Share

Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin
Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin
Penulis: Miss Chan

Bab 1. Dipaksa Menikah

“Menikahlah dengan Bosku!”

Perkataan Aldo membuat Karina diam mematung. Dia baru saja tiba di Jakarta untuk mencari kerja. Bahkan, mereka masih berada di stasiun saat Aldo dengan tak sabarnya berkata demikian.

“Maksud Mas Aldo apa?” katanya dengan nada bergetar. Saking terkejutnya, tas yang dia jinjing bahkan terjatuh. “Aku baru tiba di sini, bahkan Mas Aldo tidak bertanya bagaimana kabar Ibu di kampung, bagaimana perjalananku ke sini?”

Tatapan Karina benar-benar menunjukkan kekecewaan. Air mata mulai membasahi pipinya.

Aldo menggusar tangannya ke udara, “Aku tak perlu berbasa-basi padamu, Karina!” katanya dengan arogan.

“Tapi aku belum terpikirkan untuk menikah, Mas!” Karina masih bersikukuh untuk menolak.

Perdebatan mereka pun lantas menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang. Aldo melirik sinis pada tiap tatapan yang mencoba mencari tahu ke arah mereka.

Kemudian, dia meraih tangan Karina dan membawa serta adiknya menuju mobil. “Setuju atau tidak, aku akan tetap menikahkanmu!”

“T-tapi, Mas—” Ucapan Karina terhenti mana kala tangannya terus ditarik oleh Aldo.

Kakaknya membuka mobil dan meminta Karina masuk, sementara Aldo melemparkan barang bawaan adiknya ke bagasi dengan kasar.

Setelah itu, pria itu duduk di kursi kemudi, dan kembali berbicara pada Karina. “Bosku memintamu untuk jadi istri. Dan aku sudah menyetujuinya.”

Mata Karina menatap Aldo dengan pandangan tegas, “Kenapa tiba-tiba? Aku bahkan belum kenal orang itu!” Gamis yang dikenakan Karina bergoyang-goyang sebab dia menghentak-hentakkan kakinya karena kesal.

“Sudahlah, menurut saja padaku!” Aldo tetap pada pendiriannya. “Lagipula, dengan menikah dengannya kamu tidak perlu capek-capek bekerja.”

Karina mengerjap, dia sama sekali tidak menyangka Kakaknya bisa bertindak sejauh ini. Tidak meminta izin menyetujui lamaran orang, lalu tidak acuh pada keresahanya karena belum mengenal si calon suami.

“Tapi Mas ….” Belum sempat Karina melanjutkan perkataannya, lebih dulu Aldo mengangkat tangannya, mengisyaratkan agar Karina tidak lagi berbicara.

Sepanjang perjalanan dari stasiun yang entah dia akan dibawa ke mana … Karina memperhatikan Aldo dengan saksama.

Kakaknya terlihat berubah, sangat. Dulu, Aldo begitu lembut, perhatian dan menyayanginya. Aldo bahkan jadi garda terdepan yang melindungi Karina dari siapa pun yang berniat mengganggunya.

Namun, kali ini … semua kesannya pada Aldo berubah drastis. Aldo yang ada di hadapannya saat ini adalah orang lain yang Karina sendiri merasa asing untuk berada di dekatnya.

Karina mengerjap, ketika mobil yang dikemudikan Aldo memasuki sebuah perkantoran mewah.

“Kita nggak ke rumah Mas Aldo?” tanya Karina.

“Kamu ingin kenal calon suamimu, kan?” tanya Aldo dengan meliriknya sekilas. “Aku ada janji dengannya. Kuperingatkan kamu, sebaiknya menurut jika tidak ingin menerima resikonya.”

Tuas rem tangan ditarik kasar, mesin mobil pun dimatikan kala mereka sudah tiba di parkiran. Aldo lebih dulu keluar, sementara Karina masih memproses informasi yang baru disampaikan kakaknya.

