Diam-diam aku menikah lagi dengan sahabat istriku saat dia bekerja menjadi TKW. Namun, aku shock, tiba-tiba istriku memberikan kejutan di luar nalar. Sungguh hal ini membuatku gi---laaa!
Lihat lebih banyak"Eh ti-tidak," sahut Mbak Lastri menutup mulut dan tersenyum gugup."Eh Mbak Devi, tau gak tadi suamiku pulang tapi langsung berangkat lagi. Terus dia ngasih aku hadiaaaah," ujarnya heboh. "Mau tau gak hadiahnya apa?""Wah hadiahnya apa, Mbak? Kok seneng banget?" tanya Devi sengaja memancingnya."Hadiahnya handphone baru mbak yang mahal dan keluaran terbaru itu lho, yang layarnya gak pecah meski ditutuk-tutuk gini, Mbak. Haha padahal baru kemarin aku minta ganti hape dan langsung dikasih dong. Besok-besok aku mau minta dibeliin motor ah. Biar aku bisa jalan-jalan. Hihi.""Wah, ikut senang mendengarnya, Mbak.""Iya dong. Suamiku ini kerjanya enak lho, Mbak. Gajinya besar. Dipercaya banget sama bosnya. Uw makanya dia tuh so sweet banget sama aku. Minta apa-apa langsung dituruti."Devi tersenyum lagi, padahal ia paling malas menanggapi basa-basi begini. Tapi apa boleh buat, ia hanya orang baru di sini. "Hahah iya, tapi say
Part 41Devi masih mendengar obrolan mereka dengan jelas. Lastri yang kemarin begitu ramah padanya kenapa menyebarkan berita hoax begitu?Ia sebenarnya merasa heran dengan para tetangga barunya, kenapa bisa mereka berpikiran seperti itu.Tak mau ambil pusing, Devi bergegas ke rumahnya sendiri. Ia sempat berhenti sejenak melihat ke rumah yang pintunya masih tertutup rapat. Jaraknya tidak jauh dengan rumahnya, berseberangan tapi bukan persis di depan rumah. Ia merasa heran, karena sejak tinggal di sana ia tak melihat penghuni rumahnya. Hanya sesekali melihat pintunya terbuka jikalau malam hari. Devi menggeleng kepalanya pelan. 'Dasar aneh aku! Kenapa harus mikirin orang lain. Ck! Mungkin saja penghuni rumah itu seorang introvert.' Batinnya.Sampai di rumah, ia langsung menuju ke dapur dan membereskan belanjaannya. Sebagian taruh di kulkas, sebagian lagi akan ia siapkan untuk dimasak. Dering ponsel membuyarkannya, Devi b
"Sayang ...?""Ya?""Aku baru saja nerima telpon dari rekanku, ada kepentingan di luar kota, ini mengenai riset yang akan kulakukan untuk pembuatan buku aku. Apa kamu gak apa-apa kalau ditinggal sendiri di sini?" tanya Reyhan.Jadi, selain mengelola toko bukunya, sekarang Reyhan merambah pekerjaan menjadi seorang penulis. "Berapa hari, Mas?""Mungkin sekitar seminggu, Yang.""Kapan berangkatnya, Mas?""Besok, Yang. Jadi, nanti aku gak bisa nemenin kamu lapor ke pak RT, gak apa-apa kan?" tanya Reyhan lagi.Meski perumahan baru, tapi kompleks ini sudah banyak ditempati para warga dan sudah dibentuk RT dan RW setempat."Tadi sih aku udah ketemu Pak RT tapi cuma ngobrol sebentar doang.""Kapan?""Tadi, pas kamu tertidur."Devi mengangguk. "Semoga lancar ya, Mas.""Aamiin ya Allah.""Ya sudah, aku mau masak buat makan malam dulu.""Eh, gak usah, Yan
Part 39Devi tersenyum. "Aku senang kalau kamu menyukainya. Setelah Rita menikah nanti, kita akan pindah ke sini. Sekalian nyicil beli barang-barang yang kita butuhkan nanti.""Iya, Mas. Emmhh, apa boleh aku meneruskan usahaku yang pernah gagal?"Reyhan tersenyum. "Usahamu tidak gagal, Sayang. Hanya tertunda saja. Tentu saja, lalukan apapun yang kamu suka. Asalkan masih dalam hal positif."Devi mengangguk dan tersenyum lagi. Sungguh, perlakuan sang suami membuatnya merasa teristimewa. Padahal ia pernah berada di kubangan luka yang dalam. Bila mengingat dahulu, ia lantas teringat dengan mendiang putri tercintanya. Seketika hatinya jadi pilu."Mas, pulang dari sini apa boleh mampir dulu?""Mau kemana?""Ke makam Silvi," jawab Devi sambil tertunduk."Ya, tentu saja, Sayang. Kita akan ke makam Silvi.""Terima kasih, Mas.""Jangan terus-terusan berterima kasih padaku. Hei, apakah kau tidak
