ASU : udh pulang?
Istriku : tumben tanya. Tadi mukaku kusut kok enggak ditanyain? Nilaiku jelek loh, Dit!
ASU : y udh.
Siapa yang tidak mendelik membaca isi pesan Raditya yang terkesan kaku itu? Benarkah sang residen jatuh hati pada Valentina? Kalau benar, kenapa sikapnya masih sedingin alaska? Apa setan yang merasuki jiwa Raditya sudah bosan dan angkat tangan akibat sikap Valentina?
Gadis itu menggeleng cepat menepis anggapan tersebut. Dia merasa sudah menjadi istri yang baik, tidak bar-bar, juga mau membersihkan rumah. Lantas, apalagi yang diminta Raditya?
"Apa dia denger aku dapet
"Maaf, Bu, tadi ban saya mogok eh bocor," tukas Valentina berbohong seraya memilin kancing jas praktik, tertunduk tak berani bertemu pandang dengan perawat jaga tengah menghardiknya akibat keterlambatan. Untuk saat ini alasan paling logis adalah ban bocor dan motor mogok kan? Sebenarnya bisa jadi dia berkata terjebak macet, tapi kemungkinan besar kalau alasan itu tidak bakal diterima. Apalagi di atas jam tujuh, jalanan sudah mulai normal. Mana mungkin Valentina berkata jujur kalau dirinya nyaris bercinta dengan Raditya.Bisa menimbulkan kegaduhan nanti, Raditya melepas keperjakaan setelah 30 tahun bersamabocil.Tidak! Valentina akan menyimpan rapat-rapat urusan rumah tangga memalukan satu itu. Namun, keterlambatannya hari ini tidak bisa ditolerir sebagai anak magang yang wajib berkelakuan baik
"Valentina!"Anjir! Apalagi ini?Suara itu seketika menghentikan langkah kaki Valentina sewaktu menyusuri lorong ke laboratorium untuk mengantarsampledarah. Lantai abu-abu tempatnya berpijak saat ini malah berpihak kepada si pemanggil dan tidak mengizinkan Valentina berpindah barang semeter pun. Sial sungguh sial, kenapa hari ini orang-orang sangat sensitif padanya? Namun, otaknya justru memaksa Valentina memutar tubuh menilik suara yang sudah lama tidak didengar.Gadis dengan harnet di rambut itu tercengang bukan main. Jikalau bisa, bola matanya sedari tadi sudah menggelinding dan bersembunyi di balik pohon mangga. Napasnya saja mendadak naik-turun tak berirama seakan udara di sekitar terisap kuat oleh mesin raksasa. Hati Valentina me
"Gimana?" tanya Valentina sembari memegang spatula dan mencelang ke arah Raditya. "Enak kan?"Raditya terbatuk-batuk, nyaris tersedak menatap istrinya tengah meminta pendapat namun terkesan ingin menggebuk. Segera dia meneguk segelas air di sisi kanan sampai habis dan mengambil napas sebanyak-banyaknya. Kemudian merebut spatula yang cukup keras bila terkena kepala seraya berkata, "Enak kok enak. Kamu udah bisa bedain garam sama gula. Semuanyaperfect."Mulanya Raditya agak trauma melihat hasil masakan sang istri mengingat bekal yang dibawakan dulu sangat asin. Tidak terlalu berekspektasi tinggi, Raditya mencicip sedikit nasi dan ayam saus inggris buatan Valentina. Tak disangka-sangka kombinasi kecap inggris, kecap asin, saus tiram, hingga minyak wijen seimbang. Tidak terlalu pekat juga tidak terlalu encer. Radit
Ini yang ditunggu-tunggu Valentina selama masa pendidikan ners yang tidak melulu di rumah sakit. Akhirnya, dia bisa praktik di salah satu panti jompo milik dinas sosial Surabaya. Secara teori, merawat lansia memang lebih mudah hanya harus ekstra sabar dalam menghadapi tingkah orang tua seperti anak-anak. Saat ini, di bawah teriknya matahari yang memanasi kota Pahlawan, Valentina bersama dua puluh orang mahasiswa yang tergabung dalam gerbong dua angkatan ners kedelapan tengah mendengarkan arahan dari salah satu kepala tim perawat.Seorang lelaki berusia 30 tahun berperawakan gagah mengenakan seragam hijau zamrud, rambut ikal kehitamannya tampak berkilau efek pantulan sinar mentari. Belum lagi mata bulat, alis menukik tajam, dan senyum menawan perawat di depannya mengingatkan Valentina akan aktor Alex Roe. Dia memperkenalkan diri sebagai Roby, lulusan dari kampus tempat Valent
