kembar Felly.

"Sepuluh tahun kita bersama dan baru kali ini aku merasakan nua," bisik Javier begitu lembut sambil merem@s dua bukit kembar Felly.

Lidahnya mulai menari nari di leher jenjang Felly dan membuat beberapa tanda kepemilikan di sana.

"Hemmm" tubuh Felly menggeliat seirama dengan rema$@n di bukit kembarnya.

"Suara mu begitu sexy Sayang," bisik Javier semakin bernafsu kala mendengar desahan Felly.

"Ber—berhenti eugh .... "

"Mulutmu berkata seperti itu namun tubuhmu juga menginginkannya Sayang," bisik Javier.

"Ti—tidak aku mohon berhenti ja—jangan!"

"Aku sangat menginginkan mu Sayang, kita nikmati malam ini," ucap Javier lalu ia mulai membuka pakaian gadisnya satu persatu hingga kini keduanya toples.

"Aku mohon jangan hiks hiks,"

"Sshshhhh, aku janji akan melakukannya perlahan," ucap Javier sambil mengarahkan adiknya untuk menuju sarang utamanya.

"Jangan hiks hiks aku mohon jangan hiks hiks!"

"Sshhh sedikit lagi Sayang," racau Javier kala berusaha memasukan adiknya ke dalam rumah utama namun begitu sempit hingga membuatnya gagal beberapa kali.

"Sakitttt!" pekik gadis itu semakin terisak dan mencakar kuat pundak Javier.

"Hemm sempit sekali Sayang," gumam Javier memejamkan matanya kala berhasil memasukan adiknya ke dalam rumah.

Javier membuka matanya sesaat dan melihat mata kekasihnya yang bengkak dan berlinang air mata.

"Maafkan aku, maaf," ucap Javier pelan menciumi wajah kekasihnya dan menghapus air matanya.

"Aku mencintaimu Felly," bisik Javier saat dirinya sudah mencapai pelepasannya.

Sedangkan gadis itu kini tengah merasakan sakit yang luar biasa, tidak hanya fisiknya namun juga hatinya yang terasa begitu hancur.

Javier mulai mengerjapkan matang setelah mendengar suara dering hape nya berbunyi. Ia mengucek matanya sambil tangan satu lagi mulai mencari cari dimana letak ponselnya.

"Auwhhsss astaga kepalaku," keluh Javier saat merasakan kepalanya terasa sangat pusing.

"Hallo " jawab Javier saat baru menemukan hapenya.

"Sayang, kamu baru bangun tidur yah?" tanya seorang gadis dari seberang sana.

"Hemm kepala ku pusing banget," ucap Javier.

"Hem ya sudah kamu istirahat lah, aku gak mau kamu sakit," kata Felly khawatir.

"Kamu dimana?" tanya Javier.

"Aku baru selesai meeting sama kak Aiden, dan ini lagi makan siang," jawab Felly seketika membuat mata Javier langsung terbuka lebar.

"Dimana?" tanya Javier lagi dan kini nada suara nya lebih seperti bergetar.

"JF Caffe & Resto," kata Felly.

"Baik lah, kamu hati hati dan salam buat abang. Aku lupa bahwa sebentar lagi ada meeting," kata Javier buru buru mengakhiri panggilan telfon nya.

"Tumben cepet banget telfon nya," tanya Aiden saat melihat Felly kembali memasukkan hapenya ke dalam tas.

"Dia kesiangan dan mau ada meeting katanya," kata Felly menghela napas kasar.

"Kapan rencana kalian menikah?" tanya Aiden.

"Dih kenapa kakak nanya begitu? Kenapa bukan kakak dulu yang menikah?" tanya Felly terkekeh.

Aiden hanya tersenyum kecil lalu kembali menikmati makanan nya.

"Kakak kenapa sih gak pernah pacaran?" tanya Felly.

"Males," kata Aiden.

"Males kenapa? Umur kakak udah gak muda lagi loh?" tanya Felly.

"Sudahlah, mengapa jadi membahas ku, bagaimana bila habis ini kuta ke rumah Catamel. Aku begitu merindukannya, sudah sebulan ini aku tak ada waktu untuknya," ucap Aiden.

"Caramel udah bahagia sama suami dan calon anak nya, makanya kakak jangan jomblo biar gak kesepian terus," ucap Felly meledek membuat Aiden mencebikkan bibirnya.

'Kalau Felly masih di indonesia lalu semalam siapa?' gumam Javier pelan sambil menjambak rambutnya dengan frustasi.

Javier hendak beranjak namun matanya kembali terkejut kala melihat bercak darah mewarnai sprei nya.

'Shittt!' umpat Javier semakin frustasi.

'Siapa wanita itu!' Javier lalu segera membersihkan dirinya dan keluar dari ruangannya.

Kini dirinya benar benar merutuki kebodohannya, bisa bisanya dirinya kembali meminum, minuman laknat itu.

"Selamat pagi Tuan," ucap Herry menyambut kedatangan Javier dari dalam kamar.

"Siapa wanita itu?" tanya Javier to the point.

"Hah, maksud Tuan apa?" tanya Herry tidak mengerti.

"Siapa wanita yang sudah masuk ke dalam ruangan ku tadi malam!" tanya Javier sekali lagi dengan tatapan mata yang begitu tajam.

"Maafkan saya Tuan, kemarin saya bergegas pulang karena ada masalah sedikit dengan keluarga saya," jawab Herry yang memang tidak tau apa apa.

Braakkkk!

Javier membanting beberapa berkas yang terletak di mejanya.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk!" ucap Javier setengah berteriak.

"Ma—maaf Tuan, ini berkas yang harus anda tanda tangani, dan sekaligus surat pengunduran diri saya," kata Celena dengan tubuh sedikit bergetar.

Javier dan Herry langsung menatap ke arah Celena dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Bukan kah magang mu masih ada beberapa bulan lagi?" tanya Javier memicingkan sebelah matanya.

"I—iya, tapi saya akan magang di kantor Aska," kata Celena terbata.

"Hemm Celena maaf, kamu sakit?" tanya Herry yang melihat pakaian Celena lebih tertutup dari biasanya.

"Bukankah sekarang sedang musim panas, mengapa kau memakai syal?" tanya Herry lagi sukses membuat Javier langsung menatap ke arah Celena.

"I—iya, saya sedang tidak enak badan. Kalau begitu saya permisi," ucap Celena hendak pergi namun Javier dengan cepat menarik syal yang di kenakan Celena hingga terlihatlah leher jenjang Celena yang sudah bertanam buah Cerry dan anggur.

"Anda jangan lancang Tuan!" sentak Celana menatap Javier dengan tatapan yang penuh dengan kebencian.

"Kenapa dengan lehermu?" tanya Javier dengan menatap tajam ke arah Celena.

"Apa kau habis bermalam dengan kekasih mu?" cibir Javier.

"Atau kau habis menjajakan tubuhmu?"

"Beruntung kau resign dari perusahaan ku, jadi perusahaan ini tidak tercemar oleh sikapmu! Aku sungguh tidak menyangka bahwa aku memiliki sekretaris murahan sepertimu!"

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Javier.

Celena tidak menjawab, ia masih menatap tajam ke arah Javier dengan napas yang memburu. Tangannya mengepal kuat dan mata yang hampir menangis.

"Yah, anda benar, saya memang murahan! Maka dari itu Saya permisi!" ucap Celena datar lalu ia segera berlari meninggalkan ruangan Javier.

Seperginya Celena, Javier dan Herry langsung saling tatap satu sama lain.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status