Share

Cerita Nuwa 6

“Oooh, kau, aku kikis kepala botakmu baru kau tahu.” Aku ingin maju, tapi Kai menahanku.

“Jangan marah-marah Nuwa. Anggap saja tong kosong nyaring bunyinya.”

“Tong sampah masih lebih baik daripada dia. Benci sekali aku melihat si tua ini.”

“Sudah, lebih baik kita mandikan kuda-kuda ini. Siang nanti kita pulang.” Kai memang selalu bisa menenangkanku.

Waktu berjalan terus dengan hanya kami berdua saja. Perlahan-lahan aku bisa menunggang dan membawa kuda berlari kencang. Terkadang demi menghindari keributan dengan tentara Xin Hua kami pulang pergi lewat hutan, cari jalan aman.

Hidup berdua dalam himpitan ekonomi yang kadang Tuan Wong jika tidak senang hati, akan membayar gaji kami berdua sangat sedikit. Sering pula kami mencari sayuran liar ketika di pekarangan belakang sudah habis. Apa saja asal kami masih bersama.

Latihan yang diberikan Kai memberikan hasil luar biasa pada tubuhku. Pernah Kai minta maaf padaku. Aku pikir kenapa, rupanya dia ingin menguji daya tahan otot di perutku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status