Share

Enggan

“Nuwa, tenang, letakkan pisaunya,” ucap Dayyan ketika melihat istrinya menatap orang satu demi satu di dalam ruangan.

Wanita bermata besar itu hanya menggeleng. Ingatannya di peperangan masih melekat erat. Ia menyangka masih berada dalam tawanan Xia He. Nuwa menoleh dan melihat Bhani. Rasa-rasa anak itu familiar di matanya.

“Bhani,” ujarnya.

“Iya, iya, dia Bhani,” jawab Dayyan.

“Ibu,” jawab anak itu sambil mendekat.

“Aku bukan ibumu. Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Nuwa sambil tetap memegang pisau.

“Nuwa, tenang. Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Peperangan telah selesai. Xia He sudah mati, kau aman, kita semua aman. Kau kena tembak dan berbaring selama beberapa bulan. Letakkan pisaunya, dan biarkan dokter memeriksamu dulu.” Dayyan mendekat sedikit demi sedikit.

Kemudian ketika sangat dekat dia berhasil merampas pisau buah dari tangan Nuwa. Wanita itu sendiri masih bingung dengan apa yang ada di depan matanya. Terutama Dayyan dan Bhani mengapa harus ada satu kamar bersaman
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status