“Tidak mungkin!” Eldric menggelengkan kepala, penglihatannya tak menentu. Ia menolak percaya
atas pernyataan Jasper. Tentang Prof. Takeda. Hubungannya dengan Pak Letto. Bukti pembunuhan
Isabella, hingga peristiwa keracunan masal.
Sementara itu, hidung Merin kempas-kempis. Dia menekan bahu Jasper, melayangkan tatapan tajam
dan membuat pria itu merunduk.
“Kamu yakin? Prof. Takeda adalah dalang dibalik kekacauan ini?”
Olivia meringis. “Aku tidak percaya dia menggunakan ayahku—”
“Tunggu, tapi siapa anonim yang mengancam Pak Letto?” tanya Eldric.
Percy mendengkus pelan. “Kami kehilangan jejak. Kami tidak mengira Pak Letto akan pergi secepat
ini. Yang jelas, menurut Pak Letto, dia mengaku orang terdekat Isabella.”
“Sial! Sial! Sial! Sekarang kita tidak tahu siapa mus
“Kau—bagaimana bisa? Apa hakmu melakukan ini?” Prof. Takeda menegakkan tubuhnya. Iamendekati Daffa dengan terseok-seok. Melihat kesempatan, Nyonya Carol langsung mendepakkakinya. Profesor itu berlutut sambil mengerang, kedua tangannya lantas dililit ke belakang. Wanitaitu segera merebut pistol kembali.Daffa menghela napas. “Pertama, saya adalah kekasih Isabella. Jadi, saya berhak memperjuangkankeadilan untuk orang yang kucintai ....” Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.Merin tersentak. “Si bajing—” Eldric refleks membekam mulut gadisnya dan sama-sama bersembunyidi sisi yang gelap.“Take a slow, Baby. Tujuan kita bukan untuk merusak petunjukkan,” bisik Eldric.Beruntung, umpatannya tidak sampai terdengar ke atas ring.Daffa mendesah penuh penyesalan. “Ah, andai
Udara terasa menusuk ketika malam kian temaram. Lorong-lorong sel hampir tak berbayang saatEldric melangkah dari persembunyiannya. Wujud dari pria itu baru tampak setelah sepatu hitamnyatersorot lampu di depan sel Prof. Takeda.Dari kepala hingga ujung kaki kini terlihat sempurna. Dada bidangnya tampak kokoh bersama ritmelangkah penuh karisma. Eldric memakai kacamata pintarnya, target-target yang menghalangi operasitunggal pun teridentifikasi.Sipir bertambah jadi tiga orang, bersenjata lengkap. Semuanya terjaga—menatap lurus ke depan. Diatas dinding terlihat CCTV yang kepalanya terus menengok-nengok.Eldric mendongak. “Kalian lihat itu? Bisa ditangani?” tanya Eldric pada Loey via earphone-nya.“Tentu saja,” ujar Loey. Ia menatap layar dengan view yang sama sesuai kacamata Eldric.“Wah, malah aku yang gugup!” celetuk Carla. Loey melirik gadis itu yang berada di atas kepalanya,lalu melirik juga ke segala sisi—terutama Merin dan Olivia yang menghimpit bahunya.Baru kali ini dia di
Si pria berantakan adalah julukan bagi Daffa Lintang Selatan di tahun 2015. Potongan rambut keritinganeh—dimana setiap sisinya tidak simetris, kantung mata abadi, dan ruas-ruas jari yang selalumemainkan gantungan kunci berbentuk karakter Optimus Prime.Pria itu benar-benar tidak peduli dengan penampilan. Baginya, sudah cukup punya otak yang jenius.Dia sangat yakin bisa keluar dari jerat kemiskinan lewat mahakaryanya yang fantastis ini. Apalagi, diasedang berjuang keras agar bisa diterima sebagai ilmuwan resmi di organisasi PYRAMID. Setelahmati-matian meminjam uang sana-sini untuk modal, dia bertekad tidak boleh gagal.Hari ini adalah harinya.Perjuangan selama berbulan-bulan membuat prototipe untuk ide—yang membuatnya berkali-kalimemuji diri sendiri—sampai di titik temu.Daffa memutar gantungan kunci di atas meja keci
Masih terlalu pagi buta untuk membunyikan alarm, bahkan ayam pun belum mau berkokok. Namun,sudah ada mobil BIN berwarna hitam pekat yang terparkir di depan toko buku Bu Selena. Si empunyasudah berdiri di ambang pintu, merapatkan cardiganberwarna salem.Ekspresinya sedikit menegang begitu tahu Nyonya Carol keluar dari mobil bersama dua anakbuahnya. Rahang Bu Selena mengeras. Sorot matanya tak menentu, wanita itu mendadak keringatdingin. Dia tidak sedang menantikan kedatangan BIN, kenapa mereka yang datang?“Bu Selena, kami dari Badan Intelegen Negara mendapat laporan bahwa Profesor Takedadisembunyikan di sini. Harap kerjasama Anda untuk—”Sirine mobil polisi memotong perkataan Nyonya Carol. Wanita itu menoleh, dahinya berkerut.Terheran-heran mengapa kepolisian ikut datang ke sini. Sementara itu, otot-otot wajah Bu Selenamenge