Part 38"Astaga! Bocah ituuuu! Kerasukan setan mana dia?! Bisa-bisanya pulang gak nemuin ibu tapi malah pergi lagi! Ck!"Belum sempat Reno mengejarnya, Ristha sudah lebih dulu pergi dengan sebuah mobil mewah yang berjalan menjauh dari rumahnya."Malam-malam begini mau kemana sih dia pergi? Sama siapa? Kenapa dia diantar pakai mobil?"Reno menggeleng pelan. Seberapapun besar memikirkannya, tapi otaknya belum nyampe. "Apa Ristha sudah dapat pekerjaan? Pekerjaan apa? Kenapa sekarang adikku berubah begini?" gumamnya sendiri."Ren ... Reno ...." Panggilan sang ibunda membuyarkannya. Lelaki itu bergegas ke kamar sang ibunda usai menutup pintu depan. "Ya, Bu?""Siapa tadi yang datang, Ren?" "Tadi Ristha pulang, Bu."Wajah wanita paruh baya itu tampak berbinar dan bersemangat usai mendengar ucapan anak lelakinya. Bu Witi berusaha duduk sambil tersenyum."Mana dia, Nak?"Reno langsu
Part 37Reno bergegas pergi menuju Cafe Bintang, tempat kerjanya saat ini. Untunglah ada pekerjaan yang sudah beberapa bulan ini ia tekuni sebagai penghasilan pokoknya.Bahkan sebenarnya, Reno ingin mencari penghasilan tambahan, setelah jam kerjanya selesai, narik ojek misalnya.***Sementara itu.[Aku sudah di Cafe Bintang, Ta. Ditunggu ya kedatanganmu]Rita yang menerima pesan WA itu tersenyum. [Iya sebentar lagi kami sampai.]Hari ini Rita mengajak Reyhan dan juga Devi untuk bertemu dengan lelaki yang saat ini tengah dekat dengannya."Cieee yang senyum-senyum terus dari tadi," ledek Devi."Haha, iya nih, Mbak. Rasanya deg-deg an.""Dek, jadi kamu beneran jatuh cinta sama pria itu?" tanya Reyhan menimpali. "Emmh ya, gak tau juga sih, Mas, aku aja masih bingung.""Ya elah dek, kalau memang serius suka ya gak apa-apa, kami dukung lho."Devi pun mengang
Part 36"Siaall! Semuanya gagal! Argghh!!" pekiknya. Ia melemparkan barang-barang yang ada di hadapannya. Hingga berserakan di lantai.Ia menjambak rambutnya sendiri, sekarang hatinya makin tak tenang melihat Devi menemukan kebahagiaannya."Awas saja kau, Devi!! Aku akan tetap membuatmu hancur berkali-kali!"Tok tok tok ... Sebuah ketukan pintu mengejutkannya.Siapa yang malam-malam datang kesini? Hatinya bertanya-tanya. Setelah Akbar ditangkap, dia tak punya teman pria lagi. Pesonanya sudah turun sebab wajahnya tampak keriput dari usia yang sebenarnya, karena susuk pemikat itu sudah tak ajaib lagi. Tak punya daya tarik untuk menggoda para lelaki, uangnya pun telah habis, dia tak punya uang untuk pergi ke orang pintar.Tanpa menyibakkan tirai, dia membuka pintu. Alangkah terkejutnya saat melihat dua petugas dengan seragam polisi ada di depan pintu."Pak polisi? Ada apa ya, Pak?""Kami membawa surat penangkapan u
Part 35Reno mengangguk lemah. Bu Witi terlihat menitikkan air matanya. "Bu, Reno pulang dulu. Mau cari pinjaman buat biaya perawatan ibu."Bu Witi hanya mengangguk sambil menatap anak lelakinya dengan nanar. Reno berjalan menjauh, ia tak menyangka hanya gara-gara jatuh di kamar mandi, ibunya justru lumpuh. Mungkin memang kesehatan sebelumnya kurang baik, sebagian memikirkan Ristha yang tak kunjung pulang.Ia menuju rumah Bang Andi, meminjam uang untuk pengobatan sang ibu. Tapi sayangnya di rumahnya tidak ada, Bang Andi sedang keluar kota untuk membeli keperluan usaha ternaknya. Di rumah hanya ada sang istri, sedangkan ia pun tak memegang uang lebih.Reno kembali dengan perasaan kalut. Ia pun bergegas menuju cafe tempatnya bekerja, hendak cashbon untuk biaya perawatan ibunya."Maaf ya Mas Reno, anda masih orang baru disini, jadi kami tidak bisa meminjamkannya. Minimal enam bulan kerja disini baru bisa cashbon," ucap sa
Part 34Setelah menjelaskan semuanya, Pak RT pun pamit pergi, begitu pula dengan para warga. Mereka meminta maaf pada Reyhan dan Devi. Besok mereka berjanji akan mengganti jendela kaca rumahnya yang pecah. Sementara beberapa orang diutus oleh Pak RT untuk berjaga-jaga di depan rumah Reyhan, karena beliau mengira ada yang sengaja mencelakakan mereka. Sementara yang lain bertugas ronda untuk keliling kampung agar suasana aman terkendali."Mas, coba buka bajumu. Biar kukompres lukamu, Mas," ucap Devi yang tak tega melihat Reyhan meringis ketakutan.Pelan, Reyhan melepas kaos yang di kenakannya hingga memperlihatkan otot tubuhnya yang atletis dan sixpack. Devi mengambil air hangat di wadah baskom lalu kain washlap yang lembut, tak lupa salep persediaan yang mereka punya di rumah."Auw, Dev, tolong pelan-pelan.""Iya, Mas. Tahan sebentar lagi ya. Tahan dulu, kamu pasti kuat, ini memang sedikit sakit." Usai mengompres luka l
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.