Share

Jadi Pahlawan Tanpa Mengotori Tangan

Ternyata Karen senekat itu, dia tidak pernah memberi tahu jika akan pergi ke desa kami. Kalau tidak Butet yang cerita aku tidak akan tahu. Entah skripsi apa yang mau dibuat Karen, sampai ayah pun jadi objek penelitian.

"Lama Karen di desa, Tet?" tanyaku lagi, masih lewat pesan aplikasi w*.

"Gak lama, kami usir, masa dia minta mau bicara empat mata sama ayah?" balas Butet.

"Apa kata ayah?"

"Ayah tidak mau juga, mamak marah-marah,"

"Ya udahlah," pesanku kemudian.

Karena tak bisa tidur juga, aku ambil wudhu dan salat sunah dua rakaat. Terus berzikir beberapa menit, baru aku bisa tidur.

Aku terbangun karena ada yang gedor-gedor pintu, kulihat jam masih jam tiga dini hari, berarti aku baru tertidur satu setengah jam. Aku coba mengintip dari celah kunci ternyata Umar yang datang. Segera kubuka pintu.

"Mana Karen?" tanyaku kemudian.

"Kutinggalkan, dia mabuk," jawab Umar seraya membuka sepatunya.

"Mabuk?"

"Iya, kalau kau memang peduli, sana jemput," kata Umar lagi seraya menyebutkan tempa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (14)
goodnovel comment avatar
carsun18106
teh sekai ya?
goodnovel comment avatar
carsun18106
bener kok prinsip si tetangga ini salah banget, emang se urgen apa nolong karen sampai meninggalkan sholat, ngga bisa nunggu sholat dulu? aneh
goodnovel comment avatar
carsun18106
jgn lg berkeinginan menceburkan diri utk mengangkat kain dari gorong2
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status