Olivia menaikan sarung tangan karet begitu memasuki dapur kafetaria. Gadis itu memimpinpergerakan dua temannya setelah Percy berhasil mencongkel pintu.Pria itu memilih di belakang untuk berjaga-jaga. Orang terkuatlah yang harus memastikan tidak ada‘anjing’ yang tiba-tiba menggigit bokong mereka.Sekilas tidak ada yang aneh dari tempat itu. Sebuah dapur biasa yang berantakan. Bahan baku dapurberjatuhan ke lantai, piring-piring dan alat dapur lainnya tergeletak di mana saja. Cukup masuk akal,mengingat tempat ini juga ikut di investigasi mendadak.Carla menutup hidungnya. Dapur ini juga benar-benar bau karena ada masakan yang ditinggalkanbegitu saja.“Mereka membuat makanan-makanan ini terbuang,” gerutu Carla.Percy dan Olivia berpencar ke dua sisi yang saling berseberangan. Menelisik segala sisi ruangandengan
Sebenarnya, apa kesalahan yang telah dilakukan anak manusia ini? Apa yang dunia dambakan terhadap kelahirannya? Dia tidak meminta untuk dilahirkan untuk menampung semua derita. Keharmonisan keluarga. Waktu yang menyenangkan. Impian yang dekat. Semua itu seperti sebuah dongeng belaka. Benar, semua orang menerima kadar penderitaannya masing-masing. Namun, adilkah baginya untuk menerima porsi sederas ini? Dalam satu waktu—dengan kedua tangan mungil—dia harus merengkuh banyak tanggung jawab. Merin ingin melakukan yang terbaik untuk sidangnya, untuk Eldric, dan orangtua angkat yang telah membesarkannya. Meski tahu dia hanya menjadi alat, tidak bisa dipungkiri bahwa dia tetap menyayangi mereka. Itulah kenapa Merin mati-matian untuk mendapatkan pengakuan mereka. Dia ingin menjadi anak yang membanggakan dengan caranya sendiri. Dia ingin mereka tidak pernah menyesal telah memungutnya. Berharap mereka bisa sadar dan lebih menyayanginya. Eldric masuk ke kamar. Secangkir cokelat panas
Berselimut lampu yang meremang, perkelahian masih berlangsung sengit. Omelan dan pekikanbergumul nyaring baik dari Carla maupun Daffa. Dari awal, mulut mereka juga ikut aktif. Bahkan duelantara Percy dengan si anak buah suaranya jadi teredam.“Laki-laki lembek, segitu saja kemampuanmu?” ledek Carla. Berhelai-helai rambut sudah keluar darikuncirannya, entah kenapa kunciran itu ada yang di atas dan ada yang di bawah.Daffa menyeka darah yang keluar dari hidungnya, lalu tersenyum remeh.“Benar dugaanku. Gadis badut sepertimu lebih berbahaya daripada laki-laki dewasa!”“Apa katamu? Gadis badut?” teriak Carla.“Tentu saja! Cerewet, jelek, acak-acakkan! Dan, kuku jarimu—kamu tidak pernah memotongnyaapa?”“Ha! Gaya bicaramu seperti nenekku.”Daffa berdecih. “Sudah cukup main-main untuk hari ini, aku tidak punya waktu!” Seringai Daffakembali. Satu tangannya bersembunyi di belakang. Secepat kilat, dia merogoh saku dan mengeluarkansebuah belati. Pria itu berlari, mengacungkan senjatanya d
Eldric mengacingkan lengan jasnya di depan Nyonya Carol dan berkata, “Anda tak ingin adapertumpahan darah di sini, kan?”“Apa yang coba Anda lakukan, Profesor Eldric?” geram Nyonya Carol, giginya bergesekkan satusama lain.“Aku? Melakukan hal semestinya sebagai—”“Sebagai?”Eldric menghela napas. “Pemimpin PYRAMID.”“Apa?” pekik Nyonya Carol, nada suaranya amat melengking.“Kenapa Anda kaget begitu? Profesor Takeda telah menunjuk saya di surat warisannya,” terangEldric.“Lalu, kamu pikir PYRAMID tidak bisa bubar?” tanya Nyonya Carol.“Tentu saja. Tidak ada alasan kuat bagi Anda untuk membubarkan kami. Tersangka Anda telahmeninggal, dan tidak ada hubungannya lagi dengan PYRAMID. Oh