Share

Bab 3. Kekecewaan Karina

Tidak peduli pada malam yang semakin larut, Karina pun semakin larut dalam tangisnya.

“Ibu … aku mau pulang saja. Kenapa nasibku jadi seperti ini?”

Berulang kali Karina berbicara sendiri dan terus memanggil nama Ibu-nya. Suaranya terdengar pilu membuat siapa saja yang mendengarnya pasti merasa kasihan padanya.

Dalam keheningan malam, Karina berusaha ikhlas menerima pernikahan ini. Semua ini dia lakukan demi ibunya, pikirnya kuat-kuat.

Kendati tentu saja, dia masih berharap Dewangga masih bisa berubah, sehingga pernikahan mereka tidak harus berakhir karena kontrak habis nantinya. Kelelahan menangis, Karina pun akhirnya tertidur.

Keesokan harinya ….

Suara gedoran pintu kamar yang begitu kencang mengganggu Karina yang masih tertidur nyenyak.

“Karina, buka pintunya!!” ujar suara bariton itu, bersahutan dengan ketukan di pintu.

Emosi Dewa semakin meletup-letup, sebab Karina belum juga membukakan pintu. Akhirnya, pria itu berinisiatif menarik gagang pintu yang ternyata tidak dikunci oleh Karina.

Baru juga masuk, Dewa langsung melihat Karina yang sedang tertidur di lantai dan hanya beralas karpet berbulu, "Ternyata begini sifat aslimu, dasar pemalas.”

Umpatan demi umpatan keluar dari mulut Dewa pada Karina.

"Hey bangun!” teriak Dewangga membangunkan Karina menggunakan kakinya. “Apa kamu pikir tugasmu hanya berleha-leha di sini?"

Dewa terus membangunkan Karina dengan caranya. Setelah beberapa lama, akhirnya Karina mulai membuka matanya.

"M-Mas Dewa," lirih Karina terbata-bata dengan suara seraknya.

Karina terkejut saat melihat Dewa sudah berpakaian rapi dan siap mau berangkat ke kantor.

"Apa tidurmu nyenyak, Tuan Puteri?” ketus Dewa membuat Karina bangun dari tidurnya.

Baru juga mengangkat kepalanya, Karina merasa berat sekali mungkin efek menangis semalaman. Karena tidak enak dengan Dewa, akhirnya Karina berusaha untuk bangun.

“Ma-maaf, Mas.”

“Cepat buatkan saya kopi!” titah Dewa.

Karina pun berusaha untuk bangun. Namun, kepalanya tiba-tiba terasa begitu pusing, hingga tanpa sadar dia tidak kuat lagi menopang tubuhnya hingga terjatuh.

Reflek, Dewa segera menangkap tubuh wanita itu. Dalam beberapa saat, keduanya hanya saling pandang. Hingga pada akhirnya, Dewangga tersadar ketika tubuh Karina terasa dangat sangat panas di pelukannya, lalu dia mengeceknya menggunakan tangannya yang ditempelkan ke kening Karina.

“Kamu demam?” tanya Dewangga sambil menatap Karina.

“A-aku—“ Belum sempat menjawab pandangan mata Karina lama-lama menjadi buram.

“Ck, menyusahkan saja.”

Meski kesal karena Karina yang pingsan di pagi hari menyusahkannya, Dewa tetap membawa wanita itu ke rumah sakit.

Dokter di IGD mendiagnosis Karina mengalami maag akut, sehingga dia disarankan untuk rawat inap.

1 jam kemudian, Karina siuman, dengan bau obat-obatan dan rasa janggal di pergelangan tangannya.

Dia mengernyit ketika menyadari sebuah infusan menancap sempurna. “A-aku di rumah sakit?”

Sayup-sayup Dewangga mendengar suara Karina. Pria itu lantas menyimpan ponselnya ke kantong, lalu menghampiri sang istri. “Kupikir, kamu tidak akan bangun lagi.”

“M-Mas Dewa?” gumam Karina baru tahu kalau Dewa berada di sini menemaninya.

“Kalau sudah tahu punya penyakit maag, jangan menyiksa diri sendiri sampai melewatkan jam makan!” ketus Dewa.

“Ma-maaf.” Wajah Karina kembali tertunduk.

Dia menyesali kecerobohannya, tetapi tidak dipungkiri jika harinya merasa sakit saat mendengar Dewa berkata demikian. Sebagai suami, tentu Karina berharap laki-laki itu bisa berkata lebih lembut, terlebih pada istrinya yang dalam keadaan sakit.

“Merepotkan saja.” Meski berkata sinis, Dewa membantu Karina membuka makanan dari rumah sakit. “Makan sekarang!” katanya yang lalu kembali duduk, tidak berinisiatif menyuapkan sang istri.

“I-iya,” kata Karina dengan menahan rasa sesak di hatinya.

Karina perlahan mulai memasukan sesuap nasi ke dalam mulutnya. Di sini, dia berusaha keras menahan air matanya agar tidak tumpah di hadapan Dewangga.

Tidak berselang lama, ponsel milik Dewa berdering. Dengan hanya melihat nama penelepon di layar, Dewa kemudian berdiri dan berujar, “Saya harus segera ke kantor. Saya harap kamu bisa urus dirimu sendiri dengan baik.”

Tanpa menunggu jawaban dari Karina, Dewa pergi berlalu meninggalkan Karina seorang diri. Saat itulah, air mata wanita itu akhirnya meluruh.

“Ya Tuhan, kuatkan aku.”

***

Sudah tiga hari Karina dirawat. Sudah tiga hari juga Dewa tidak datang menjenguknya, setelah pria itu pamit pergi ke kantor.

Hari ini Karina sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Tadinya Karina ingin menghubungi Dewa, tetapi dia urungkan.

Karina juga sudah menghubungi Aldo, tapi respon Aldo malah memberikan alamat rumah Dewa, membuat Karina kecewa. Akhirnya, dia memilih pulang sendiri menggunakan taksi online.

Tidak ada lagi tempat yang bisa dia tuju selain rumah Dewangga. Sesampainya di rumah itu, kening Karina mengernyit karena melihat mobil pria itu ada di sana.

"Jadi Mas Dewa tidak bekerja, tapi kenapa Mas Dewa tidak ke rumah sakit?" gumam Karina.

Sebelum masuk ke dalam rumah, terlebih dulu Karina menguatkan hatinya. Setelah itu, baru dia melangkah masuk memasuki rumah Dewangga.

Deg.

Hal yang pertama Karina lihat adalah Dewangga sedang bersenda gurau dengan seorang wanita.

"Mas Dewa!" ucap Karina membuat Dewangga dan wanita itu menoleh.

Melihat suami kontraknya justru tengah sibuk dengan wanita lain alih-alih memperhatikannya yang sedang sakit, tentu membuat sebuah luka kembali tertancap di hari Karina.

"Oh kamu, sudah pulang," ujar Dewa dengan santainya tanpa rasa bersalah. “Syukurlah kalau begitu.”

"Mas Dewa, siapa wanita ini?" tanya Karina dengan detak jantung yang menggebu.

"Kamu tidak perlu tahu urusanku, Karina.” Dewa berujar lantang, dengan rahang yang mengetat.

“Ingatlah untuk tidak mencampuri urusan masing-masing.”

Karina memejamkan matanya demi menahan rasa sesak di dadanya saat ini. Karina tidak habis pikir dengan Dewangga yang bisa-bisanya membawa wanita lain ke rumahnya disaat Karina tidak ada di rumah.

“A-apa dia yang bernama Sherly? Wanita yang tidak Mama restui?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status