Share

Sebatang Kara

Suara isak tangis tertahan membuat Akbi membuka mata.

Ia belum bisa terlelap meski sudah beberapa jam berbaring di atas ranjang.

Seringkali ia mendengar Bee menangis bahkan hampir setiap malam.

Kenyataan itu belum mampu menggerakkan hati Akbi untuk bertanya kepada Bee, apa sebenarnya yang membuatnya bersedih.

Tetapi saat ini Akbi merasa sangat bersalah, ucapan Bee tadi sore di toilet restoran sungguh menyadarkannya namun Akbi terlalu egois untuk mengakui.

Baru kali ini ia mendengar keluhan sang istri dan itu sungguh menohok hatinya.

Akbi menyibak selimut kemudian menggantungkan kaki hendak turun namun keraguan membayanginya.

Ia hanya duduk beberapa saat dengan kedua tangan di sisi kiri dan kanan menopang pada kasur kemudian menundukkan kepala.

Apa ia harus meminta maaf kepada Bee?

Akbi mengembuskan nafas kasar kemudian menyugar rambutnya kebelakang.

Ia tidak mengerti mengapa perasaan bersalah ini begitu menyesakkan dadanya.

Memutuskan turun, Akbi lalu melangkah ringan menuju walk in
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status