Bima mengelus rambut Brian dengan lembut. Dia merangkulnya dan mencium kening Brian lembut."Kita akan bahagia selamanya," ucap Bima."Ibu tidak bisa janji tapi akan ibu usahakan kalau kita akan bahagia selamanya," imbuh Dara.Brian sepertinya sangat senang dengan ucapan kedua orang tuanya. Dia jadi lebih percaya diri sekarang."Asyik, aku jadi punya orang tua lengkap sekarang," ucap Brian."Doakan kami sampai tua bisa menjagamu," ucap Bima.Brian mengangguk senang. Setelah mengantar Brian ke kamarnya Dara berpamitan pulang. ***"Ayah," sapa Dara lalu merangkul ayahnya yang sedang duduk di sofa ruang tamu."Ternyata anak gadis ayah sudah pulang," balas Tuan Subroto."Ayah sudah makan malam?" tanya Dara."Ayah menunggumu," jawab Tuan SubrotoDara menemani ayahnya makan malam. Dia sudah makan tadi bersama Bima tapi dia tak ingin membuat ayahnya kecewa jadi menemani sang ayah makan."Makanan ibu memang yang terbaik," ucap Dara."Anakmu juga nanti akan berkata seperti itu," balas Nyonya
"Tentu saja kalian berdua," jawab Sela berapi-api.Bima merenggangkan tubuhnya, lalu berdiri perlahan. Dia merangkul anaknya yang sudah pulang sekolah itu."Brian, kembali ke mobil sama ibu dulu, ya," pinta Bima."Baik," jawab Brian.Dara menggandeng Brian menuju mobil. Sela sempat mau menghalangi mereka agar tidak pergi tapi Bima lebih dulu menahan Sela agar tak membuat onar."Jangan ganggu kebahagiaan anakku," ucap Bima."Kamu lagi-lagi tak mengijinkan aku bertemu anakku," balas Sela."Karena kamu wanita tidak punya aturan. Jadi untuk apa menemui anakku?" tanya Bima."Aku ibunya berhak bertemu dia. Walaupun aku tak punya aturan aku tetap ibu yang melahirkan Brian," jawab Sela.Sela masih ingat bagaimana dia kesakitan mempertaruhkan nyawa melahirkan Brian. Bahkan tubuhnya menjadi gendut setelah mengandung dan melahirkan. Dia harus diet dan perawatan agar tubuhnya kembali singset dan area kewanitaannya kembali menjepit sempurna."Begitu dangkal pikiranmu," ucap Bima."Memang itu yang
Sela maju selangkah lebih dekat dengan Bima, memang Sela tidak pandai membaca situasi dan terus membuat masalah.“Brian sama sekali tidak menghargai aku sebagai ibunya,” jawab Sela.“Kenapa Brian, tidak menyapaku. Brian seolah tidak menganggapku ada, apa itu yang diajarkan oleh wanita kesayanganmu?” hardik Sela.Bima tertawa mendengar pertanyaan dari Sela yang menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dia perbuat sendiri.“Pikir pakai otak pintarmu itu, kenapa anakmu bisa bersikap dingin kepada ibunya sendiri,” jawab Bima.“Ayah, ayo pulang,” rengek Brian semakin tidak nyaman ada Sela.“Jadi jangan salahkan orang lain, karena kelalaianmu sendiri,” balas Bima.Sela tertunduk lemas, saat melihat sikap Bima yang dingin dan sikap Brian yang acuh tak acuh terhadapnya. Padahal dia niat ingin merebut Brian dari tangan Dara, tapi sepertinya cara ini sangat mustahil.***“Kenapa tak kamu ambil paksa saja anakmu?” bisik Irma yang entah darimana datangnya.“Ambil paksa? Apa kamu sudah gila. Mel
Brian jadi tidak merajuk lagi karena mendengar kata hadiah. Padahal tidak ulang tahun kenapa dia mendapatkan hadiah, itu cukup membuatnya gembira.“Hadiah makanan yang lezat,” ucap Brian.“Oke, kalau begitu ibu akan memasak makanan yang enak untukmu,” balas Dara.“Hore,” ucap Brian.Sangat mudah mengatasi anak kecil yang sedang merajuk, tinggal memberikan apa yang dia mau tapi tidak semuanya dituruti, kadang juga Brian merajuk dengan Dara karena tidak dituruti apa yang dia inginkan. Dara hanya mengajarkan kepada Brian agar tidak menjadi manja, dan semua yang dia inginkan tidak semuanya harus didapatkan.***“Kita sudah sampai rumah,” ucap Bima.“Ayah, ibu tidak bekerja?” tanya Brian.“Setelah masak makan siang untukmu, ibu akan kembali ke kantor,” jawab Dara.“Oke, bu,” balas Brian.Dara masak sederhana siang ini karena harus kembali ke kantor. Setelah makan siang bersama dengan Bima dan Brian dia berpamitan dengan Brian untuk bekerja di perusahaan sang ayah.“Hati-hati ibu dan ayah,”
