Share

BAB 64. Selamat jalan, Ayah!

Kupanjatkan doa untuk ayah. Khusuk. Hingga tidak terdengar suara ratapan dan tangisan oma. Seolah aku berdiskusi langsung dengan Tuhanku.

Aku berdoa untuk ayah. Memohonkan ampun untuk ayah. Mungkin di detik terakhir ayah sempat bertaubat. Aku sudah memaafkan ayah biarlah Tuhan yang membalas segala buruk perbuatan ayah. Kewajibanku sebagai anak telah gugur. Sungguh kini aku telah memaafkan ayah.

“Alya! Al!” Sentuhan kasar dari oma menyudahi konsentrasiku.

“Jangan kau sentuh anakku! Pergi! Kamu anak durhaka!” umpat oma.

“Lihatlah ibu-ibu, anak durhaka ini bahkan tidak menangis sama sekali atas kepergian ayahnya!” tunjuk oma padaku. Para tetangganya yang sudah hadir bertakziah fokus memperhatikanku, tapi tidak berani berkomentar.

Oma dibawa masuk ke kamar oleh om Ardi. Meski berontak, tenaga oma tetap kalah.

Kuusap wajahku dengan ke dua telapak tanganku. Aku sadar aku tidak menangis. Entah kenapa.

“Kalau tidak kuat Tante antar ke kamar, yuk!” Tante Eni menyentuh bahuku.

“Tidak, Tan. Aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status