"Kamu serius enggak ngukur tensinya? Masa dari angka dua ratus langsung anjlok ke 120?" tanya Raditya menunjuk lembar observasi milik koas. "Kalau pun captopril udah masuk biasanya enggak sampai segini, sana tensi lagi! Jangan coba-coba bikin data siluman ya! Kamu kira orang stroke infark gitu enggak bahaya?""Baik, Dok," ucap si koas lalu berjalan cepat mengukur kembali tekanan darah pasiennya di ruang bedah saraf laki-laki.Raditya menulis jawaban konsultasi dari dokter saraf sambil sesekali menggerutu pelan karena seharian ini harus mendampingi koas, menggantikan jaga teman satu timnya karena sakit, hingga persiapan ujian akhir sekaligus riset tentang tesis. Belum lagi harus mendapat omelan dari dokter pembimbing ketika lelaki itu sempat salah menuliskan terapi obat. Beruntung obat yang ditulis di resep, belum diambil oleh
"Radit!" teriak Valentina begitu mematikan mesin motormaticdi teras rumah. "Hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga. Hai, Raditya yang sudah enggak perjaka, hai, Raditya yang sudah enggak perjaka. Tanpa uang aku susah, tet tet tet tet ..."Suara sumbang itu memenuhi tiap sudut rumah tanpa memedulikan tetangga yang bisa saja terganggu karena mendengarnya. Apalagi Valentina mengubah lirik penuh percaya diri seakan-akan dialah vokalis utama selanjutnya menggerakkan bahu bak aktor Bollywood sambil terus mendendangkan lagu Rhoma Irama. Dia melempar begitu saja sepatu pantofel ke atas rak, mengabaikan salah satu sepatunya terjatuh ke teras lalu berputar bagai balerina kala mendapati Raditya sedang duduk dan membaca buku kedokteran di ruang tamu. Dia mencolek dagu suaminya dengan kerlingan lantas bergegas ke kamar untuk ganti baju sebelum membersihkan rumah, namu
Nomor yang Anda tuju sedang berada di luar jangkauan ..."Ck!" Raditya berjalan cepat menyusuri lorong rawat inap menuju parkiran mobil setelah kunjungan malam juga menyelesaikan laporan kasusnya. Pukul sepuluh lewat beberapa menit, dia baru bisa keluar dari rumah sakit setelah hampir dua belas jam lebih berkutat dengan pasien-pasien.Sejak tadi sore setelah Valentina memutuskan sambungan telepon akibat adanya kesalahpahaman, Raditya berusaha menghubungi istrinya lagi. Namun bolak-balik dia tidak kunjung menjawab panggilannya justru dialihkan ke kotak suara. Julia yang melihat itu salah tingkah dan buru-buru meminta maaf sudah membuat masalah baru. Raditya menggeleng, menepis anggapan tersebut dan berkata jika Valentina memang sensitif saat hamil.Ta
"Si kampret ... dibilangi juga jangan asal kasih stempel malah merah-merah leherku sekarang," gerutu Valentina memulasconcealerdi beberapa titik leher jenjangnya. Jika diberi kesempatan untuk memutar waktu, ingin rasanya gadis itu mengikat bibir Raditya agar tidak sembarangan memberi jejak sensual di tempat terbuka. Lagi pula kenapa sejak puas mencicipi surga dunia tersebut, Raditya seolah-olah ketagihan heroin padahal ada yang lebih candu daripada sekadar bercinta.Makan mi instan misalnya atau lihat grup K-pop comeback di Youtube."Enak sih enak, tapi enggak tiap malam juga dia minta jatah," cibirnya sepelan mungkin menepuk-nepuk bagian di mana Raditya memberikan kecupan teritorial dengan jari. "Dikira aku enggak ada kerjaan apa? Apalagi habis stase jiwa ada ujian, kalau nilai