‘Aneh. Mas Aldo begitu memaksa. Apa yang sebenarnya dia sembunyikan?’ katanya dalam benak.

Ketukan di jendela mobil kemudian terdengar. Cepat-cepat, Karina keluar dari mobil sebelum kakaknya itu kembali memarahinya.

“Lelet sekali, sih!” Aldo lantas menarik tangan Karina lagi, dan membawa gadis itu memasuki gedung perkantoran tersebut dengan tergesa-gesa.

Karina sempat memberontak, sebab cengkeraman tangan Aldo di tangannya menyakitinya. Hanya saja, Aldo tidak meloloskan permintaan tersebut hingga sang Kakak mengetuk sebuah pintu ruangan dan masuk begitu suara bariton di dalam sana menyahut.

“Siang, Pak Dewangga.”

Aldo menyapa Dewangga yang sedang duduk membelakangi mereka di kursi kebesarannya. Karina yang penasaran pun memberanikan diri menaikkan pandangannya.

Tidak lama, Pria yang disapa Dewangga oleh Aldo itu memutar kursi dan menghadap mereka, “Jadi, bagaimana, Do?”

Ditatap oleh pria asing yang akan jadi calon suaminya, refleks Karina menunduk lagi. Degup jantungnya pun meningkat lebih cepat.

“Siap, Pak. Ini adik saya, Karina.”

Di tempatnya, Karina memintal-mintal pakaiannya. Dia tidak sadar, jika kini tatapan Dewangga tengah menelanjanginya.

Sebagai seorang wanita, meski memiliki dandanan yang jauh dari kata modis dan tanpa make up, Karina memang terbilang cantik. Kecantikannya itu sudah terpancar alami, meski tubuhnya tertutup oleh pakaiannya yang panjang, juga kerudungnya yang menjuntai menutupi dada.

“Bagus, kalau gitu pernikahannya bisa segera diurus.”

Tiba-tiba, Karina merasakan sebuah keberanian untuk dia menolak. “Tidak … sampai kapanpun saya tidak mau menjadi menjadi istri anda!”

Dewangga terkejut, tetapi pria itu tidak berkata apa-apa selain hanya bibirnya yang membentuk senyum sinis.

Berbeda dengan Aldo yang langsung kembali mencengkram tangan Karina, dan memberikannya tekanan lebih kuat di pergelangan tangan wanita itu.

“Ish … sakit, Mas.”

“Diam atau aku tidak akan pernah lagi mengirim uang untuk biaya pengobatan Ibu di kampung!” ancam Aldo membuat Karina diam mematung.

Memang benar, selama ini, Aldo-lah yang menjadi tulang punggung keluarganya di kampung. Pria itu mengirimkan uang dalam jumlah yang cukup besar untuk keperluan hidup sehari-hari, juga untuk biaya pengobatan Ibu.

Namun, karena belakangan ini uang kiriman Aldo agak tersendat, Karina akhirnya nekad memutuskan diri untuk ikut merantau dan meninggalkan ibunya yang sedang dalam proses pengobatan.

“Maafkan sikap adik saya yang masih kekanak-kanakan sekali, Pak.” Aldo bertutur lembut, mewakili Karina yang masih terdiam. “Dia baru datang dari kampung,” infonya lagi.

Dewangga menghembuskan napas panjang, kemudian berdiri.

Karina menatap Dewangga secara saksama. Pria itu memiliki tinggi yang cukup menjulang, dengan badan yang proporsional, meski otot-ototnya ditutupi jas berwarna hitam.

Rambutnya hitam legam, tatapannya tajam … sehingga membuat Karina segan menatapnya lama-lama meski parasnya sempurna.

“Saya sudah tidak mempunyai banyak waktu lagi. Hari ini saya akan menikahi adik kamu.”

Di samping Aldo, Karina membelo. “Apa? Menikah hari ini??”

q1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status