Yuhuuuu, jangan lupa jejak ya dan follow Igeh author.
“Jadi, senyam-senyum dan merespon pria lain itu tidak salah?” tanya Akbar.“Haahh. Siapa yang merespon pria lain?”“Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lain.”Sussana menghela nafas kesal, “Aku enggak ngerti maksud Mas Akbar.” Akbar melangkah, karena Sussana tidak bergeser dari posisinya. Bahu mereka beradu membuat Sussana oleng dan menghantam dinding.“Auwww,” jerit Sussana.Akbar menoleh dan panik melihat Sussana yang bersandar pada dinding sambil memegang pinggangnya.“Sussana, mana yang sakit?” tanya Akbar. Sepintas dia menyesal karena terlalu emosi dan sedikit kasar pada Sussana. Sussana menghempaskan tangan Akbar yang menyentuh perut dan pinggang Sussana.“Nggak usah pegang-pegang. Cemburu aja dibesarkan,” ucap Sussana lalu berjalan tertatih menuju ranjang. Akbar mengikuti Sussana tapi tidak berani menyentuhnya. “Sayang, masih sakit? Kita ke rumah sakit. Aku takut kamu kenapa-kenapa,” sahut Akbar.“Kalaupun ada apa-apa dengan anak aku, jelas itu karena Mas Akbar,” ujar
Hari sudah hampir tengah hari, Sussana masih harus menikmati kontraksi yang muncul dan hilang. Menggenggam salah satu tangan Sussana yang terkadang mencengkram ketika rasa nyeri muncul. Perawat mengatakan Sussana sudah sampai pada pembukaan enam. Meski tidak terlalu paham dengan jenis pembukaan dan seperti apa bentuknya, Akbar hanya mengangguk dan memastikan jika yang dialami Sussana adalah hal yang wajar ketika seorang wanita akan melahirkan.“Shhh,” Sussana mendesis menahan nyeri sambil terus mengatur deru nafasnya. Zudith dan Halimah sedang berada di kantin Rumah Sakit untuk makan siang. Gerry masih setia di depan ruangan tindakan khawatir jika Akbar membutuhkan sesuatu.Teringat proses Sussana melahirkan anak pertamanya, dimana dia yang setia menemani persalinan bersama Halimah.“Sayang,” ucap Akbar sambil menyeka keringat yang membasahi kening juga leher Sussana. Sussana menoleh pada Akbar yang terlihat sangat khawatir. Meski hanya mengenakan kaos putih dan celana chinos pendek b
Sudah dua tahun berlalu sejak Sussana melahirkan. Yuna putri dari Akbar dan Sussana sedang aktif-aktifnya. Sussana yang sedang mengandung anak ketiganya kewalahan mengasuh putri tercintanya. Saat ini Akbar dan keluarga kecilnya tinggal di kediaman Yudha. Merenovasi paviliun belakang menjadi bangunan baru untuk tempat tinggal Akbar dan Sussana juga buah hatinya. Akbar semakin posesif pada Sussana, apalagi saat ini Sussana kembali mengandung keturunannya. Jika di keluarga pada umumnya, sang istri yang akan terus menghubungi suami untuk mengetahui aktifitas dan keberadaannya. Keluarga ini kebalikannya, Akbar yang sering menghubungi Sussana menanyakan apa yang sedang dia lakukan. Meskipun jawabannya akan selalu sama, yaitu menjaga Yuna putri mereka. “Baru satu jam yang lalu Mas Akbar kirim pesan menanyakan aku sedang apa, nggak bosan apa bentar-bentar pegang ponsel kayak ABG sedang jatuh cinta,” ujar Sussana melalui panggilan telepon. “Aku memang sedang jatuh cinta. Cinta pada istriku,
“Hai sayang,” sapa Maya pada Aldi yang baru saja tiba. Aldi mendengus kesal, sebenarnya dia tidak ingin menyanggupi pertemuan ini tapi Maya selalu memiliki cara untuk memaksanya. Maya yang mengenakan celana jeans dan atasan berjenis ruffled top terlihat berbeda karena tubuhnya yang lebih ramping. “Sejak kapan kamu bebas?” “Hei, kenapa pertanyaan kamu seakan tidak suka jika aku sudah bisa menikmati kebebasan ini.” Aldi menghela nafasnya, “Maya, aku sebenarnya enggan untuk menyanggupi pertemuan ini. Kenapa? Karena semua yang terjadi karena kamu, ulah kamu. Kalau saja aku tidak terpedaya oleh mulut manis kamu, mungkin aku tidak akan menghabiskan hampir dua tahun di hotel prodeo,” keluh Aldi. Maya terbahak, “Kenapa kamu malah menyalahkan aku, bukankah saat itu kamu sangat bersemangat ketika aku menyampaikan ide untuk mengerjai Sussana. Kamu sangat antusias untuk balas dendam.” “Tapi yang kita rencanakan tidak seekstrim yang terjadi. Kamu benar-benar psycho.” Maya hanya tersenyum, “
