Share

Bab 37: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

Gelisah, harap-harap cemas aku berdiri di dalam kamar inap bayi Bang Bayu. Gadis kecil yang masih sesegukan itu hanya menatap kosong ke arahku. 

Lenganku terulur, menyodorkan susu formula mahal yang kata Bang Bayu adalah favoritnya. Minggu lalu saat ke supermarket, aku melihat sekaleng ukuran tiga kg saja mencapai satu juta rupiah. 

Bayi itu menolak, menggelengkan kepala ke kiri dan kanan. Lalu, tanda-tanda dirinya akan menangis lagi membuatku mundur dan enggan memaksa. 

“Cup, cup ...  sabar, Sayang. Mau biskuit atau bubur?” tawarku. 

Bayi nan cantik itu mengerjapkan mata. Aku paham benar dirinya kelaparan, tapi seluruh tubuhnya sakit hingga selera makannya hilang. 

“Berat badannya turun banyak dalam dua hari, Kak.” Salah satu perawat tadi berbisik. 

Dia mengikutiku ke dalam ruang inap demi memastikan kondisi si kecil sebelum kembali ke ruang jaga. Wajahnya menggambarkan betapa cemas

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status