Share

8. Sarapan Pecel dan Belajar Renang

Anye menyelinap masuk ke kamar Anjas setelah terlebih dahulu mengetuk pintu.

Memang sudah kebiasaannya sejak dulu, akan langsung masuk setelah mengetuk pintu tanpa menunggu dipersilakan masuk terlebih dahulu oleh si pemilik kamar.

"Ups, maaf Mas!" Anye spontan menutup kedua matanya lalu memutar tubuh membelakangi.

"Kebiasaan lama belum hilang juga rupanya," omel Anjas seraya menyambar bathrobenya.

Pemuda itu tadi hanya mengenakan boxernya saja.

"Maaf, Mas ... aku tadinya mau mengajak Mas sarapan pagi bareng, tapi rupanya Mas Denis harus segera pulang setelah menerima telpon dari papanya.

Mas belum sarapan kan?"

"Aku tadi minta Dito membuatkan jus alpukat saja, mau nimbrung khawatir mengganggu kebersamaan kalian, jadinya ya ... "

"Maafin aku ya, Mas. Beneran gak nyangka Mas Denis akan datang tadi setelah aku bilang gak bisa ikut jogging karena kesiangan bangun."

"Its okay, jadi udah pada kelar sarapannya?"

Anyelir menggelengkan kepalanya.

"Aku gak selera makan nasi goreng seafoodnya, Mas ... tadinya aku mau buat pecel, semua sayur tinggal disteam aja, saus kacangnya juga sudah ready tinggal ditambahin air hangat , tapi Mas Denis bilang biasa sarapan nasi goreng seafood.

Jadinya aku kasi ke Dito aja nasi gorengku begitu Mas Den pulang tadi.

Maas, aku lapeer ... kangen pecel racikan kamu," rengek Anyelir sembari melingkarkan kedua tangannya ke leher sang kakak sepupu.

Anjas menelan air liurnya dengan susah payah. Perlahan tubuh Anye kembali merapat ke tubuhnya ketika gadis itu menyandarkan kepala ke dada sang kakak sepupu tanpa melepas posisi kedua tangannya pada leher sang pemuda.

" Oke, kita buat pecel dulu. Setelah itu Mas mau renang sebelum pulang ke apartemen siang nanti."

Anye yang semula excited spontan manyun lagi.

"Mas mau pulang siang nanti? Cepet banget, Mas. Aku masih kangen!" Anye mengencangkan rengkuhan kedua lengannya sembari menatap Anjas dengan puppy eyesnya.

"Mas mau nyiapin bahan untuk mengisi seminar di Dies Natalis kampusmu, senin besok. Prof. Hadinata mendadak berhalangan hadir."

"What! That's awesome ... itu keren banget, Mas."

Keduanya saling menipiskan jarak sembari fokus pada bibir lawan bicara yang begitu menggoda.

Anjas begitu hanyut pada keharuman rambut dan tubuh Anyelir yang memanjakan penciumannya.

"Nye, kita gak boleh seperti ini," lirih Anjas berbisik. Ia raih tangan Anye, melepaskan rengkuhan tangan itu pada lehernya dan menurunkan keduanya pada kedua sisi tubuh sang jelita yang baru saja memejamkan kedua matanya.

Wajah Anye merona karena malu. Lekas ia berbalik dan berlari meninggalkan Anjas yang hanya bisa bergeming menyesali kelemahannya.

Sepeninggalan Anye, Anjas bergerak menuju dapur dan segera meracik pecel favorit mereka. Begitu selesai segera ia mendial nomor kontak Anye dari ponselnya.

"Kamu mau nemeni Mas sarapan di sini atau Mas anterin pecelnya ke kamarmu, Nye?" tanya Anjas to the point.

"Aku ke sana aja, Mas!" jawab Anye cepat.

Gadis yang turut mengenakan bathrobe itu kini duduk menikmati pecelnya di sisi sang kakak sepupu yang juga lahap menyantap aneka daun berselimutkan saus kacang kesukaan mereka.

"Suka?"

"Banget, Mas! Sudah lama banget gak nikmati pecel racikan istimewa kamu.

Ntar siang menu kita gado-gado ya, Mas plus sate kambing Cak Somad.

Aku pengen makan di warungnya seperti dulu. Temani aku ya, Mas! Pulangnya aku mau mampir ke apartemen kamu, boleh kan ya, Mas?"

Anjas hanya mengangguk sembari menuntaskan sarapan paginya yang sudah agak kesiangan.

"Mas, yuk ajarin aku berenang!"

"Loh, bukannya dulu sudah hampir bisa, Nye?"

"Nope, aku cuma mau berenang ditemani kamu, Mas.

Aku gak berani kalo gak sama kamu."

Keduanya lantas menuju kolam renang selepas menanggalkan bathrobe dan melemparkannya di kursi santai.

Lagi-lagi Anjas hanya bisa menelan air liur dengan susah payah sembari menghela napasnya.

Semestinya ia menundukkan pandangan. Sungguh berenang bukanlah ide yang bagus ketika mendapati Anye hanya mengenakan bikini merah muda yang cuma menutupi aset-aset kewanitaannya yang terlihat begitu menggoda iman.

Tubuh mungil gadis itu nyatanya telah berkembang dengan sempurna dan sangat indah. Lekukannya membuat Anjas harus berjuang setengah mati agar tidak kehilangan fokus.

"Mas, aku masih takut!" Anye bergeming kala Anjas memintanya untuk bergabung dengannya di kolam.

Akhirnya Anjas naik kembali dan menuntun gadis itu memasuki kolam dengan bergelayut di leher sang pemuda.

Anjas meraih pinggul gadisnya, tak menafikan rasa sesak pada bagian selatan tubuhnya yang mendesak minta dibebaskan.

Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Sepuluh menit berlalu Anjas dan Anye hanya berada dalam posisi berpelukan di tepian kolam.

"Nye, its never gonna work. Mungkin lebih baik suami kamu nanti saja yang mengajarimu berenang.

Maafin Mas ya, Sayang."

Anye bergeming.

Menulikan telinganya.

Ia bahkan memejamkan kedua matanya.

Mengabaikan kemungkinan ada yang melihat keduanya dalam pose intim yang ambigu.

"Ssst, tolong Mas! Sekali ini saja ... izinkan Anye dalam posisi ini dua menit lagi saja,, Anye sungguh Kangen sama Mas Anjas!"

"Menikah sama Mas ya, Nye." bujuk sang pria.

"Biar Mas yang bicara sama Denis."

"Tapi Mas ..."

"Tapi apa lagi, Nye?

Kamu masih cinta banget ya sama dia?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status