"Diam atau aku akan menciummu," ancam Wolf.Mengetahui ada seseorang yang yang sedang menguping di depan pintu membuatnya begitu penasaran. Kira-kira, seperti apa reaksi seseorang itu ketika melihat adegan di mana ia dan Yuriko sedang berciuman."Bagaimana bisa aku diam kalau kau--"Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Wolf sudah membungkam bibir Yuriko menggunakan bibirnya. Sontak, Yuriko membeku dengan manik mata terbelalak."Sudah kubilang untuk diam," batin Wolf tersenyum menyeringai. Sepersekian detik kemudian, ia menutup matanya dan membiarkan bibirnya tetap menyatu. Padahal, ia ingin sekali melumat bibir tipis itu, tetapi takut sang empu akan marah.Brak!Suara gebrakan pintu terbuka dengan keras membuat Yuriko tersentak kaget. Akan tetapi, tidak dengan Wolf yang masih pada posisi semula."Maaf-maaf. Kalian boleh lanjutkan apa yang sedang kalian lakukan," ujar seorang wanita.Wolf menjauhkan kepalanya sambil tersenyum sinis. Ia melihat sosok wanita yang sangat-sangat ia kena
"Pa?" protes Wolf. Namun sayangnya, sang ayah tidak menghiraukannya sama sekali."Berapa banyak? Lima ratus juta? Satu miliar? Atau ...""Pa? Wolf tidak membayar Yuri sepeser pun. Wolf menikahi Yuri karena memang Wolf mencintainya dan sangat-sangat mencintainya. Jadi Wolf mohon, berhenti mengatakan hal yang tidak-tidak," ujar Wolf dengan raut memohon.Perasaannya pada Yuriko tidak main-main. Ia berani melakukan segala cara demi mengajak wanita itu menikah. Untuk uang yang ia keluarkan sebelum menikah, anggap saja ia sedang membiayai pengobatan nenek dari istrinya. Jadi, hal itu tidak bisa dikatakan sebagai bayaran karena Yuriko mau menikah dengannya."Papa tanya Yuri dan bukan kau, Wolf," sanggah Antariksa dingin."Tapi apa yang Wolf katakan benar, Pa," kata Wolf berusaha meyakinkan sang ayah agar berhenti menyudutkan Yuriko."Kalau yang kau katakan memang benar. Lalu, kenapa kau terlihat sangat ketakutan? Apa kau takut Yuri akan salah bicara dan semua rencanamu terbongkar?" Antariksa
"Wolf mohon hentikan, Pa! Berapa kali Wolf harus jelaskan kalau Yuri istri sungguhan dan bukan pura-pura?" seru Wolf kesal.Ia sama sekali tidak memikirkan apa yang seharusnya pengantin baru lakukan. Biasanya, mereka akan mengambil cuti dan pergi bulan madu. Akan tetapi, Wolf sama sekali tidak memikirkan hal itu dan justru membuat sang ayah curiga."Bagaimana papa bisa berhenti kalau kau menipu papa seperti ini?" geram Antariksa."Wolf tidak menipu, Papa. Kalau Wolf pergi bulan madu, lalu bagaimana dengan perusahaan? Lagi pula, Yuri juga tidak ingin kami pergi bulan madu," sanggah Wolf berusaha menjelaskan."Kau tidak perlu khawatir. masalah perusahaan papa yang akan urus." Antariksa beralih menatap Yuriko, "Dan kau Yuri, alasan apa yang membuatmu tidak ingin pergi bulan madu? Bukankah sudah sepantasnya pengantin baru pergi bulan madu?""Bukan tanpa alasan Yuri tidak ingin pergi bulan madu, Pa," kata Wolf menimpali.Yuriko terlihat panik dan Wolf bergegas menyentuh jemarinya yang berg
Wolf menoleh ke samping. Tatapan matanya langsung bertemu dengan tatapan mata Yuriko. Istri kontraknya itu melebarkan matanya sambil menggeleng pelan, mengisyaratkan agar ia menolak permintaan ayahnya untuk menginap."Tidak, Pa. Wolf dan Yuri mau pulang saja," tolak Wolf."Memangnya kenapa? Menginap semalam saja di sini dan besok pagi kalian bisa pulang" tanya Antariksa bersikeras."Wolf mau menghabiskan waktu berdua saja dengan Yuri. Mau puas-puasin di dalam kamar dan Wolf tidak ingin ada satu orang pun yang mengganggu." Pria tampan itu menoleh ke arah kakaknya, "Wolf tidak mau ada yang mengintip dan merusak malam pertama Wolf dan Yuri," lanjut Wolf sambil memelototi Cassiopeia."Siapa juga yang akan mengganggu? Sudah kubilang kalau tadi itu aku tidak sengaja." Cassiopeia masih tetap berusaha membela diri.Alasan mengapa ia menguping karena tidak percaya adiknya sudah menikah. Bagaimana mau percaya? Beberapa hari yang lalu saja masih membahas masalah Theona. Dan sekarang, tiba-tiba a
"Yah, bersihkan wajahmu dari riasan sebelum kau pergi tidur," ulang Wolf sambil mengangkat sebelah alisnya."Tidak perlu. Aku biasa tidur menggunakan riasan," tolak Yuriko berusaha sedatar mungkin.Bagaimana bisa ia membersihkan riasan wajahnya, sedangkan ia berusaha menyembunyikan wajah aslinya?"Jangan membantah. Bersihkan riasanmu atau wajahmu akan muncul banyak jerawat," kekeh Wolf. Sepertinya ia lupa wajah asli Yuriko yang pernah ia lihat sebelumnya."Tidak akan. Aku sudah terbiasa tidur tanpa menghapus riasan wajahku," tolak Yuriko lagi.Wolf menghela nafas panjang. "Ya sudah terserah kau saja." Ia beranjak bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Berdiri di depan wastafel untuk mencuci tangan dan menggosok gigi. Setelah selesai, ia membuka lemari penyimpanan di sana dan meraih sikat gigi baru. Meletakkan di gelas penyimpanan dan bergegas keluar."Sikat gigimu berwarna kuning. Jangan bilang kalau kau terbiasa tidur tanpa menggosok gigi," kata Wolf sebelum Yuriko sempat menjawab.
