Share

Prickle

Gumpalan awan hitam menutupi seluruh cakrawala. Berkas sinar matahari bahkan kesusahan menembusnya. Angin berembus kencang, mengantarkan tetesan air hujan menggedor-gedor jendela kaca sekaligus menambah parah hawa dingin yang sejak pagi tadi menyelimuti kota Jogja.

Aina termenung di kursinya, memandangi derasnya air yang mengguyur bumi di luar sana. Kilat dan petir bersahut-sahutan, seakan berebut untuk meramaikan suasana. Wanita yang mengenakan seragam abu-abu itu mendekap tubuh. Hawa dingin menusuk tulang. Teh hangat di cangkirnya tak mampu menolong. Jemarinya meraih ponsel, membuka aplikasi chatting, lalu mencari nomor sang suami.

Pukul setengah enam sore. Seharusnya Dipta sudah menjemput. Namun, hingga ruang guru hampir kosong, suaminya itu belum juga menghubungi. Padahal, lelaki itu biasanya menjemput sebelum pukul lima. Sebenarnya dia bisa saja pulang sendiri, kalau hujan di luar sana berhenti. Namun, derasnya air yang turun memaksanya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status