Share

Tangis Arunika

Arunika memejamkan matanya. Menikmati terpaan angin yang menyapu wajah ayunya. Kerudung navy ikut beterbangan mengikuti arah angin. Sang Surya telah meninggalkan singgasananya, dan telah berganti dengan rembulan yang tampak malu-malu di balik awan yang mulai mendung. Azan berkumandang sudah 15 menit yang lalu, tapi Arunika belum juga beranjak dari duduknya. Jadwal tamu bulanan, membuatnya tak bisa melaksanakan sholat. Ada perasaan nyaman saat ia tengah sendiri, senyaman ketika pelukan Ibu menghangatkannya dikala ia ditimpa kegusaran.

Arunika merasa terganggu dengan suara bising ponsel yang terus berbunyi dari dalam saku jas putihnya. Ia mendengus, seharusnya ia letakkan saja ponsel itu di ruangannya.

“Assalamualaikum,” sapa Arunika dengan nada malas setelah menggeser layar ponselnya.

“Kamu dimana, Run?” tanya suara di seberang sana.

“Ada apa?”

“Aku lihat mobilmu masih terparkir di rumah sakit. Kamu masih ada jadwal?”

“Tidak.” Jawab Arunika singkat. Matanya menerawang, mengingat obrol
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status