Rizal meninju ke arah Bima, kali ini dia berhasil mengenai telapak tangan Bima. Alias tinjunya berhasil dihalau oleh Bima."Sial!" umpat Rizal."Kalau mau jadi jagoan lebih baik fokus dulu," ucap Bima.Pria berstatus duda itu memiting tangan Rizal sehingga berada di punggung. Rizal mengerang kesakitan."Baru segini sudah teriak, dasar lemah," ledek Bima."Kamu curang," ucap Rizal."Aku tidak curang," balas Bima."Tapi aku menggunakan tak tik, aku cerdas tidak banyak gaya sepertimu," imbuh Bima.Rizal sangat kesal karena berkali-kali kalah dengan Bima."Lepaskan, kita bertarung secara jantan saja," ucap Rizal."Baru begini saja kamu kalah mau bertarung secara jantang bagaimana?" tanya Bima.Rizal menggertakkan giginya kesal. Bagaimana bisa dia harus berulang kali kalah dari pria bernama Bima ini."lepaskan dulu. Kita bertarung di ring tinju saja," jawab Rizal."Aku tidak setuju," teriak Dara yang melihat mereja berkelahi.Dibelakang Bima ada Tuan Subroto juga. Beliau melihat Rizal dan
Beberapa menit kemudian Bima sudah sampai di perusahaan Dara untuk menjemputnya. "Makan malam dulu bersama kami," ucap Tuan Subroto."Akan lebih malam nanti aku mengantar Dara kembali kalau makan malam dulu," balas Bima."Baiklah, hati-hati, ya," ucap Tuan Subroto.Bima dan Dara sudah pulang menuju kediaman Tuan Handoko. Di sana mereka di sambut dengan hangat oleh Tuan dan Nyonya Handoko."Eh, pengantin baru," ucap Nyonya Handoko."Kami belum resmi menikah," balas Bima."Ya sudah deh, calon manten," ucap Tuan Handoko.Bima mengatakan apa maksudnya datang ke rumah orang tuanya. Bima ingin melihat gaun pengantin milik Nyonya Handoko yang dulu dipakai menikah.***"Lewat sini," ajak Nyonya Handoko."Ayo, Dara," ucap Bima.Dara mengangguk, dia masih penasaran dengan gaun pengantin yang katanya megah dan bagus dimasanya. Seperti apa gaun itu, bukankah bagus di waktu lalu belum tentu cocok di masa sekarang. Pasti beda jaman beda memaknai kata bagus.Jantung Dara berdebar ketika sudah sampa
Brian menoleh ke arah Bima, senyuman menawan muncul di wajah tampannya. Tentu saja dia tidak mengerjakan PR semalam karena merajuk. “Ayah, bagaimana ini, aku belum mengerjakan PR,” jawab Brian. “Karena itu adalah ulahmu sendiri, ayah hanya ingin bilang, kamu harus mengadapi masalahmu,” balas Bima. Brian mengangguk, dia akan menjadi lelaki hebat nantinya jadi mau tak mau dia harus berangkat sekolah dan mengakui pada gurunya tidak mengerjakan PR. “Ayo berangkat, aku siap dihukum sama ibu guru,” ajak Brian bersemangat. “Anak yang pintar, ibu pasti bangga padamu,” balas Bima. “Iya lah, aku adalah lelaki yang hebat di masa depan,” jawab Brian. Bima menahan tawa, Brian mempunyai rasa percaya diri yang tinggi seperti Bima. Anak itu sekarang lebih mudah mengekpresikan diri dan tidak takut melakukan kesalahan."Kalau begitu, ayah akan mengantarmu ke sekolah tanpa mengerjakan PR," ucap Bima."Oke, lest go ayah," balas Brian.Brian dan Bima pergi ke sekolah menggunakan mobil.Seperti bias
Sela berlutut memegang kaki Bima, dia berderai air mata meminta belas kasihan Bima."Aku benar-benar minta maaf, Bima," ucap Sela."Aku sudah memaafkan. Aku juga sudah melupakan kejadian masa lampau. Tapi untuk mengulangi hidup bersamamu, aku tidak akan sanggup," jawab Bima.Bima sudah tidak mau menderita lagi hidup dengan orang yang salah. Lebih baik memulai kehidupan yang baru, dengan orang yang baru dan suasana yang baru."Bima, tidak adalah kesempatan lagi bagiku untuk hidup bersamamu?" tanya Sela."Tidak, aku sudah akan menikah dengan gadis pujaan hatiku, jadi tolong jangan muncul kalau hanya untuk membuat onar," jawab Bima.Sela masih menangis, dia ingin menunjukkan kepada Bima kalau dia sangat menyesal dan tidak akan mengulangi kesalahan dimasa lalu.Tapi hati Bima sudah terlanjur terluka. Kalau dipaksakan rujuk demi anak rumah tangga juga tidak akan bisa berubah lebih baik."Pergilah," pinta Bima."Tapi aku tidak mau pergi. Tolong kabulkan satu permintaanku," ucap Sela."Katak