Share

Part 22

Pagi-pagi sekali aku telah sampai di rumah. Ayah belum juga kembali. Adit menikmati sarapan bubur sum-sum dicampur candil yang aku beli di jalan tadi.

"Awas saja kalau kau berurusan dengan rentenir itu lagi!" perintahku.

"Tapi, Kak...."

"Tidak ada tapi-tapian. Kau tidak tahu bagaimana dia."

"Tapi dia terlihat baik."

"Adit!"

Remaja dengan seragam putih abu-abu itu tertunduk diam sambil menghabiskan sarapannya. Lalu berangkat ke sekolah dengan motor kesayangannya.

Sejak memutuskan untuk tinggal sendiri, aku tak pernah lagi berlama-lama di rumah ini. Ayah yang sejak diPHK dari pekerjaannya sebagai sekuriti pabrik, jadi sering menghabiskan waktu di rumah. Tak mau lagi keluar, atau mencari pekerjaan.

Membuatku muak karena kerjanya hanya makan tidur saja. Mengutak-atik ponsel seolah benda itulah yang menghasilkan uang untuknya.

Barulah setelah satu persatu para lintah darat datang, kami baru menyadari, bahwa memang dengan ponsel itulah ayah menghabiskan semua uangnya.

Kini ayah sedang tak a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status