Yuriko membuka matanya lebar-lebar. Bola matanya bergerak ke sana kemari dan menangkap sofa dalam keadaan kosong. Kemudian, ia baru sadar ketika menggerakkan jemarinya. Ia mengusap perlahan dada bidang Wolf sekedar untuk memastikan."Astaga, Tuhan! Kenapa aku bisa tidur di sini? Kenapa juga aku memeluk Pak Wolf?" rutuk Yuriko dalam hati.Wanita itu mengerutkan wajahnya dengan mata terpejam erat. Tidak lupa dengan tangannya yang ditarik secara perlahan. Ia akan bangun dan pindah ke sofa sebelum Wolf menyadari keberadaannya. Jangan sampai Wolf memergokinya tidur di tempat tidurnya. Apalagi sampai memeluknya seperti itu."Mmm." Wolf bergerak secara perlahan mengetahui rencana Yuriko. Melihat pergerakan Wolf, sontak Yuriko berhenti bergerak sambil menahan nafas. Raut wajahnya benar-benar tidak enak takut akan ketahuan. Belum bisa bernafas dengan lega, tiba-tiba Wolf kembali bergerak dan memeluknya erat."Astaga, Tuhan! Apa yang harus aku lakukan sekarang?" batin Yuriko frustasi."Mmm." W
"Ti-tidak, aku ingat. Hanya saja, kau tidak perlu menungguku. Kau turun ke bawah saja dulu dan aku akan menyusul setelah mandi," balas Yuriko sedikit gugup.Sekali lagi, ia harus membuat alasan untuk menyembunyikan wajah aslinya. Jadi, ia harus berusaha agar Wolf mau keluar dan ia bisa dengan leluasa merias wajahnya kembali setelah mandi. Beruntung, ia tidak pernah lupa membawa perlengkapan make up-nya di tas. Jadi, ia tidak akan kesulitan untuk membuat alasan tidak bisa mandi selain di rumahnya sendiri."Tidak bisa. Kita harus turun sama-sama agar Papa dan Mama tidak curiga," tolak Wolf tegas."Kenapa harus curiga? Bukankah Papa sudah percaya seratus persen dengan sandiwara kita?" tanya Yuriko dengan dahi yang berkerut dalam."Memangnya kau lupa, apa yang Papa katakan sebelumnya?" sanggah Wolf balik bertanya.Sebelumnya atau lebih tepatnya semalam, Antariksa mengingatkan akan selalu mengawasi Wolf. Hal itu ia katakan karena tidak mempercayai pernikahan putranya dengan Yuriko."Tentu
"Hah?" Yuriko semakin membelalakkan matanya tidak percaya.Ia tidak berpikir kalau Wolf dan ibunya begitu mirip. Kenapa mereka kompak sekali membahas masalah itu? Kenapa tidak berhenti ketika ia meminta mereka untuk berhenti membahas masalah itu dan justru semakin menjadi-jadi?"Sudah cukup, Ma. Kasihan Yuri sampai terkejut begini," kata Wolf meminta agar sang ibu berhenti."Astaga! Maaf, Sayang, mama hanya bercanda," terkejut Grizeljoy lekas mengusap lengan menantunya berusaha menenangkan."Ti-tidak apa-apa, Ma," balas Yuriko terbata."Ya sudah, sana kalian sarapan dulu. Setelah itu, kalian pergi berbelanja. Kalian tidak lupa, 'kan?" ujar Grizeljoy mengingatkan.Ia hanya tidak ingin putranya melupakan janjinya semalam. Ia juga tidak ingin membuat Yuriko kecewa setelah semalam diperlakukan kurang baik oleh Antariksa. Ya, meskipun akhirnya semua masalah sudah selesai."Iya, Ma. Pokoknya apa pun yang Yuri inginkan dan butuhkan, Wolf akan membelikannya," balas Wolf bersemangat."Bagus. Y