Sussana sudah berada di rumah. Bahkan sudah kembali bermain dengan Yuna. Barang dan perlengkapan yang dibeli sedang dirapikan oleh Mer di kamar bayi sebelah kamar tidur Akbar dan Sussana yang terhubungkan dengan connection door.“Mommy,” teriak Yuna sambil melompat-lompat saat melihat kucing yang berjalan mendekat.Sussana hanya tersenyum gemas melihat tingkah lucu putrinya. Tiba-tiba teringat Saka, lalu meraba liontin kalung atas nama putranya.“Sussana,” panggil Akbar menyadarkan dari lamunannya .“Loh, Mas Akbar sudah pulang?”“Hmm. Di mana Mer?”Sussana menoleh ke arah kamar, “Sepertinya masih membereskan perlengkapan.”“Mer,” panggil Akbar. Tidak lama kemudian, perempuan berumur hampir empat puluh tahunan itu pun muncul. “Iya, Pak.”“Jaga, Yuna. Ada yang harus saya bicarakan dengan Sussana,” titah Akbar.“Baik, Pak.”Akbar membantu Sussana bangun dari duduknya. “Ada apa sih Mas?” tanya Sussana bingung saat berjalan menuju kamarnya dalam rangkulan Akbar.“Duduklah,” pinta Akbar
Akbar sudah tiba di kediaman Yudha Mahesa, berjalan melalui jalan samping menuju paviliun tempat tinggalnya dengan sedikit tergesa. Pertemuan dengan Maya sungguh membuat moodnya berantakan.“Mas Akbar sudah pulang? bukannya tadi bilang hari ini sibuk,” ucap Sussana saat melihat Akbar sudah bergabung di ruang keluarga. Belum menjawab pertanyaan Sussana, karena saat ini memilih meraih Yuna ke dalam gendongannya dan menggesekkan hidungnya di perut Yuna membuat bocah itu tertawa kegelian.Setelah puas menggoda Yuna, lalu diserahkan pada Mer pengasuhnya, “Ikut aku,” ajak Akbar sambil meraih tangan Sussana agar berjalan mengikutinya menuju kamar mereka. Mengunci pintu setelah keduanya sudah berada di dalam, “Kenapa di kunci?” tanya Sussana.Akbar bergeming, lebih memilih melepaskan jas dan ikatan dasi di lehernya termasuk sepatu yang membungkus kedua kakinya. Sussana hanya bisa menatap aneh sikap Akbar, bahkan kini suaminya sudah membukan satu persatu kancing kemeja.“Mas Akbar kenapa?”Akb
“Hmm. Pastikan kalian mengawasi pergerakannya. Termasuk pelajari orang-orang yang dia temui. Saya tidak percaya kalau wanita itu sudah sadar dan benar-benar tulus minta maaf,” ucap Akbar lewat panggilan telepon.Akbar menoleh pada Sussana yang sudah terlelap, setelah mengakhiri panggilan telepon. Beranjak keluar dari kamarnya menuju kamar Yuna. Mengusap kepala putrinya yang telah terlelap lalu mengecup lama keningnya.“Sleep tight, princess.”Akbar kembali ke kamarnya, merebah di samping Sussana dengan posisi berbaring miring berhadapan. “Kamu terlalu baik, sayang. Mudah percaya dengan hasutan orang. Aku pastikan Maya tidak akan bisa melukaimu lagi,” ucap Akbar lalu merengkuh Sussana ke dalam pelukannya dan mencoba terlelap.***“Aku akan bawa target ke lokasi, kalian cukup melaju dengan kencang. Jika berhasil wanita itu akan mati, kalaupun meleset aku yakin dia akan luka parah. Apalagi saat ini dia sedang hamil, akan sangat sulit menghindar. Kalau perlu biarkan dia hidup menderita ka
Pagi itu, kegiatan Sussana berjalan seperti biasa. Menyiapkan keperluan Akbar lalu mengurus Yuna yang tentu saja dibantu Mbak Mer, pengasuhnya. Setelah Akbar berangkat ke kantor, Sussana mengajak Yuna ke taman tidak jauh dari kediaman mertuanya.Berada di komplek pemukiman mewah yang memiliki fasilitas yang cukup mendukung. Seperti saat ini, Yuna yang berada di taman komplek asyik bermain dengan arena yang ada disana. Sussana hanya mengawasi sambil duduk pada kursi taman.Ponsel yang berada dalam sakunya bergetar, ternyata ada pesan masuk. Pesan yang dikirim oleh Maya. Sekilas Sussana heran dari mana Maya mendapatkan kontaknya, sedangkan mereka tidak pernah saling tukar informasi kontak.‘Sussana, aku mengundangmu hadir untuk perayaan kecil-kecilan atas dibukanya butik aku.’‘Aku berharap kamu datang.’‘Ini aku share lokasinya’Sussana menghela nafasnya, ingin memenuhi undangan Maya tapi Akbar pasti tidak akan mengijinkan. Menjelang siang, Sussana sudah bersiap berangkat. “Mbak Mer,